Haha. Aku memulai tulisan ini dengan ketawa. Haha. Tidak ada kandungan
makna disini. karena bunda yang sedang mengandung. Hahaha. gak paham ya?
lupakan saja. Balik lagi diacara tak jelas ini, sore malam minggu bersama saya
marsya sataly yang tambah jones. Loh? Hahahaha. Sudah minggu ketiga saja saat
acara tak jelas ini dibuat. Kali ini aku akan melanjutkan sebuah cerita
yang bersambung minggu lalu. ya, kali ini beban hidupku berkurang. Entah beban
yang diadakan saja olehku, atau karena memang sedikit membebaniku aku tak tahu
pasti, yang pasti selamat tinggal semester enamku. Hahaha. aku menyadari lama
kelamaan aku mulai alay dan lebay. Tak apa lah, itu menunjukan diriku wanita.
Hahaha. "apa pengaruhnya sya?" suara hatiku bertanya. Ah aku hiraukan
saja, sesekali biar ngerasain diphpin itu hati. Haha. "Biarin katanya?
Udah sering kaliiii." Hatiku membalas dengan suara yang kencang.
Haha. Dinda my little sister sedang menjalankan MOS, singkat cerita ia
disuruh membuat surat cinta. Ia yang mengetahui masa SDku itu,mungkin langsung
meminta aku membuatnya. Sontak aku menolak. Ya, bukan karena apa-apa, karena
kemarin aku sedang membebaskan pikiranku, tak ingin memikir dan tak ada feel
untuk menulis. Tetapi dasar Dinda yang berisiknya bukan main, apa lagi kalau
sudah mengadu ke orang tua, ya mau apalagi. Aku akhirnya membuatkan surat cinta
itu. aku membuatnya barang lima menit, karena aku membuatnya dengan sekenanya.
Ya, apa yang terlintas aku tulis saja.
Setelah selesai, sontak aku menyadari bahwa tulisanku itu sangatlah jelek.
Mau dikatakan rumput, tetapi masih kebagusan. Ya mungkin bisa dibilang tulisan
benang bundet. Akhirnya dengan perasaan berat hati, ya
kira-kira beratnya satu ons aku menyuruh Dinda menulis. Aku diktekan tulisanku
itu, dan tak memakan waktu banyak surat cinta itu sudah jadi. Mau tahu isi
surat cintanya? Hahahaha. Maulah. Mau yaaa, nanti aku kasih tahu disesi lain.
Haha, "marsya marsya, maksa itu namanya." Hatiku menyaut lagi.
Singkat cerita setelah itu, aku mempersiapkan perjalananku Menghadapnya.
Yaaa, kemarin malam aku membunuh waktu, aku menemui-Nya dalam gelap malam, dingin
yang menusuk, sesekali ditemani bunyi kicauan burung, suara ayam berkokok,
suara cicak, hingga yang sering bunyi adalah suara jangkrik, krik krik. Namun
sayang, kemarin aku lupa, bercerita tentang kejonesanku pada-Nya. Yaa walau
Tuhan Maha Tahu, tetapi aku tetap ingin bercerita padanya, mungkin nanti. Ya,
siapa tahu dengan aku bercerita langsung pada-Nya, lalu tiba-tiba Tuhan
mempertemukan aku dengan seseorang. Atau ga, mungkin menambah kedekatan aku
dengan seseorang. Haha. “Mulai berharap ini namanya syaa,,, “ hatiku berkata
lagi. Haha.
Eh tahu gak. Tadi aku bermimpi. Tiba-tiba di mimpi itu ada Atsar, dan juga
Ata. Entah mengapa keduanya hadir dalam mimpiku. Padahal aku tak memikirkan
mereka. ah, mimpi itu terkadang PHPin sekaligus mengasyikan sih. Setidaknya
dalam mimpiku kemarin, aku bahagia. Entah mengapa, baik Atsar maupun Ata di
mimpi itu mereka so sweet aja. Dan mereka tidak bersamaan. Jadi dalam mimpiku
itu, aku bersama Atsar, setelah itu, aku baru bersama Ata. Haha. Hm, pertanda
apa ya itu mimpi? “Mulai berharap lagi kamu sya? Sadar,”Hatiku berkata
lagi.ckck.
Owalah. Aku lupa, ini acara sore, malam minggu ya. bukan yang lain. Aduh
i’m so sorry. Aku kali ini akan melanjutkan kisahku dengan Domba. Anggap yang
tadi itu hanya iklan yaaa. Hahaha. Oke, terakhir ceritanya adalah ketika malam
setelah camping ke-2 ku, aku mulai berani mengotak-ngatik hpku, mencari kata
yang pas untuk mengirimkan pesan singkat. Dan dengan pikiran yang tak singkat,
aku menemukan jawabannya. Ya, aku memberi pesan singkat pada Domba dengan satu
kata
Mas
Entah apa yang aku pikir saat itu, yang pasti aku bingung. akhirnya aku
menulis saja kata itu. ya, kata untuk memangil dirinya. Aku hanya merumpamakan,
bahwa jika aku hanya mengirimkan pesan singkat itu dengan satu kata itu, ya
maksudnya aku sedang nemanggil dia. Entah butuh atau tidak. dalam kajian
psikologi yang aku tahu, apabila seseorang memanggil orang lain, dalam situasi
bukan menyapa. Maka, sudah dipastikan, seseorang yang memanggilnya itu ya
berarti sedang membutuhkannya. Karena itu ia memanggilnya. Begitu. Tetapi ya,
konteks disini, aku hanya semata-mata memanggilnya. Aku hanya berfikir apakah
dia mengetahui aku yang sms?
Lalu, keesokan harinya Domba membalas pesanku dengan
maaf sya kemarin waktu pulang aku langsung tidur.hehe. ada apa marsya?
Waooowww, saat itu aku hanya berteriak saja. Haha. Dia tahu aku yang
mengirimkan pesan singkat itu. aku hanya mereka-reka apakah ini Domba udah
nyimpan kontak aku, atau ia bertanya pada mas Andi, ini no siapa? Atau atau,
dia menerima sinyal-sinyal cintaku. Mungkin aku sudah membangun tower cinta
yang apik padanya. Sampai-sampai ia sudah tahu, bahwa itu sms dari aku.
Cihuiiiii,, pletek pletek. Hatiku riuh, seperti ada yang menyalakan kembang
api.
Aku tak membalasnya, karena saat itu memang sudah jam setengah tujuh, aku
harus cepat-cepat bergegas pergi kesekolah. Saat itu tepat awal masuk sekolah
karena libur lebaran. Dan pastinya aku kan bertemu dengan my charming prince
ini. “my charming prince sya? Ngarep banget lo!” saut suara dalam hatiku sangat
jencang. calon maksudnya, aku hanya membalas sekenanya. Dan benar. Tepat. Saat
aku memasuki rangkaian silahturahmi bersalam-salaman. Dan saat aku melintas
dibarisan kelasnya. Jantungku mulai berdegup kencang, bukan karena ada anjing
disana, lalu aku takut dikejar. Bukan. Melainkan aku, aku mulai melihat
bayangannya. Yaa, senyumnya itu yang menawan, bercengkrama dengan Japrul yang
berada dibaris terdepan dikelasku. Tiba-tiba, mereka berdua, si Domba dan Japrul
melihatku. Sontak, mungkin saat itu mukaku memerah seperti tomat. Aku hanya
membalasnya dengan senyum tipis dan lambaian tangan. Hingga aku tepat berada
dihadapannya, lalu ia menjabat tanganku dengan erat dan berkata “bener juga
ternyata kamu anak SMA FIVE yaaa. Baik-baik sama kakak” ia mengusap-usap
rambutku.” Aku tidak membalas apa-apa, mungkin yang keluar hanya senyuman
termanis yang aku punya. Dan rasanya jantung ini mulai copot, wajahku yang
sudah dipastikan memerah padam hingga beberapa detik aku hilang kesadaran,
untung dan apesnya Mas Andi, yang berada tepat disebelah Domba berkata,” Sya,
udahan salamannya sama Domba, tuh lihat dibelakangmu masih ngantri!”. Dan
memang betul ternyata depanku sudah tak ada orang, si Mira sudah jauh didepan,
dan aku langsung melepas jabatan tangan kita itu dan sebenarnya kalau boleh
bilang aku tak mau melepasnya. Hahahahaha. Tetapi apa boleh buat. Haha
Setelah kejadian bersalam-salaman itu, aku mulai sering melihat Domba, ya
dengan mas Andi tentunya. Baik saat di kantin, di ruang musik, hingga saat
pergantian kelas karena sekolahku saat itu menggunakan sistem moving
class. Aku mulai tersadar, aku dari dulu itu sebenarnya bisa
berpapasan dengan Domba. Ingat sekali dari memori ingatanku, hari senin jam 11.45
di ruang 25, ruang Geografi, ada perpindahan jadwal kelasku dan kelasnya. Ya,
hanya hari senin itu saja aku berganti kelas dengan kelasnya. Tetapi, aku tak
menyia-nyiakan waktu karena saat hari senin, aku biasanya membawa jepitan
rambut. Ya hanya hari senin saja, itupun dipakai saat aku mau pindah jam dengan
kelasnya. Pernah ada cerita. Pelajaran geografi saat itu mau ada ujian harian,
sontak seperti biasa, teman-temanku mengecup bangku cepat-cepat agar duduk
dibelakang. Aku dengan jaimnya, meminta Tina teman sebangkuku untuk mengecup.
Sontak saat bel berbunyi, teman sekelasku berlarian, dan cepat-cepat ke ruang
25.aku pura-pura santai saat itu, padahal aku belum belajar dan hanya
mengandalkan Tina. Berharap ia mendapat bangku yang dibelakang. Dan benar saat
aku masuk di ruang 25 itu, aku berpapasan dengan Domba. Ia berucap,”mau ujian
ya sya?” aku hanya menjawab,”iya mas.”
Ia membalas, “udah belajar ya kamu?” aku menjawab,” hehehe. Belum semuanya
mas” lalu perbincangan kita dipotong dengan satu potongan, krezzz. Mas Andi
yang ternyata dari tadi mendekat itu mengambil langsung jepet yang aku pakai.
Ia berucap” lagi kesurupan apa kamu sya? Tumben bener pakai jepet. Hahaha” aku
hanya mengambil jepet itu dari genggamannya, namun sayang ia malah memberikan
jepet itu ke Domba, dan hahaha. di lalu memberi jepet itu padaku, ia berucap
“jangan gitu Ndi. Kasian, orang cakep gitu koh. Hahahaha” ia tertawa, dan pergi
meninggalkan ruang. Cakep katanya? Itu mengejek apa memujiku sih? Aku hanya
bertanya dalam hati. Dan tau tidak? akhirnya ujian geografi saat itu, aku duduk
didepan meja guru persis. Bodonya aku. Memang selama ini aku yang selalu
ngecupi tempat duduk aku sama tina. Ya selalu berhasil. Namun tina? Begini nih,
kalau gak berpengalaman. Ya alhasil kita duduk di depan. Dan sudah dipastikan
aku bakal remidi geografi ini.
Sejak kami mengetahui no masing-masing, kita ya memang mulai
kontak-kontakan. Entah aku atau dia yang memulainya. Perbincangan kami tak
habis-habis. Bisa dari pagi, siang sore malam kami kontak-kontakan. Hingga tak
terasa sudah sebulan lamanya aku mulai dekat dengannya. Hingga suatu hari, ia
mengantarkanku ke tempat saudara. Lalu ada perbincangan di sms, yang intinya
aku lupa, yang pasti disitu kami bercerita tentang hubungan kita. Hingga suatu
hari, masih teringat olehku, saat itu diruang 14, pelajaran agama. Aku dan Domba
smsan. Singkat cerita, ia menanyaiku,
kriteria cowo yang kamu suka siapa?
Aku belum membalasnya. Aku hanya bercerita pada teman sebangkuku saat itu,
dan ia lalu segera memegang hpku. Karena setelah itu, kami harus pindah ruang,
akhirnya kami pindah keruang 8, pelajaran bahasa Indonesia. Aku duduk dekat
jendela, berhadapan langsung dengan ruang 6. Temanku mengembalikan hpku dengan
senyum-senyum. Aku tak begitu tahu maksudnya, hingga akhirnya aku melihat ada
yang tak beres. Aku mulai menyadari balasan dari smsku adalah,
Kamu mas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar