Minggu, 12 Juli 2015

Sore, Malam Minggu Part 4 Bagian A



Haha. Aku memulai tulisan ini dengan ketawa. Haha. Tidak ada kandungan makna disini. karena bunda yang sedang mengandung. Hahaha. gak paham ya? lupakan saja. Balik lagi diacara tak jelas ini, sore malam minggu bersama saya marsya sataly yang tambah jones. Loh? Hahahaha. Sudah minggu ketiga saja saat acara tak jelas ini dibuat.  Kali ini aku akan melanjutkan sebuah cerita yang bersambung minggu lalu. ya, kali ini beban hidupku berkurang. Entah beban yang diadakan saja olehku, atau karena memang sedikit membebaniku aku tak tahu pasti, yang pasti selamat tinggal semester enamku. Hahaha. aku menyadari lama kelamaan aku mulai alay dan lebay. Tak apa lah, itu menunjukan diriku wanita. Hahaha. "apa pengaruhnya sya?" suara hatiku bertanya. Ah aku hiraukan saja, sesekali biar ngerasain diphpin itu hati. Haha. "Biarin katanya? Udah sering kaliiii." Hatiku membalas dengan suara yang kencang.

Haha. Dinda my little sister sedang menjalankan MOS, singkat cerita ia disuruh membuat surat cinta. Ia yang mengetahui masa SDku itu,mungkin langsung meminta aku membuatnya. Sontak aku menolak. Ya, bukan karena apa-apa, karena kemarin aku sedang membebaskan pikiranku, tak ingin memikir dan tak ada feel untuk menulis. Tetapi dasar Dinda yang berisiknya bukan main, apa lagi kalau sudah mengadu ke orang tua, ya mau apalagi. Aku akhirnya membuatkan surat cinta itu. aku membuatnya barang lima menit, karena aku membuatnya dengan sekenanya. Ya, apa yang terlintas aku tulis saja.

Setelah selesai, sontak aku menyadari bahwa tulisanku itu sangatlah jelek. Mau dikatakan rumput, tetapi masih kebagusan. Ya mungkin bisa dibilang tulisan benang bundet. Akhirnya dengan perasaan berat hati, ya kira-kira beratnya satu ons aku menyuruh Dinda menulis. Aku diktekan tulisanku itu, dan tak memakan waktu banyak surat cinta itu sudah jadi. Mau tahu isi surat cintanya? Hahahaha. Maulah. Mau yaaa, nanti aku kasih tahu disesi lain. Haha,  "marsya marsya, maksa itu namanya." Hatiku menyaut lagi.

Singkat cerita setelah itu, aku mempersiapkan perjalananku Menghadapnya. Yaaa, kemarin malam aku membunuh waktu, aku menemui-Nya dalam gelap malam, dingin yang menusuk, sesekali ditemani bunyi kicauan burung, suara ayam berkokok, suara cicak, hingga yang sering bunyi adalah suara jangkrik, krik krik. Namun sayang, kemarin aku lupa, bercerita tentang kejonesanku pada-Nya. Yaa walau Tuhan Maha Tahu, tetapi aku tetap ingin bercerita padanya, mungkin nanti. Ya, siapa tahu dengan aku bercerita langsung pada-Nya, lalu tiba-tiba Tuhan mempertemukan aku dengan seseorang. Atau ga, mungkin menambah kedekatan aku dengan seseorang. Haha. “Mulai berharap ini namanya syaa,,, “ hatiku berkata lagi. Haha.

Eh tahu gak. Tadi aku bermimpi. Tiba-tiba di mimpi itu ada Atsar, dan juga Ata. Entah mengapa keduanya hadir dalam mimpiku. Padahal aku tak memikirkan mereka. ah, mimpi itu terkadang PHPin sekaligus mengasyikan sih. Setidaknya dalam mimpiku kemarin, aku bahagia. Entah mengapa, baik Atsar maupun Ata di mimpi itu mereka so sweet aja. Dan mereka tidak bersamaan. Jadi dalam mimpiku itu, aku bersama Atsar, setelah itu, aku baru bersama Ata. Haha. Hm, pertanda apa ya itu mimpi? “Mulai berharap lagi kamu sya? Sadar,”Hatiku berkata lagi.ckck.

Owalah. Aku lupa, ini acara sore, malam minggu ya. bukan yang lain. Aduh i’m so sorry. Aku kali ini akan melanjutkan kisahku dengan Domba. Anggap yang tadi itu hanya iklan yaaa. Hahaha. Oke, terakhir ceritanya adalah ketika malam setelah camping ke-2 ku, aku mulai berani mengotak-ngatik hpku, mencari kata yang pas untuk mengirimkan pesan singkat. Dan dengan pikiran yang tak singkat, aku menemukan jawabannya. Ya, aku memberi pesan singkat pada Domba dengan satu kata

Mas

Entah apa yang aku pikir saat itu, yang pasti aku bingung. akhirnya aku menulis saja kata itu. ya, kata untuk memangil dirinya. Aku hanya merumpamakan, bahwa jika aku hanya mengirimkan pesan singkat itu dengan satu kata itu, ya maksudnya aku sedang nemanggil dia. Entah butuh atau tidak. dalam kajian psikologi yang aku tahu, apabila seseorang memanggil orang lain, dalam situasi bukan menyapa. Maka, sudah dipastikan, seseorang yang memanggilnya itu ya berarti sedang membutuhkannya. Karena itu ia memanggilnya. Begitu. Tetapi ya, konteks disini, aku hanya semata-mata memanggilnya. Aku hanya berfikir apakah dia mengetahui aku yang sms?
Lalu, keesokan harinya Domba membalas pesanku dengan

maaf sya kemarin waktu pulang aku langsung tidur.hehe. ada apa marsya?

Waooowww, saat itu aku hanya berteriak saja. Haha. Dia tahu aku yang mengirimkan pesan singkat itu. aku hanya mereka-reka apakah ini Domba udah nyimpan kontak aku, atau ia bertanya pada mas Andi, ini no siapa? Atau atau, dia menerima sinyal-sinyal cintaku. Mungkin aku sudah membangun tower cinta yang apik padanya. Sampai-sampai ia sudah tahu, bahwa itu sms dari aku. Cihuiiiii,, pletek pletek. Hatiku riuh, seperti ada yang menyalakan kembang api.

Aku tak membalasnya, karena saat itu memang sudah jam setengah tujuh, aku harus cepat-cepat bergegas pergi kesekolah. Saat itu tepat awal masuk sekolah karena libur lebaran. Dan pastinya aku kan bertemu dengan my charming prince ini. “my charming prince sya? Ngarep banget lo!” saut suara dalam hatiku sangat jencang. calon maksudnya, aku hanya membalas sekenanya. Dan benar. Tepat. Saat aku memasuki rangkaian silahturahmi bersalam-salaman. Dan saat aku melintas dibarisan kelasnya. Jantungku mulai berdegup kencang, bukan karena ada anjing disana, lalu aku takut dikejar. Bukan. Melainkan aku, aku mulai melihat bayangannya. Yaa, senyumnya itu yang menawan, bercengkrama dengan Japrul yang berada dibaris terdepan dikelasku. Tiba-tiba, mereka berdua, si Domba dan Japrul melihatku. Sontak, mungkin saat itu mukaku memerah seperti tomat. Aku hanya membalasnya dengan senyum tipis dan lambaian tangan. Hingga aku tepat berada dihadapannya, lalu ia menjabat tanganku dengan erat dan berkata “bener juga ternyata kamu anak SMA FIVE yaaa. Baik-baik sama kakak” ia mengusap-usap rambutku.” Aku tidak membalas apa-apa, mungkin yang keluar hanya senyuman termanis yang aku punya. Dan rasanya jantung ini mulai copot, wajahku yang sudah dipastikan memerah padam hingga beberapa detik aku hilang kesadaran, untung dan apesnya Mas Andi, yang berada tepat disebelah Domba berkata,” Sya, udahan salamannya sama Domba, tuh lihat dibelakangmu masih ngantri!”. Dan memang betul ternyata depanku sudah tak ada orang, si Mira sudah jauh didepan, dan aku langsung melepas jabatan tangan kita itu dan sebenarnya kalau boleh bilang aku tak mau melepasnya. Hahahahaha. Tetapi apa boleh buat. Haha

Setelah kejadian bersalam-salaman itu, aku mulai sering melihat Domba, ya dengan mas Andi tentunya. Baik saat di kantin, di ruang musik, hingga saat pergantian kelas karena sekolahku saat itu menggunakan sistem moving class.  Aku mulai tersadar, aku dari dulu itu sebenarnya bisa berpapasan dengan Domba. Ingat sekali dari memori ingatanku, hari senin jam 11.45 di ruang 25, ruang Geografi, ada perpindahan jadwal kelasku dan kelasnya. Ya, hanya hari senin itu saja aku berganti kelas dengan kelasnya. Tetapi, aku tak menyia-nyiakan waktu karena saat hari senin, aku biasanya membawa jepitan rambut. Ya hanya hari senin saja, itupun dipakai saat aku mau pindah jam dengan kelasnya. Pernah ada cerita. Pelajaran geografi saat itu mau ada ujian harian, sontak seperti biasa, teman-temanku mengecup bangku cepat-cepat agar duduk dibelakang. Aku dengan jaimnya, meminta Tina teman sebangkuku untuk mengecup. Sontak saat bel berbunyi, teman sekelasku berlarian, dan cepat-cepat ke ruang 25.aku pura-pura santai saat itu, padahal aku belum belajar dan hanya mengandalkan Tina. Berharap ia mendapat bangku yang dibelakang. Dan benar saat aku masuk di ruang 25 itu, aku berpapasan dengan Domba. Ia berucap,”mau ujian ya sya?” aku hanya menjawab,”iya mas.”

Ia membalas, “udah belajar ya kamu?” aku menjawab,” hehehe. Belum semuanya mas” lalu perbincangan kita dipotong dengan satu potongan, krezzz. Mas Andi yang ternyata dari tadi mendekat itu mengambil langsung jepet yang aku pakai. Ia berucap” lagi kesurupan apa kamu sya? Tumben bener pakai jepet. Hahaha” aku hanya mengambil jepet itu dari genggamannya, namun sayang ia malah memberikan jepet itu ke Domba, dan hahaha. di lalu memberi jepet itu padaku, ia berucap “jangan gitu Ndi. Kasian, orang cakep gitu koh. Hahahaha” ia tertawa, dan pergi meninggalkan ruang. Cakep katanya? Itu mengejek apa memujiku sih? Aku hanya bertanya dalam hati. Dan tau tidak? akhirnya ujian geografi saat itu, aku duduk didepan meja guru persis. Bodonya aku. Memang selama ini aku yang selalu ngecupi tempat duduk aku sama tina. Ya selalu berhasil. Namun tina? Begini nih, kalau gak berpengalaman. Ya alhasil kita duduk di depan. Dan sudah dipastikan aku bakal remidi geografi ini.

Sejak kami mengetahui no masing-masing, kita ya memang mulai kontak-kontakan. Entah aku atau dia yang memulainya. Perbincangan kami tak habis-habis. Bisa dari pagi, siang sore malam kami kontak-kontakan. Hingga tak terasa sudah sebulan lamanya aku mulai dekat dengannya. Hingga suatu hari, ia mengantarkanku ke tempat saudara. Lalu ada perbincangan di sms, yang intinya aku lupa, yang pasti disitu kami bercerita tentang hubungan kita. Hingga suatu hari, masih teringat olehku, saat itu diruang 14, pelajaran agama. Aku dan Domba smsan. Singkat cerita, ia menanyaiku,

kriteria cowo yang kamu suka siapa?

Aku belum membalasnya. Aku hanya bercerita pada teman sebangkuku saat itu, dan ia lalu segera memegang hpku. Karena setelah itu, kami harus pindah ruang, akhirnya kami pindah keruang 8, pelajaran bahasa Indonesia. Aku duduk dekat jendela, berhadapan langsung dengan ruang 6. Temanku mengembalikan hpku dengan senyum-senyum. Aku tak begitu tahu maksudnya, hingga akhirnya aku melihat ada yang tak beres. Aku mulai menyadari balasan dari smsku adalah,


Kamu mas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar