Minggu, 12 Juli 2015

Sore, Malam Minggu Part 4 Bagian B


kriteria cowo yang kamu suka siapa?

Aku belum membalasnya. Aku hanya bercerita pada teman sebangkuku saat itu, dan ia lalu segera memegang hpku. Karena setelah itu, kami harus pindah ruang, akhirnya kami pindah keruang 8, pelajaran bahasa Indonesia. Aku duduk dekat jendela, berhadapan langsung dengan ruang 6. Temanku mengembalikan hpku dengan senyum-senyum. Aku tak begitu tahu maksudnya, hingga akhirnya aku melihat ada yang tak beres. Aku mulai menyadari balasan dari smsku adalah,

Kamu mas.

Benar sudah. Temanku itu yang membalasnya. Ya walaupun aku memang menyukainya. Tetapi buka begini caranya. Akhirnya aku sedikit marah dengan temaan yang mengetik itu. lalu, ia hanya berkata “ hust. Itu Domba ada didepan ruang 6. Lihat tuh, dia memperlihatkan hpnya pada temannya. Lihat. Dia itu suka sama kamu Sya. Tuh, mukanya aja senyum-senyum gitu”. Memang betul Domba ternyata saat itu berada didepan ruang 6 dan aku melihatnya samar-samar dari jendela. Aku yakin betul, Domba tidak mengetahui keberadaanku disitu. Hanya saja ada dua orang cowo yang memegang hp saat itu. aku tidak melihat Domba memperlihatkan hp pada temannya. Aku hanya melihat ada seorang cowo melihat hpnya, setelah itu ia langsung memasukan hp itu kekantongnya. Aku tambah marah, aku langsung mengetik menulis,

Astagfirulloh, masyaalloh, maaf mas. Itu temen aku yang balas smsnya. Bener. Bukan sms dari aku.

Setelah mngirimkan pesan singkat itu, aku langsung beralih pada temanku aku berkata pada temanku itu. “ngawur kamu. Jangan gitulah. Jelas-jelas dia  masukin itu hpnya. Kamu ngawurlah!”

“ih, lihat ya. tuh. Lihat.” Dia menarikku untuk berdiri, sehingga aku dapat melihat jelas. Dan ternyata, aku salah melihat orang. Saat itu aku melihat dengan jelas Domba sedang membuka hpnya, dan yang ini, Domba betulan yang aku lihat. Sontak ia meperlihatkan smsnya pada temannya. Terlihat jelas raut wajahnya yang kecewa. Dan saat itu aku lemas. Lunglai, karena aku juga kecewa dengan tindakanku. Seandaikan benar, ia menyukaiku, aku tak akan membalas smsnya, dan aku akan menunggu balasan smsku (sms yang teman aku kirimkan tadi). Dan entah dari tadi juga, temanku itu balas memarahiku.
Ia berkata;”tunggu sebentar saja apa susahnya sih. Toh sms itu udah terkirim, jadi kamu jangan balas gitu. Ya memang aku yang membalas sms itu. tapi kata-katamu itu, apalagi yang membawa nama Alloh itu, ah. Kamu ngerusak sendiri kan. Nyeselkan sekarang!” entah mengapa aku hanya diam seribu bahasa. Ah, sudahlah. Mungkin temaku ini lelah setiap hari aku selalu menceritakan dia, dan jelas-jelas aku menyukainya, tetapi aku tak bisa dan tak mau menggungkapkan. Dan saat kesempatan itu hadir, aku menyia-nyiakanya. Ada pesan masuk darinya,

Oh, temen kamu yang sms yaaa. Yaudah.


Benar-benar pupus sudah saat itu harapanku. Aku tak membalas smsnya. Dan saat itu hubungan kami mulai renggang. Hingga setiap kami bertemu, kami hanya senyum saja, atau pura-pura tak melihat. Padahal malam sebelum kejadian itu terjadi, Domba bilang padaku , “marsya marsya. Kamu memang berbeda dari kebanyakan cewe yang aku kenal. Kamu lucu, bisa diajak cerita. Kamu memang beda dari yang lain sya.”

Ngenes banget bukan? Memang bodohnya aku saat itu. hingga akhirnya camping ke-3 ku terjadi. Aku ikut. Domba juga ikut. Namun sayang, tahu gak? Aku  dan ia seolah-olah seperti ada jarak. Aku bingung untuk memulai cerita. Begitupun dengannya. Aku hanya melihat sebenarnya baik aku dengannya tak ingin seperti ini. Namun entahlah, kami benar-benar tak bercakap-cakap. Tidurpun, ia berada di paling kanan tenda. Dan aku paling kiri. Ditengahnya kalau gak salah ada ka cik dan sapa lagi aku lupa. Singkat cerita, mas Rob mau membuat kopi, dan ia meminta tolong Domba mengambilkanmya, ternyata kopi itu tak ketemu-ketemu. Hingga aku akhirnya membantu mencarinya, saat itu sudah larut malam, dan si Kacik dan satu lagi itu sudah tidur. Alhasil kami mencari cari disela-sela. Hingga, hingga, yaaa. Sungguh benar. Tanganku dan tangannya tak sengaja bersentuhan. Aku dengannya lalu berpandangan. Sungguh benar aku ingin meng-pause kejadian itu. namun entah mengapa aku reflek menarik tanganku. Dan berkata langsung pada mas Rob bahwa kita tak menemukan kopinya, aku malah menyuruhnya untuk mencari sendiri.

Tak berhenti sampai situ, camping ke-4 ku pun aku masih diam-diaman. Mungkin jeda dari camping ke-3 sekitar satu bulan. Saat itu, aku mulai tahu, bahwa mas Andi sudah mengetahui aku menyukai Domba. Sontak ia menyuruhku membantu Domba membuat api unggun saat itu. alhasil aku membantunya, dan mulai berbincang dengannya. Ya, setelah itu, ia mengeluarkan nangka yang ia bawa. Dan ia melupasnya, lalu membagi pada teman-teman yang ada disitu. Saat terakhir, ia memberikannya padaku. Aku hanya menunjukan padanya tanganku yang kotor, alhasil ia menyuapiku. Tidak kode bukan, aku saat itu hanya benar- benar kangen dengannya. Setelah itu, seperti biasa ia bernyanyi, memetik gitarnya yang tampak mulai usang menurutku. Ya begitulah, ia berasal dari keluarga yang broken home, ia memilih tuk tinggal bersama ibunya, dan ia pernah bercerita bahwa dia dididik untuk menjadi orang yang sederhana.

Domba pandai memainkan gitar, dia juga pernah bilang padaku bahwa ia belajar otodidak. Tetapi sungguh suaranya merdu, dan skill gitarnya bagus, makanya temen-temen lain suka request lagu padanya. Singkat cerita, aku duduk dibelakangnya. Kami tidak menghadap api unggun saat itu, lalu entah mengapa ia berbicara padaku, “sya, bisa kamu berbalik saja duduknya? Biar aku bisa bersandar dipunggungmu, nanti kamu juga gitu. Hehe. Pengin senderan . “ aku hanya menganggukkan kepala dan aku pun berbalik dan merapatkan punggungku dengannya. Setelah itu, hahaha. gak ada yang tahu selain aku, Domba dan Mas Andi mungkin. aku, balas-balasan lagu saat itu. yaps, dimulai lagu armada yang berjudul “mau dibawa kemana”

Tak perlu kau tanya lagi, siapa pemilik hati ini kau tahu pasti dirimu.
Tolong lihat aku dan jawab pertanyaanku,
mau dibawa kemana hubungan kita,
jika kau terus menunda-nunda dan tak pernah nyatakan  cinta.

Ya sangat terasa betul saat itu. kami sedang mengungkapkan apa yang kami rasa. Setelah camping ini, aku mulai dekat dengan Mas Rafi. Teman kakaku semata SMP, aku sudah menyukainya, ya hanya suka. Tidak mulai sayang seperti ke Domba. Hari-hariku kini sibuk berhubungan dengan Mas Rafi. Ya, ia sms, bertelpon hingga selalu mengajakku ketemuan. dia berbeda sekolah denganku. dan entah mengapa aku tak ingin bertemu dengannya, mungkin Mas Rafi hanya menjadi pelampiasanku saat itu. hingga ia mengajakku untuk berpacaran. Dan aku terima saja. Bodoh bukan?

haha. Ya saat itu aku menerimanya, sampai ia memintaku mempublikasikan hubungan pacaran kita di facebook. Dan aku sudah tak memikirkan lagi bagaimana Domba. Singkat cerita, teman kakakku main kerumah. Aku baru pulang sore setelah main dengan temanku. Teman kakakku itu bernama Mba Nindy. Saat aku sampai rumah, ia sedang telpon-telponan dengan temannya, hingga kata-katanya, “ya, ini aku malah lagi ditempat Anti, ada Marsya juga ini. Mau titip salam ga?” aku yang mendengarnya, menjadi penasaran. Akhirnya setelah mba Nindy itu menutup telponnya,aku langsung bertanya, “siapa mba?”

“hahaha. ini si Domba.”

“loh??? Mba kenal Domba?”

“kenal banget lah orang dia sahabatku.”

“ owalah jadi kalau dia bilang lagi ditempat sahabatnya itu, itu di tempat mba to?”

“ehm, iyaaa. Kamu suka smsan kan sama dia?”

“hahahaha. Iya itu dulu mba. Oh ya, aku cuma pengin tanya aja, mba sebenarnya dia lagi kenapa? aku sering lihat di Fbnya kaya lagi patah hati gitu. Dia lagi patah hati apa mba?”

“iya. Dia lagi patah hati tahu. Kamu gak tahu apa?”

“gak mba. Emange sama siapa? Jahat banget tuh cewe. Pernah aku mbaca statusnya yang keliatan banget dia sakit hati mba. Sumpah jahat banget tuh cewe!” aku menaikkan nada bicaraku.

“ hm. Iya sedikit jahat si menurutku. Dia itu cinta tahu sama cewe itu. pernah waktu itu dia pengin banget ngajak cewe itu buat nemenin dia di festival bandnya. Tapi dia bingung ngajaknya, akhirnya dia minta tolong aku untuk bantu. Tapi aku waktu itu juga lagi sibuk, jadi ga bisa bantu banyak dia. Tapi yang pasti si Domba sudah sayang banget sama tu cewe.”

“owwalah, bisanya mba? emangnya siapa tuh cewe mba? Ngawur banget yakin!”

“cewe itu, kamu sya....”

“HAH? Ga lucu lah mba.”

“ iya bener. KAMU. Dia tuh tanya-tanya tentang kamu lewat aku. Aku ya cuma tahu cari kakakmu doank. Waktu festival itu, dia pengin ngajak kamu. Tapi dia bingung,akhirnya dia nyuruh aku ngajak Anti nonton dia, dia berharap kamu tahu dan ikut nonton bareng Anti. Tapi ternyata Antinya waktu itu aku ajak gak mau. Dia juga cerita kejadian di tenda bareng kamu, waktu kejadian temen kamu yang bales smsnya, sampai kamu ternyata punya cowo sekarang ini. Dia cerita semuanya ke aku. Ya dia sih ga nyuruh aku cerita ke kamu. Toh kamu juga gak tahu kan kalau aku ternyata sahabatnya. Aku beritahu kamu juga karena kamu penasaran sama dia. Jadi ya aku kasih tahu.”

Aku tak bisa melanjutkan obrolanku saat itu, aku hanya merasa hatiku remuk hancur berserakan saat itu. aku benar-benar merasakan sesaknya hati ini, hingga luapan air mataku keluar sangat deras. Aku hanya mengontak temanku. Aku langsung memberikan pasword Fbku dan aku meminta temanku untuk segera memutuskan publikasi hubunganku dengan Mas Rafi. Temanku hanya menanyakan kabarku, dan bertanya-tanya ada apa. aku hanya menjawab, tolong hapus publikasinya.

Yaaa. Hanya itu yang aku bisa lakukan saat itu. sungguh, satu hari itu aku merasa tertindih batu yang sangat besar. Hingga aku sulit untuk bernafas, aku hanya menangis tersedu-sedu dan aku mulai bertanya-tanya pada diriku sendiri, apakah benar ini yang namanya cinta? Ini yang namanya patah hati? Maafkan aku mas. Maaf. Aku hanya bisa berkata pada diriku sendiri berulang-ulang. Aku benar-benar merasa bersalah saat itu pada Domba.

Memang keputusanku untuk memutus hubnunganku dengan Mas Rafi tidak menyelesaikan semuanya. Tidak. mas rafi meminta penjelasanku. Dan aku hanya menjawab, “aku tak ingin ada penjelasan!” sadis sekali saat itu aku. Tak mengerti apa yang dipikirkan Domba. Tiba-tiba ia pacaran saja dengan kakak kelasku seminggu setelah aku memutuskan Mas rafi. Ya, adik sahabatnya ia pacari. Aku hanya, yaaa, merasakan patah hati untuk kedua kalinya. Pikiranku benar-benar berkecamuk saat itu, hatiku entah tak karuan rasanya, dan lagi-lagi aku hanya bisa mengeluarkan air mataku.

Setelah itu, aku hanya menjadi seseorang yang platonis. Ya, mencintai seseorang dengan diam. Tak diumbar, dan cukup diriku saja yang tahu bahwa aku benar-benar mencintainya. Entah apa yang terjadi pada diriku, aku benar-benar hanya memperhatikannya dari jauh. Melihat ia bahagia dan baik-baik saja sudah cukup mengobati rasa rinduku. Hingga saat ia sedang sholat jum’atan pun didalam masjid, aku masih ingat melihatnya dari atas kelas melalui sela-sela daun yang lebat. Sungguh, saat itu aku menjadi seorang yang platonis. Hingga ia lulus. Hingga aku mengetahui betul ia tak bisa melanjutkan studinya ke perguruan tinggi. Hingga aku tahu, ia mulai bekerja. Dan aku tak pernah berhubungan lagi dengannya. Namun aku tetap tak bisa melupakannya cepat. Hingga aku lulus SMA pun, aku masih memikirkannya. Alhasil, aku tak mengumbar perasaanku pada yang lain, saat SMA hanya dia. Ya Domba itu. aku benar-benar menjadi seseorang  platonis saat itu.

Hingga akhirnya terdengar kabar bahwa ia sudah memiliki anak laki-laki. Haha.. apakah kalian tahu bagaimana rasanya?
Aku hanya bisa tersenyum. Hahaha. aku hanya berkata pada diriku sendiri, bukan jodohnya. Dan setelah tahu berita itu, aku menghapus kontak hpnya. Aku sudah mulai mencoba melupakannya. Hingga muncullah Kuda dan Ular bersamaan dalam hidupku. Ah, benar-benar semua masih teringat dikepalaku. Haha. Begitulah akhir aku dengan Domba. Yaaa tak semua ending itu selalu apa yang diharapkan.
dan hm,, beberapa bulan lalu aku menerima miscall dari seseorang. Dan akhirnya seseorang itu, sms aku.

Ini marsya bukan?

ya aku marsya. Ini siapa?

Domba.

Domba?

Setelah itu ia tak membalas lagi. Hahaahaha. entahlah apa maksudnya, yang pasti Cinta itu tak harus memiliki, dan cinta pertama tak harus menjadi cinta terakhir.
Biarkan ia bahagia dengannya.

Menunggu malam Lailatul Qadr

~Marsya Sataly~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar