kriteria cowo yang kamu suka siapa?
Aku belum membalasnya. Aku hanya bercerita pada teman sebangkuku saat itu,
dan ia lalu segera memegang hpku. Karena setelah itu, kami harus pindah ruang,
akhirnya kami pindah keruang 8, pelajaran bahasa Indonesia. Aku duduk dekat
jendela, berhadapan langsung dengan ruang 6. Temanku mengembalikan hpku dengan
senyum-senyum. Aku tak begitu tahu maksudnya, hingga akhirnya aku melihat ada
yang tak beres. Aku mulai menyadari balasan dari smsku adalah,
Kamu mas.
Benar sudah. Temanku itu yang membalasnya. Ya walaupun aku memang
menyukainya. Tetapi buka begini caranya. Akhirnya aku sedikit marah dengan
temaan yang mengetik itu. lalu, ia hanya berkata “ hust. Itu Domba ada didepan
ruang 6. Lihat tuh, dia memperlihatkan hpnya pada temannya. Lihat. Dia itu suka
sama kamu Sya. Tuh, mukanya aja senyum-senyum gitu”. Memang betul Domba ternyata
saat itu berada didepan ruang 6 dan aku melihatnya samar-samar dari jendela.
Aku yakin betul, Domba tidak mengetahui keberadaanku disitu. Hanya saja ada dua
orang cowo yang memegang hp saat itu. aku tidak melihat Domba memperlihatkan hp
pada temannya. Aku hanya melihat ada seorang cowo melihat hpnya, setelah itu ia
langsung memasukan hp itu kekantongnya. Aku tambah marah, aku langsung mengetik
menulis,
Astagfirulloh, masyaalloh, maaf mas. Itu temen aku yang balas smsnya.
Bener. Bukan sms dari aku.
Setelah mngirimkan pesan singkat itu, aku langsung beralih pada temanku aku
berkata pada temanku itu. “ngawur kamu. Jangan gitulah. Jelas-jelas dia
masukin itu hpnya. Kamu ngawurlah!”
“ih, lihat ya. tuh. Lihat.” Dia menarikku untuk berdiri, sehingga aku dapat
melihat jelas. Dan ternyata, aku salah melihat orang. Saat itu aku melihat
dengan jelas Domba sedang membuka hpnya, dan yang ini, Domba betulan yang aku
lihat. Sontak ia meperlihatkan smsnya pada temannya. Terlihat jelas raut
wajahnya yang kecewa. Dan saat itu aku lemas. Lunglai, karena aku juga kecewa
dengan tindakanku. Seandaikan benar, ia menyukaiku, aku tak akan membalas
smsnya, dan aku akan menunggu balasan smsku (sms yang teman aku kirimkan tadi).
Dan entah dari tadi juga, temanku itu balas memarahiku.
Ia berkata;”tunggu sebentar saja apa susahnya sih. Toh sms itu udah
terkirim, jadi kamu jangan balas gitu. Ya memang aku yang membalas sms itu.
tapi kata-katamu itu, apalagi yang membawa nama Alloh itu, ah. Kamu ngerusak
sendiri kan. Nyeselkan sekarang!” entah mengapa aku hanya diam seribu bahasa.
Ah, sudahlah. Mungkin temaku ini lelah setiap hari aku selalu menceritakan dia,
dan jelas-jelas aku menyukainya, tetapi aku tak bisa dan tak mau
menggungkapkan. Dan saat kesempatan itu hadir, aku menyia-nyiakanya. Ada pesan
masuk darinya,
Oh, temen kamu yang sms yaaa. Yaudah.
Benar-benar pupus sudah saat itu harapanku. Aku tak membalas smsnya. Dan
saat itu hubungan kami mulai renggang. Hingga setiap kami bertemu, kami hanya
senyum saja, atau pura-pura tak melihat. Padahal malam sebelum kejadian itu
terjadi, Domba bilang padaku , “marsya marsya. Kamu memang berbeda dari
kebanyakan cewe yang aku kenal. Kamu lucu, bisa diajak cerita. Kamu memang beda
dari yang lain sya.”
Ngenes banget bukan? Memang bodohnya aku saat itu. hingga akhirnya camping
ke-3 ku terjadi. Aku ikut. Domba juga ikut. Namun sayang, tahu gak? Aku
dan ia seolah-olah seperti ada jarak. Aku bingung untuk memulai cerita.
Begitupun dengannya. Aku hanya melihat sebenarnya baik aku dengannya tak ingin
seperti ini. Namun entahlah, kami benar-benar tak bercakap-cakap. Tidurpun, ia
berada di paling kanan tenda. Dan aku paling kiri. Ditengahnya kalau gak salah
ada ka cik dan sapa lagi aku lupa. Singkat cerita, mas Rob mau membuat kopi,
dan ia meminta tolong Domba mengambilkanmya, ternyata kopi itu tak
ketemu-ketemu. Hingga aku akhirnya membantu mencarinya, saat itu sudah larut
malam, dan si Kacik dan satu lagi itu sudah tidur. Alhasil kami mencari cari
disela-sela. Hingga, hingga, yaaa. Sungguh benar. Tanganku dan tangannya tak
sengaja bersentuhan. Aku dengannya lalu berpandangan. Sungguh benar aku ingin
meng-pause kejadian itu. namun entah mengapa aku reflek menarik
tanganku. Dan berkata langsung pada mas Rob bahwa kita tak menemukan kopinya,
aku malah menyuruhnya untuk mencari sendiri.
Tak berhenti sampai situ, camping ke-4 ku pun aku masih diam-diaman.
Mungkin jeda dari camping ke-3 sekitar satu bulan. Saat itu, aku mulai tahu,
bahwa mas Andi sudah mengetahui aku menyukai Domba. Sontak ia menyuruhku
membantu Domba membuat api unggun saat itu. alhasil aku membantunya, dan mulai
berbincang dengannya. Ya, setelah itu, ia mengeluarkan nangka yang ia bawa. Dan
ia melupasnya, lalu membagi pada teman-teman yang ada disitu. Saat terakhir, ia
memberikannya padaku. Aku hanya menunjukan padanya tanganku yang kotor, alhasil
ia menyuapiku. Tidak kode bukan, aku saat itu hanya benar- benar kangen
dengannya. Setelah itu, seperti biasa ia bernyanyi, memetik gitarnya yang tampak
mulai usang menurutku. Ya begitulah, ia berasal dari keluarga yang broken
home, ia memilih tuk tinggal bersama ibunya, dan ia pernah bercerita bahwa
dia dididik untuk menjadi orang yang sederhana.
Domba pandai memainkan gitar, dia juga pernah bilang padaku bahwa ia
belajar otodidak. Tetapi sungguh suaranya merdu, dan skill gitarnya bagus,
makanya temen-temen lain suka request lagu padanya. Singkat cerita, aku duduk
dibelakangnya. Kami tidak menghadap api unggun saat itu, lalu entah mengapa ia
berbicara padaku, “sya, bisa kamu berbalik saja duduknya? Biar aku bisa
bersandar dipunggungmu, nanti kamu juga gitu. Hehe. Pengin senderan .
“ aku hanya menganggukkan kepala dan aku pun berbalik dan merapatkan punggungku
dengannya. Setelah itu, hahaha. gak ada yang tahu selain aku, Domba dan Mas
Andi mungkin. aku, balas-balasan lagu saat itu. yaps, dimulai lagu armada yang
berjudul “mau dibawa kemana”
Tak perlu kau tanya lagi, siapa pemilik hati ini kau tahu pasti dirimu.
Tolong lihat aku dan jawab pertanyaanku,
mau dibawa kemana hubungan kita,
jika kau terus menunda-nunda dan tak pernah nyatakan cinta.
Ya sangat terasa betul saat itu. kami sedang mengungkapkan apa yang kami
rasa. Setelah camping ini, aku mulai dekat dengan Mas Rafi. Teman kakaku semata
SMP, aku sudah menyukainya, ya hanya suka. Tidak mulai sayang seperti ke Domba.
Hari-hariku kini sibuk berhubungan dengan Mas Rafi. Ya, ia sms, bertelpon
hingga selalu mengajakku ketemuan. dia berbeda sekolah denganku. dan entah
mengapa aku tak ingin bertemu dengannya, mungkin Mas Rafi hanya menjadi
pelampiasanku saat itu. hingga ia mengajakku untuk berpacaran. Dan aku terima
saja. Bodoh bukan?
haha. Ya saat itu aku menerimanya, sampai ia memintaku mempublikasikan
hubungan pacaran kita di facebook. Dan aku sudah tak memikirkan lagi bagaimana Domba.
Singkat cerita, teman kakakku main kerumah. Aku baru pulang sore setelah main
dengan temanku. Teman kakakku itu bernama Mba Nindy. Saat aku sampai rumah, ia
sedang telpon-telponan dengan temannya, hingga kata-katanya, “ya, ini aku malah
lagi ditempat Anti, ada Marsya juga ini. Mau titip salam ga?” aku yang
mendengarnya, menjadi penasaran. Akhirnya setelah mba Nindy itu menutup
telponnya,aku langsung bertanya, “siapa mba?”
“hahaha. ini si Domba.”
“loh??? Mba kenal Domba?”
“kenal banget lah orang dia sahabatku.”
“ owalah jadi kalau dia bilang lagi ditempat sahabatnya itu, itu di tempat
mba to?”
“ehm, iyaaa. Kamu suka smsan kan sama dia?”
“hahahaha. Iya itu dulu mba. Oh ya, aku cuma pengin tanya aja, mba
sebenarnya dia lagi kenapa? aku sering lihat di Fbnya kaya lagi patah hati
gitu. Dia lagi patah hati apa mba?”
“iya. Dia lagi patah hati tahu. Kamu gak tahu apa?”
“gak mba. Emange sama siapa? Jahat banget tuh cewe. Pernah aku mbaca
statusnya yang keliatan banget dia sakit hati mba. Sumpah jahat banget tuh
cewe!” aku menaikkan nada bicaraku.
“ hm. Iya sedikit jahat si menurutku. Dia itu cinta tahu sama cewe itu.
pernah waktu itu dia pengin banget ngajak cewe itu buat nemenin dia di festival
bandnya. Tapi dia bingung ngajaknya, akhirnya dia minta tolong aku untuk bantu.
Tapi aku waktu itu juga lagi sibuk, jadi ga bisa bantu banyak dia. Tapi yang
pasti si Domba sudah sayang banget sama tu cewe.”
“owwalah, bisanya mba? emangnya siapa tuh cewe mba? Ngawur banget yakin!”
“cewe itu, kamu sya....”
“HAH? Ga lucu lah mba.”
“ iya bener. KAMU. Dia tuh tanya-tanya tentang kamu lewat aku. Aku ya cuma
tahu cari kakakmu doank. Waktu festival itu, dia pengin ngajak kamu. Tapi dia bingung,akhirnya
dia nyuruh aku ngajak Anti nonton dia, dia berharap kamu tahu dan ikut nonton
bareng Anti. Tapi ternyata Antinya waktu itu aku ajak gak mau. Dia juga cerita
kejadian di tenda bareng kamu, waktu kejadian temen kamu yang bales smsnya,
sampai kamu ternyata punya cowo sekarang ini. Dia cerita semuanya ke aku. Ya
dia sih ga nyuruh aku cerita ke kamu. Toh kamu juga gak tahu kan kalau aku
ternyata sahabatnya. Aku beritahu kamu juga karena kamu penasaran sama dia.
Jadi ya aku kasih tahu.”
Aku tak bisa melanjutkan obrolanku saat itu, aku hanya merasa hatiku remuk
hancur berserakan saat itu. aku benar-benar merasakan sesaknya hati ini, hingga
luapan air mataku keluar sangat deras. Aku hanya mengontak temanku. Aku
langsung memberikan pasword Fbku dan aku meminta temanku untuk segera
memutuskan publikasi hubunganku dengan Mas Rafi. Temanku hanya menanyakan
kabarku, dan bertanya-tanya ada apa. aku hanya menjawab, tolong hapus
publikasinya.
Yaaa. Hanya itu yang aku bisa lakukan saat itu. sungguh, satu hari itu aku
merasa tertindih batu yang sangat besar. Hingga aku sulit untuk bernafas, aku
hanya menangis tersedu-sedu dan aku mulai bertanya-tanya pada diriku sendiri,
apakah benar ini yang namanya cinta? Ini yang namanya patah hati? Maafkan aku
mas. Maaf. Aku hanya bisa berkata pada diriku sendiri berulang-ulang. Aku
benar-benar merasa bersalah saat itu pada Domba.
Memang keputusanku untuk memutus hubnunganku dengan Mas Rafi tidak
menyelesaikan semuanya. Tidak. mas rafi meminta penjelasanku. Dan aku hanya
menjawab, “aku tak ingin ada penjelasan!” sadis sekali saat itu aku. Tak
mengerti apa yang dipikirkan Domba. Tiba-tiba ia pacaran saja dengan kakak
kelasku seminggu setelah aku memutuskan Mas rafi. Ya, adik sahabatnya ia
pacari. Aku hanya, yaaa, merasakan patah hati untuk kedua kalinya. Pikiranku
benar-benar berkecamuk saat itu, hatiku entah tak karuan rasanya, dan lagi-lagi
aku hanya bisa mengeluarkan air mataku.
Setelah itu, aku hanya menjadi seseorang yang platonis. Ya, mencintai
seseorang dengan diam. Tak diumbar, dan cukup diriku saja yang tahu bahwa aku
benar-benar mencintainya. Entah apa yang terjadi pada diriku, aku benar-benar
hanya memperhatikannya dari jauh. Melihat ia bahagia dan baik-baik saja sudah
cukup mengobati rasa rinduku. Hingga saat ia sedang sholat jum’atan pun didalam
masjid, aku masih ingat melihatnya dari atas kelas melalui sela-sela daun yang
lebat. Sungguh, saat itu aku menjadi seorang yang platonis. Hingga ia lulus.
Hingga aku mengetahui betul ia tak bisa melanjutkan studinya ke perguruan
tinggi. Hingga aku tahu, ia mulai bekerja. Dan aku tak pernah berhubungan lagi
dengannya. Namun aku tetap tak bisa melupakannya cepat. Hingga aku lulus SMA
pun, aku masih memikirkannya. Alhasil, aku tak mengumbar perasaanku pada yang lain,
saat SMA hanya dia. Ya Domba itu. aku benar-benar menjadi seseorang
platonis saat itu.
Hingga akhirnya terdengar kabar bahwa ia sudah memiliki anak laki-laki.
Haha.. apakah kalian tahu bagaimana rasanya?
Aku hanya bisa tersenyum. Hahaha. aku hanya berkata pada diriku sendiri,
bukan jodohnya. Dan setelah tahu berita itu, aku menghapus kontak hpnya. Aku
sudah mulai mencoba melupakannya. Hingga muncullah Kuda dan Ular bersamaan
dalam hidupku. Ah, benar-benar semua masih teringat dikepalaku. Haha. Begitulah
akhir aku dengan Domba. Yaaa tak semua ending itu selalu apa yang diharapkan.
dan hm,, beberapa bulan lalu aku menerima miscall dari seseorang. Dan
akhirnya seseorang itu, sms aku.
Ini marsya bukan?
ya aku marsya. Ini siapa?
Domba.
Domba?
Setelah itu ia tak membalas lagi. Hahaahaha. entahlah apa maksudnya, yang
pasti Cinta itu tak harus memiliki, dan cinta pertama tak harus menjadi cinta
terakhir.
Biarkan ia bahagia dengannya.
Menunggu malam Lailatul Qadr