Selasa, 28 Juli 2015

bukan catatan

Shit. Aku berbisik dalam hati. Hanya delapan hari, batinku berkata. Yaa mati. Hidup sangat erat. Sangat. Aku benar- benar mematikan feel tulisanku. Tapi, akhirnya aku menyerah saat ini. Sejujurnya aku sudah tak ingin menulis. Entahlah. Terkadang sesuatu terjadi tak perlu alasan bukan? Dan ya salah satunya adalah "jatuh cinta". Haha. Shit men! Lagi - lagi ngomong cinta. Jujur, aku mematikan feel menulis yaa karena itu. Ckck. Jika bisa aku ingin menangis tersedu- sedu kali ini.Mencoba memohon hati dan menghentikan tarian jari jemariku mengetik. Aku tak ingin menulis. Tetapi entah mengapa semua itu
tetap berjalan, hingga tulisan ini ada. Ckck

Besok sudah pergi saja. Ahhh, entah mengapa aku tak bisa meninggalkan ruang ini.? Ntah kenapa aku tak ingin pergi. Haha. Yaa. Dia datang lagi. Apa yaa namanya, yang pasti sesuatu seperti peringatan atau hm. Pengingat? Atau pedoman? Ah entahlah. Aku hampir sering bingung sendiri. Haha. Aku memang pemikir. Dan mulau dari kapan aku sngat suka hal yang detail, hingga terkadang sahabatku berkata bahwa aku itu orangnya pemikir yang mendasar. Ah entahlah. Yang pasti hatiku jauh- jauh lebih mendasar hingga ke dasar laut. Mungkin gitu kali perumpamaannya. Hhaha. Kali ini aku bercanda. Dan berdasarkan pengamatanku di dalam becanda sebenarnya ada sepersekian persen dari serius. Haha. Simpulkan saja sendiri.

Hm...
Hmmm...
Ehmmmm...

Setiap orang pasti punya rasa takut. Aku pun begitu. Sampai lagu saja aku takut. Aku juga takut setan. Maksudnya yang "menampakan wujudnya". Selebihnya? Haha. Maaf aku jauh lebih takut dengan Sang Pencipta. Hahaha. Sebenarnya ada lagi. Aku takut sama kematian. Sungguh. Yaa apa lagi kalau matinya ninggalin kesalahan se TPA gunung tugel. Haha. Aku takut sangat ketakutan kehilangan orang yang aku sayangi
Aku taku mereka meninggalkanku terlebih dahulu. Aku, aku takut aku tak berguna
Aku takut tak bisa melakukan apa- apa. Aku takut tak bisa melawan penindasan. Aku takut tak bisa menumpas kemlaratan. aku takut aku jahat. Aku takut aku menyakiti orang lain. Aku takut. Aku? Hal yang aku takuti saat ini adalah aku takut di tinggal untuk kedua kalinya. Aku takut di tinggal seseorang yang namanya terukir dalam hatiku. Saat ini aku bingung perasaan itu masih ada atau tidak. Hanya saja jauh di dalam hatiku aku hanya takut ia benar-benar mengikat janji suci pada yang lain.

Hahahahahah. Hanya ketakutanku saja. Bukan yang lain. Setidaknya aku pasti akan mati. So. Setakut apapun itu aku dengan kematian. Aku tak bisa berlari darinya. Begitu pula dengan dia. Jika hal itu terjadi. Aku akan mengubur rapat-rapat perasaan itu. Tak membiarkan cela cahaya dapat menembusnya dan selamat tinggal.
Cintaku tak menuntut memilikimu.

siapa lagi kalau bukan saya
~ MarsyaSataly~

Bukan catatan

Shit. Aku berbisik dalam hati.  Hanya delapan hari, batinku berkata. Yaa mati. Hidup sangat erat. Sangat. Aku benar- benar mematikan feel tulisanku. Tapi, akhirnya aku menyerah saat ini. Sejujurnya aku sudah tak ingin menulis. Entahlah. Terkadang sesuatu terjadi tak perlu alasan bukan? Dan ya salah satunya adalah "jatuh cinta". Haha. Shit men! Lagi - lagi ngomong cinta. Jujur, aku mematikan feel menulis yaa karena itu. Ckck. Jika bisa aku ingin menangis tersedu- sedu kali ini.Mencoba memohon hati dan menghentikan tarian jari jemariku mengetik. Aku tak ingin menulis. Tetapi entah mengapa semua itu
tetap berjalan, hingga tulisan ini ada. Ckck
Besok sudah pergi saja. Ahhh, entah mengapa aku tak bisa meninggalkan ruang ini.? Ntah kenapa aku tak ingin pergi. Haha. Yaa. Dia datang lagi. Apa yaa namanya, yang pasti sesuatu seperti peringatan atau hm. Pengingat? Atau pedoman? Ah entahlah. Aku hampir sering bingung sendiri. Haha. Aku memang pemikir. Dan mulau dari kapan aku sngat suka hal yang detail, hingga terkadang sahabatku berkata bahwa aku itu orangnya pemikir yang mendasar. Ah entahlah. Yang pasti hatiku jauh- jauh lebih mendasar hingga ke dasar laut. Mungkin gitu kali perumpamaannya. Hhaha. Kali ini aku bercanda. Dan berdasarkan pengamatanku di dalam becanda sebenarnya ada sepersekian persen dari serius. Haha. Simpulkan saja sendiri.
Hm...
Hmmm...
Ehmmmm...
Setiap orang pasti punya rasa takut. Aku pun begitu. Sampai lagu saja aku takut. Aku juga takut setan. Maksudnya yang "menampakan wujudnya". Selebihnya? Haha. Maaf aku jauh lebih takut dengan Sang Pencipta. Hahaha. Sebenarnya ada lagi. Aku takut sama kematian. Sungguh. Yaa apa lagi kalau matinya ninggalin kesalahan se TPA gunung tugel. Haha. Aku takut sangat ketakutan kehilangan orang yang aku sayangi
Aku taku mereka meninggalkanku terlebih dahulu. Aku, aku takut aku tak berguna
Aku takut tak bisa melakukan apa- apa. Aku takut tak bisa melawan penindasan. Aku takut tak bisa menumpas kemlaratan. aku takut aku jahat. Aku takut aku menyakiti orang lain. Aku takut. Aku? Hal yang aku takuti saat ini adalah aku takut di tinggal untuk kedua kalinya. Aku takut di tinggal seseorang yang namanya terukir dalam hatiku. Saat ini aku bingung perasaan itu masih ada atau tidak. Hanya saja jauh di dalam hatiku aku hanya takut ia benar-benar mengikat janji suci pada yang lain.
Hahahahahah. Hanya ketakutanku saja. Bukan yang lain. Setidaknya aku pasti akan mati. So. Setakut apapun itu aku dengan kematian. Aku tak bisa berlari darinya. Begitu pula dengan dia. Jika hal itu terjadi. Aku akan mengubur rapat-rapat perasaan itu. Tak membiarkan cela cahaya dapat menembusnya dan selamat tinggal.
Cintaku tak menuntut memilikimu.
siapa lagi kalau bukan saya
~ MarsyaSataly~

Senin, 20 Juli 2015

Sore, Malam Minggu Part 5

Sudah sore, malam minggu saja. Haha. Bertemu lagi di acara yang sama dengan saya Marsya Sataly yang semakin manis setiap harinya. Hahhaha. Yang pasti ini aku yang berbicara. Oke, kali ini aku sedang tidak ingin berbicara tentang kejonesanku yang semakin meradang. Haha. Tidak. tidak. aku hanya ingin memperkenalkan sisi lain, yaa lagi-lagi masih dalam soal percintaan. Yaa tidak jones-jones amat lah, kata Dinda “jones ajah”. Haha. Hmmm, sebenarnya aku memang masih gamov.

Kalian tahu apa? haha, gamov memang berasal dari kamus hidupku, yang berarti gagal move on.
Kenapa aku gamov??? Ya karena aku ga move on. Jadi gamov. Haha. Ngomong-ngomong tentang gamov, aku memang masih jones. Huhu. “akhirnya kamu ngaku juga” hatiku menyaut. Ah. Ini hati oon. Gara-gara dia aku gamov. Sebenarnya aku bisa-bisa saja move on. Cumaaa,,, karena gamov itu aku jadi gak bisa move on. Ya iyalah, hubungan kausatif koh. Haha. 

Bicara tentang gamov. Aku sebenarnya ga jones-jones banget. Sebenarnya ada beberapa orang, ya sebut saja para kaum adam mendekatiku. Haha, tidak beberapa hanya sebenarnya cukup menemani kesendirianku. Ya mereka cukup dekat denganku. Ada teman kampus lain, ada teman main, ada temannya temanku, sampai ada teman baruku, sampai ada yang meminta kenalan denganku. Bukan sedang menyombong atau bagaimana. Sebenarnya ada yang tampan, ada pula yang jago bermain musik (lagi-lagi)ckck, ada juga yang sudah bekerja, ada juga yang sedang sibuk naik gunung terus, dan ada juga yang alim. 

Haha. Hampir semuanya hadir, pergi, hadir, pergi sekenanya. Aku pun sekenanya juga menangggapi mereka. ya mereka yang menjadi teman dekat sekaligus apalah namanya. Pernah suatu ketika, ada yang memintaku jalan, hanya saja yang lain secara bersamaan juga meminta. Jadi ya aku menolak semua. Ya hanya menjaga perasaan dan aku tekankan disini, aku tak mengumbar perasaanku, karena. Karena itu berada di dalam, sudah tertutup berlapis-lapis dan tak tahu kapan akan keluar lagi. Sayangnya, yang berada di dalam itu hanya terukir satu nama dan dia sudah ada yang punya. Haha. Bodoh bukan diriku?

Hm. Bicara tentang dia yang berada di dalam hatiku. Aku tak tahu betul mulai kapan aku menyukainya. Padahal saat bertemu dengannya pertama kali, aku tak ada rasa. Yaa sebenarnya selain Domba, semua pasti melalui proses. bukan tiba-tiba aku langsung suka pada pandangan pertama. Ngomong-ngomong ada satu orang lagi sebenarnya, selain Ular dan Kuda. Ya mungkin baru satu tahun dekat denganku. Ia sepantaran dengan Ular, sebut saja Kangguru.

Kangguru, aku mengenalinya saat sedang berkumpul dengan temanku. Ia tampan parasnya maupun akhlaknya. Aku, hanya kadang-kadang bertemu dengannya. Sebenarnya aku awalnya tak ada rasa. Aku hanya menganggapnya seperti kakak kandungku. Dia sangat perhatian padaku, baik pada keluargaku, dan memang orangnya agak sedikit tertutup. Hanya saja, saat aku berada di dekatnya aku sangat enjoy, menikmati dan sangat nyaman. Dia salah satu orang yang tahu betul aku. Yaa, tahu ceritaku dengan Ular. Kuda? Ah aku tak mau menceritakannya. Karena? Haha. Dia sepertinya menyukaiku. 

Sempat satu tahun aku berkenalan dengannya, kami bertemu, dan ya, ia menanyaiku tentang hubunganku dengan Ular. Ia selalu marah setelah aku ceritakan. Ia? Sampai akhirnya satu hari menjelang lebaran, ia main kerumah. Ia berpamitan padaku, karena ia mau mudik. Dan tahu? Ia memarahiku besar, dan aku tak bisa berkutik. Aku memang sangat menghormatinya, entah mengapa walau kami pun jarang kontak-kontakan. Ia memarahiku habis-habisan. Entah tak tahu betul. Mungkin karena ia membaca catatanku sebelum ini dan ia langsung menghubungiku, meminta ketemuan. Saat itu,aku yang memang sedang tak ingin bertemu siapapun menolaknya. Hingga malam takbiran itu, ia menyuruhku keluar, ia sudah berada di depan rumah. Awalnya gelagatnya baik sih, apalagi wajahnya itu seperti memancarkan ketenangan. Namun setelah itu, ia benar-benar memarahiku. 

“ADA APA KAMU? KENAPA LAGI? SUDAH AKU BILANG BERKALI-KALI BUKA HATIMU!” ia memandangku lekat-lekat. Aku hanya menunduk. Sontak ia memegang tanganku. Menegakkan daguku supaya bisa memandangnya. Akhirnya, aku menatapnya. Aku dapat membacanya, ya. kedua kelopak mata itu surut, suram, menyimpan kesedihan, amarah dan kasih sayang. Aku menyadari betul. Saat itu aku hanya bisa berkata “maaf” dalam hati.

“ KENAPA DIEM AJA! APA PERLU AKU HAJAR TU ORANG?” suara Kangguru meninggi.

“jangan Kang.” Aku hanya mampu melihatnya lekat-lekat.

“ TRUS MAU GIMANA? MAU NUNGGU SAMPE TUA? MASIH MAU NUNGGU YANG GAK 
JELAS? APA PERLU MAS YANG NGADEPIN DIA? HAH!”

“jangan Kang. Jangan. Jangan gitu mas. Plis jangan bilang kaya gitu.” Aku menunduk lagi. Aku tak bisa melihat raut wajahnya. Aku sedang tak ingin mengungkit dia. Dan tiba-tiba air mataku jatuh. Ia melihatku dengan pandangan yang tajam, aku hanya tak ingin membuatnya terluka. Aku hanya takut melukai perasaannya.

“OKE. Sekarang mau gimana? Aku ngomong pelan-pelan sama kamu sya. dahulu aku membiarkanmu mengikuti kata hatimu. Tetapi setelah aku melihatnya lagi. Mengapa kau menjadi tak karu-karuan seperti ini? Aku membiarkanmu merokok sekenamu. Aku mencoba mengertimu sya. Aku tak mau kau terluka gara-gara cowo banci kaya dia! Aku tak mau kau diperlakukan tak jelas olehnya! Aku hanya ingin kau bahagia. Entah dengan sapa tak masalah. Asalkan kau tidak seperti ini. Bukankah 3 tahun sudah cukup sya? Mau sampai kapan kau menangis seperti ini?!!!” Kanguru menepuk-nepuk pundakku dan sangat terlihat sekali ia sedang menata kembali ucapannya.

“ Kang,,,”

“”APA?”

“maaf membuatmu marah seperti ini. Aku tak bermaksud. Aku hanya ingin meluapkannya saja. Maaf aku egois. Aku,,,,,”

“APA KAU MEMANG SELALU MEMINTA MAAF? APA MEMANG KAU ORANG YANG SELALU MERASA SALAH? JANGAN BEGITU SYA! Kau tak salah, tak perlu minta maaf. Apa kau begini juga padanya? Memang kau bodoh sya. Sangat bodoh! Mana kamu yang dulu? Mana semangat kamu? Mana kenekatan kamu? Mana kekuatan kamu? Cuma gara-gara dia kamu jadi gini? Sya,, tolonglah, buka hatimu. Jangan kau sakiti dirimu sendiri.” Kali ini ia tak menepuk pundakku, ia sudah mulai merangkulku dan mendekatkanku padanya. Aku hanya diam, tak ingin menanggapinya.

“hahahahha. Bodoh. Harusnya, saat aku menembakmu setengah tahun lalu. aku harusnya memaksamu menerimaku. Setidaknya kau tak merasa sendirian seperti ini. Atau kalau perlu, saat kau menolakku dulu. Kau harusnya membuat janji padaku agar kau cepat membuka hatimu. Ah kau ini. Memang sangat bodoh sya.” Kangguru mengusap sekaligus mengobrak-abrik rambutku.

“haha, suruh sapa saat itu kau tak memintaku seperti itu mas? Mas malah bilang waktu itu padaku supaya aku belajar saja. Hahaaha. Maksudnya belajar mencintaimu apa mas? Haha. Tapi,,, “ aku mengusap air mataku, dan  aku sebenarnya bingung harus berkata apa padanya. Hatinya terlalu baik untuk aku sakiti. Maaf kang. Aku hanya bisa mengulang kalimat ini dalam hati.

“wkwkwkk, itu tahu. Tapi kayanya kamu gak pernah belajar. Yang ada kamu malah semakin galau dan tak jelas gini. Aku jadi gak suka.”

“hahaha,, syukurlah akhirnya kamu sadar Kang.”

“hahhaha,, memang. Aku masih menyukaimu. Akupun belum bisa move on darimu. Tapi aku masih bisa memakai logika berpikirku. Tidak sepertimu. Isinya hanya tak jelas. Galau, rokok, hujan-hujanan. Ckck. Berubahlah sya. Setidaknya, turutilah aku, yang selalu kau anggap aku hanya sebagai Masmu ini.”

“hahaha. mas? Maaf.”

“maaf terus! Lebarannya besok tahu!” ia mempolesku.

“haha. Sorry Kang. Sori. Hm, kamu harus cari yang lain. Tapi setelah itu kenalin ke aku. Oke?”

“gak sopan nyuruh-nyuruh. Emangnya kamu sendiri gimana? Ngaca donk. Bahahah. Gak. Aku mau tunggu kamu aja... emm, tunggu kamu bisa move on. Setelah itu aku bakal bisa juga.”

“hih, emang bisa? Haha. Aku? Gak tahulah kang. Aku udah males mikirin.”

“males mikirin, tapi buat catetan terus. Ya sama aja. Yang pasti aku gak mau kamu kaya gini. Apa perlu aku yang buka hatimu? Nanti aku taruh namaku di dalamnya.”

“hahaha. emoh ah. Hahaha”

“iya lah. Aku udah tahu jawabnnya. Dan ini jawabanmu ke 23. Ckckck. Kayanya aku melebihi jonesmu sya. Aku sebenarnya pengin ketemu sama Ular. Aku pengin marahin dia. Kenapa cewe baik kaya gini bisa dibiarin aja. Ckckckck. Bangxxx banget!”

“weitsz. kang??? Hahahaha. Udah sana pulang, nanti kemaleman sampai rumah. Terimakasih atas marah-marahnya, dan terimakasih atas semuanya.”

“bentar lagi lah. Takut kangen sama kamu koh. Emmm. Gimana kalau kamu ikut aja? Nanti aku kenalin sama balon mertua?”

“balon?”

“bakal calon mertua marsya oon! Ya kali aja kamu mau buka hatimu buat aku sya.”

“haha. Ngarep! Kamu itu kakakku mas. Jangan gitulah,,,,”
“hahhahaha. Yaudah cepet buka hati. Buka pikiran juga. Dia itu cowo banci! Jelas-jelas suka sama kamu. Tapi gak ada geraknya. Ckck. Baik sama kamu sih gak papa. Tapi nyatanya dia yang suka buat kamu nangis! Kamunya juga bodoh! Suka ma orang kaya gitu. Dah gitu, aku yakin, cuma dia yang berhasil bikin kamu gak ngasap. Ckck. Udah habis berapa hari ini coba?  Loro-lorone nggelani temen. Gelut bae yuh!”

“haha. Asem ya Kang. Sok tahu kamu lah. Haha, udah sana pergi sanah lah. Mbok dikampung nemu awewe kan lumayan. Oh ya, Selamat lebaran yaaa,,,”

“ngusir koh!ckck. yaudah aku pulang dulu yaa. baik-baik dirumah. Jangan banyak asap! Jangan sampai ketahuan juga. Cepet sembuh kamu lah! Buka hatimu! Pakai pikiranmu! Cinta ya cinta, tapi jangan buta gitu! Ngerti kamu sya?”

“hmm.”

“coba lihat mas.”

“iya mas. Aku coba. Tapi pelan-pelan ya. makasih mas. “

“yaa gitu donk. Jangan ngomong doank!” ia membenarkan poniku. “Aku sayang kamu adeku.”

“hahaha. ade loh yaaa. Ga lebih? Haha. Aku juga sayang kamu mas.”

Setelah itu, kang pergi. Aku hanya senang sekaligus sedih. Yaa,, dia yang menyukaiku, tetapi aku tak menyukainya. Aku tak enak hati jika bercerita tentang Ular. Karena itu setelah ia menembakku, dan aku menolaknya. Haha. Memang bodoh saat itu aku. Saat itu aku hanya berfikir cowo sebaik dia tak patut denganku. Aku lebih sering menulis dan tak bercerita pada siapapun. Setidaknya dalam tulisan, aku hanya ingin mengungkapkan saja apa yang aku rasa. Selanjutnya, jika ada yang membaca, ya sudah. Aku pun  tak tahu ada atau tidak yang membaca tulisan ini. Aku hanya mulai tahu. Ternyata selama ini Kangguru membacanya. Haha. Apa mungkin ia akan membaca tulisan ini? Hahahaha. 
Peace mas. Hehehhe. Jangan marah lagi yaa. move on kang! wkwk

Aku memang belum tau apa yang akan aku perbuat. Yang pasti lagi-lagi aku hanya membiarkan semuanya mengalir, selagi baik menurutku, ya aku akan tetap membiarkanya. Karena ketika aku berusaha melupakannya, itu takkan berhasil. Saat aku mencoba dengan yang lain, haha. Tidaklah.aku tidak sejahat itu, dan itu  bukan gayaku. Haha. Dan ini, mungkin tulisan sore, malam minggu yang terakhir. Lagi-lagi entah mengapa aku tak sanggup melanjutkannya. Karena terkadang aku merasa ekspresi tulisanku ini kurang tepat. 

Karena, haha. Apa iya semuanya akan aku ceritakan lewat tulisan? Apa ia aku akan mengekspresikan semua yang aku alami? Haha. Aku memang tak  bisa terlepas dari menulis. Aku, hanya perlu mematikan feeling dan menghilangkan mood menulisku. Aku? Haha. Sudahlah. Aku hanya berharap, ada yang memarahiku lebih kencang, lebih keras, dan lebih tajam. Sehingga aku sadar semua yang kulukakan, apapun yang jelek-jelek itu, bisa terlepas dari kehidupanku. apapun namanya itu, aku tak seharusnya seperti ini, aku menyadari aku salah, tetapi apa boleh buat?

Rabu, 15 Juli 2015

Cinta


Beginilah keseharianku saat ini. Hanya menanti malam yang panjang. Jika malam kemarin sudah usai. Aku kan setia menantinya kembali nanti malam. Begitu seterusnya, hingga hari itu tiba. Hmm. Aku tak menyangka, bahwa sekarang aku selalu menulis. Menulis dan menulis. Haha. Ya walau tulisan ini tak jelas. Tulisan semua ini tak penting, tulisan ini seperti spam. Haha. Sorry. Ya anggap saja tulisan ini tak ada tuk kalian yang merasa terganggu. Memang terkadang egois sangat dekat dengan tidak memikirkan diri sendiri. Memang dekat, sangat dekat benci dengan cinta. Memang terkadang bahagia sangat dekat dengan kesedihan. Hahaha. dan memang sangat dekat pula keberaniaan dengan kepasrahan.

Bicara tentang keberaniaan dan kepasrahan. Aku punya banyak cerita. Yang pasti aku lebih sering memilih kepasrahan dibanding keberaniaan. Haha. Ya aku memang pengecut. Aku memang tipe orang yang pecundang. Aku, hanya menampakkan kepalsuaan. Keberaniaan yang dibuat-buat dan berhasil menjadi pakaian keseharianku. Ah, aku akhir- akhir ini sedang di tantang. Setidaknya jika keberaniaan sudah seperti menjadi pakaian keseharianku dan kepasrahanku yang berasal dari dalam jiwaku. Haha. Aku memang sering mengalami kontradiktif dalam kesehariaanku, terlebih dalam diriku.
Aku ingin berani, mengungkapkan perasaanku padanya. Namun sayang, aku masih ingat betul ketika. Ya ketika aku mengetahui ternyata ia sudah memiliki.

Hahaha. entah bodohnya aku, atau polosnya aku saat itu. aku tak henti-hentinya membodohi diriku hingga kini. Karena itu, aku sadar betul akan kebradaanku. Aku? Hahaha. mencintainya dengan sedikit platonis. Hanya menyadari betul aku sudah mencintainya, sekaligus aku hanya mencintainya jauh. Ya, seperti biasa hanya bisa memandangnya dari jauh, berdoa akan kebahagiaannya. Kuncinya jika ia baik-baik saja aku pun bisa ikut baik-baik saja. Karena aku sudah sadar betul bahwa cinta itu tak egois. Aku hanya mencintainya dengan tulus. Berkali-kali. Hatiku dan pikiranku bertentangan mengenai dirinya. Ya, dia yang seperti itu, dngan segala kekurangan dan kelebihan yang di punya, aku entah mengapa masih menyukainya. Yang pasti aku tak tahu betul dengan rencana Tuhan yang satu ini.

Ah sungguh, jika aku mampu mengumpulkan kenekatan yang aku punya, mungkin tak cukup mampu bagiku untuk mengutarakan perasaan ini. Sungguh aku sangat ciut, sangat sangat ciut berhadapan dengan ini, haha. Mungkin jika ada pilihan, aku lebih suka mengeluarkan kenekatan seperti berjalan di gelapnya malam di dalam hutan, sembari memutarkan lagu yang aku takuti, di banding mengatakan padanya “aku mencintaimu”. Hahaha. entah apa yang terjadi pada diriku sendiri. Aku hanya, hanya seseorang yang menurutku telah berhasil mengenal dirinya sendiri. Aku sudah sadar betul dengan ketiga sudat pandang yang dimiliki manusia. Aku sudah mulai menunggangi kudaku. Ya walau masih proses. Namun bukannkah proses lebih penting dari pada hasil? Menurutku kata-kata seperti hasil takkan mengkhianati proses itu kurang tepat. Karena jatuhnya, kata-kata ini bisa jadi menjadikan diri kita pamrih. Dan jika kita hanya mengandalkan hasil, namun ternyata hasil itu tak sesuai dengan harapan, pasti aku yakin ada rasa penyesalan karena ia harus menjalani proses. Tau gitu, ya kata-kata sepele namun berdampak besar dalam diri manusia. Kalau aku bisa mengutarakan, lebih tepatnya karena proses tak mengkhianati proses.

Ya, karena pada dasarnya proses, apapun itu itu adalah jiwanya. So jika suatu saat kita gagal, kita hanya perlu bangun, bangkit dan mengulang proses lagi. Jika kita berhasil. Kita juga harus mengulangi lagi proses. So, apa bedanya berhasil dan gagal?

Aku memang berbeda dalam menilai sesuatu. Ya,sebenarnya bukan aku saja, tetapi hampir semua orang memiliki perbedaan. Karena memang kita ditakdirkan berbeda. Memang kita berbeda. Aku hanya mengatai diriku berbeda, mungkin karena hanya aku saja yang mengetahui apa yang ada dalam diriku. Begitupun dengan lainnya. Tak ada yang mengetahui diri kita selain kita sendiri dengan Sang Pencipta bukan? Kita akan selalu merasa berbeda. Apapun yang orang lain bicarakan, apapun orang lain nilai, itu hanya sebatas mereka melihat. Tetapi diri kita? Haha, kita membuat, merancang, mengolah, memutuskan, dan melaksanakan apa yang ingin kita lalkukan. Dan yang pasti hanya diri kita yang tahu akan kita sendiri. Lantas bagaimana dengan orang yang tak mengenali dirinya sendiri? Mustahil kan? Haha. Memang secara nalar tak mungkin itu terjadi, namun pada kenyataannya itu terjadi. Dan banyak yang tak ingin berkenalan dengan dirinya sendiri. Atau banyak juga yang tak sadar dengan dirinya sendiri.

Ah, entahlah.aku tak ingin begitu mengurusinya, yang pasti aku sedang memancangkan tiang yang kokoh. Tidak paten tidak, karena tiang itu masih bisa dibawa pergi kemana-mana.   Dan begitulah saya, saya masih sangat fleksibel dengan semuanya.

Haha. Yang pasti saat ini kesehariaanku tak bisa terlepas dari menulis, berada di depan laptop, merenung, dan tak bisa lepas barang semenit memikirkannya.

Karena,aku sungguh rindu padanya. Aku menyukainya. Aku menyayanginya, dan aku mencintainya.
Namun sayang, rindu itu hanya memantul di dinding kamar. Dan tak ada yang tahu, kapan rindu itu sampai padanya.

Sayang, aku hanya menyukainya, tetapi aku tak berani berkata jujur padanya. Aku hanya menyayanginya, tanpa bisa berada disampingnya. Aku hanya mencintainya, dan tak bisa melakukan apapun untuk kebahagiaan dirinya. Aku memang pengecut dan lagi-lagi aku berada dalam kepasrahan tanpa kesudahan. Aku mencintaimu tanpa pamrih. Aku mencintaimu, ta. Hanya mencintaimu, tak menuntut memilikimu.

~Marsyasataly~

Selasa, 14 Juli 2015

Hujan,


Haha. Entah mengapa aku suka sekali berkata itu. Padahal "haha" yang aku maksud bukan tertawa. Yaa, hanya berarti bergumam tanpa mengeluarkan suara. Hmm. Haha kenapa kau datang?

Jujur aku kaget dengan kedatanganmu
Biasanya aku dapat selalu mengerti ketika kau datang. Ya walau seperti biasa mereka- reka semuanya. Aku hanya bertanya, kenapa kau datang, hujan? What's wrong with you? I'm okay now. So, why?

Hahahha. Aku tak akan menghakimimu. Karena teman yang baik tak pernah menghakimi. Tapi aku hanya bertanya, ada apa?

Apa kau hanya ingin memberiku pertanda? Pertanda bahwa malam ini malam yang ku tunggu- tunggu? Haha. Atau kau rindu padaku? Ah mungkin yang satu ini lebih tepat menurutku. Wkwkwk

Hmmm. Aku lagi ngantuk. Kenapa kau tak hadir lagi? Aku mencoba bercumbu denganmu tadi. Memainkan monster dengan kenekatan yang tepat. Haha aku merasakanya. Thengkyu sobat.

Jika benar ini malam itu, aku hanya ingin bercumbu dengannya. Ya, aku ingin. Tetapi kenapa nafas ini tersengal- sengal? Atau aku mulai cape? Ah jangan. Jangan. You must be strong. Kamu harus bisa. Bukankah kau meminta Sang Pencipta untuk memberikan hidup bagai 1000 tahun? Bukankah kau ingin. Kau sangat rindu dengan belahan jiwamu?
Bukankah kau sudah cukup dewasa untuk menanti dan menjemputnya?

Sya, boleh kau lelah boleh kau letih. Boleh kau tersengal- senggal, ttapi tidak bisa bertahankah kau? Barang sebentar saja. Kau pasti bisa sya.

Haha. Aku hanya senang melihatmu benar- benar ingin hidup. Memang kematian sangat dekat denganmu. Memang. Tetapi bukankah itu sudah ditakdirkan? Kau hanya cukup bertahan, dan ya menemukan kekasihmu, yang aku sadari kau sudah lama merindukannya.

Bersabarlah sayang. Sebentar. Dan bisa jadi ia. Akan hadir tiba- tiba seperti hujan yang turun tadi. Dan plis. Kumohon padamu, janganlah berasap. Nafasmu bisa tambah tak stabil lagi. Aku hanya ingin, hidupkanlah hidupmu sya. Plis. Aku ada untukmu. Selalu. Karena aku, kamu, kami satu.

So keep strong!

Dengan nafas tersengal- sengal
Menanti malam penantian
~marsyasataly~
Di hari dan detik ini juga

Minggu, 12 Juli 2015

Sore, Malam Minggu Part 4 Bagian B


kriteria cowo yang kamu suka siapa?

Aku belum membalasnya. Aku hanya bercerita pada teman sebangkuku saat itu, dan ia lalu segera memegang hpku. Karena setelah itu, kami harus pindah ruang, akhirnya kami pindah keruang 8, pelajaran bahasa Indonesia. Aku duduk dekat jendela, berhadapan langsung dengan ruang 6. Temanku mengembalikan hpku dengan senyum-senyum. Aku tak begitu tahu maksudnya, hingga akhirnya aku melihat ada yang tak beres. Aku mulai menyadari balasan dari smsku adalah,

Kamu mas.

Benar sudah. Temanku itu yang membalasnya. Ya walaupun aku memang menyukainya. Tetapi buka begini caranya. Akhirnya aku sedikit marah dengan temaan yang mengetik itu. lalu, ia hanya berkata “ hust. Itu Domba ada didepan ruang 6. Lihat tuh, dia memperlihatkan hpnya pada temannya. Lihat. Dia itu suka sama kamu Sya. Tuh, mukanya aja senyum-senyum gitu”. Memang betul Domba ternyata saat itu berada didepan ruang 6 dan aku melihatnya samar-samar dari jendela. Aku yakin betul, Domba tidak mengetahui keberadaanku disitu. Hanya saja ada dua orang cowo yang memegang hp saat itu. aku tidak melihat Domba memperlihatkan hp pada temannya. Aku hanya melihat ada seorang cowo melihat hpnya, setelah itu ia langsung memasukan hp itu kekantongnya. Aku tambah marah, aku langsung mengetik menulis,

Astagfirulloh, masyaalloh, maaf mas. Itu temen aku yang balas smsnya. Bener. Bukan sms dari aku.

Setelah mngirimkan pesan singkat itu, aku langsung beralih pada temanku aku berkata pada temanku itu. “ngawur kamu. Jangan gitulah. Jelas-jelas dia  masukin itu hpnya. Kamu ngawurlah!”

“ih, lihat ya. tuh. Lihat.” Dia menarikku untuk berdiri, sehingga aku dapat melihat jelas. Dan ternyata, aku salah melihat orang. Saat itu aku melihat dengan jelas Domba sedang membuka hpnya, dan yang ini, Domba betulan yang aku lihat. Sontak ia meperlihatkan smsnya pada temannya. Terlihat jelas raut wajahnya yang kecewa. Dan saat itu aku lemas. Lunglai, karena aku juga kecewa dengan tindakanku. Seandaikan benar, ia menyukaiku, aku tak akan membalas smsnya, dan aku akan menunggu balasan smsku (sms yang teman aku kirimkan tadi). Dan entah dari tadi juga, temanku itu balas memarahiku.
Ia berkata;”tunggu sebentar saja apa susahnya sih. Toh sms itu udah terkirim, jadi kamu jangan balas gitu. Ya memang aku yang membalas sms itu. tapi kata-katamu itu, apalagi yang membawa nama Alloh itu, ah. Kamu ngerusak sendiri kan. Nyeselkan sekarang!” entah mengapa aku hanya diam seribu bahasa. Ah, sudahlah. Mungkin temaku ini lelah setiap hari aku selalu menceritakan dia, dan jelas-jelas aku menyukainya, tetapi aku tak bisa dan tak mau menggungkapkan. Dan saat kesempatan itu hadir, aku menyia-nyiakanya. Ada pesan masuk darinya,

Oh, temen kamu yang sms yaaa. Yaudah.


Benar-benar pupus sudah saat itu harapanku. Aku tak membalas smsnya. Dan saat itu hubungan kami mulai renggang. Hingga setiap kami bertemu, kami hanya senyum saja, atau pura-pura tak melihat. Padahal malam sebelum kejadian itu terjadi, Domba bilang padaku , “marsya marsya. Kamu memang berbeda dari kebanyakan cewe yang aku kenal. Kamu lucu, bisa diajak cerita. Kamu memang beda dari yang lain sya.”

Ngenes banget bukan? Memang bodohnya aku saat itu. hingga akhirnya camping ke-3 ku terjadi. Aku ikut. Domba juga ikut. Namun sayang, tahu gak? Aku  dan ia seolah-olah seperti ada jarak. Aku bingung untuk memulai cerita. Begitupun dengannya. Aku hanya melihat sebenarnya baik aku dengannya tak ingin seperti ini. Namun entahlah, kami benar-benar tak bercakap-cakap. Tidurpun, ia berada di paling kanan tenda. Dan aku paling kiri. Ditengahnya kalau gak salah ada ka cik dan sapa lagi aku lupa. Singkat cerita, mas Rob mau membuat kopi, dan ia meminta tolong Domba mengambilkanmya, ternyata kopi itu tak ketemu-ketemu. Hingga aku akhirnya membantu mencarinya, saat itu sudah larut malam, dan si Kacik dan satu lagi itu sudah tidur. Alhasil kami mencari cari disela-sela. Hingga, hingga, yaaa. Sungguh benar. Tanganku dan tangannya tak sengaja bersentuhan. Aku dengannya lalu berpandangan. Sungguh benar aku ingin meng-pause kejadian itu. namun entah mengapa aku reflek menarik tanganku. Dan berkata langsung pada mas Rob bahwa kita tak menemukan kopinya, aku malah menyuruhnya untuk mencari sendiri.

Tak berhenti sampai situ, camping ke-4 ku pun aku masih diam-diaman. Mungkin jeda dari camping ke-3 sekitar satu bulan. Saat itu, aku mulai tahu, bahwa mas Andi sudah mengetahui aku menyukai Domba. Sontak ia menyuruhku membantu Domba membuat api unggun saat itu. alhasil aku membantunya, dan mulai berbincang dengannya. Ya, setelah itu, ia mengeluarkan nangka yang ia bawa. Dan ia melupasnya, lalu membagi pada teman-teman yang ada disitu. Saat terakhir, ia memberikannya padaku. Aku hanya menunjukan padanya tanganku yang kotor, alhasil ia menyuapiku. Tidak kode bukan, aku saat itu hanya benar- benar kangen dengannya. Setelah itu, seperti biasa ia bernyanyi, memetik gitarnya yang tampak mulai usang menurutku. Ya begitulah, ia berasal dari keluarga yang broken home, ia memilih tuk tinggal bersama ibunya, dan ia pernah bercerita bahwa dia dididik untuk menjadi orang yang sederhana.

Domba pandai memainkan gitar, dia juga pernah bilang padaku bahwa ia belajar otodidak. Tetapi sungguh suaranya merdu, dan skill gitarnya bagus, makanya temen-temen lain suka request lagu padanya. Singkat cerita, aku duduk dibelakangnya. Kami tidak menghadap api unggun saat itu, lalu entah mengapa ia berbicara padaku, “sya, bisa kamu berbalik saja duduknya? Biar aku bisa bersandar dipunggungmu, nanti kamu juga gitu. Hehe. Pengin senderan . “ aku hanya menganggukkan kepala dan aku pun berbalik dan merapatkan punggungku dengannya. Setelah itu, hahaha. gak ada yang tahu selain aku, Domba dan Mas Andi mungkin. aku, balas-balasan lagu saat itu. yaps, dimulai lagu armada yang berjudul “mau dibawa kemana”

Tak perlu kau tanya lagi, siapa pemilik hati ini kau tahu pasti dirimu.
Tolong lihat aku dan jawab pertanyaanku,
mau dibawa kemana hubungan kita,
jika kau terus menunda-nunda dan tak pernah nyatakan  cinta.

Ya sangat terasa betul saat itu. kami sedang mengungkapkan apa yang kami rasa. Setelah camping ini, aku mulai dekat dengan Mas Rafi. Teman kakaku semata SMP, aku sudah menyukainya, ya hanya suka. Tidak mulai sayang seperti ke Domba. Hari-hariku kini sibuk berhubungan dengan Mas Rafi. Ya, ia sms, bertelpon hingga selalu mengajakku ketemuan. dia berbeda sekolah denganku. dan entah mengapa aku tak ingin bertemu dengannya, mungkin Mas Rafi hanya menjadi pelampiasanku saat itu. hingga ia mengajakku untuk berpacaran. Dan aku terima saja. Bodoh bukan?

haha. Ya saat itu aku menerimanya, sampai ia memintaku mempublikasikan hubungan pacaran kita di facebook. Dan aku sudah tak memikirkan lagi bagaimana Domba. Singkat cerita, teman kakakku main kerumah. Aku baru pulang sore setelah main dengan temanku. Teman kakakku itu bernama Mba Nindy. Saat aku sampai rumah, ia sedang telpon-telponan dengan temannya, hingga kata-katanya, “ya, ini aku malah lagi ditempat Anti, ada Marsya juga ini. Mau titip salam ga?” aku yang mendengarnya, menjadi penasaran. Akhirnya setelah mba Nindy itu menutup telponnya,aku langsung bertanya, “siapa mba?”

“hahaha. ini si Domba.”

“loh??? Mba kenal Domba?”

“kenal banget lah orang dia sahabatku.”

“ owalah jadi kalau dia bilang lagi ditempat sahabatnya itu, itu di tempat mba to?”

“ehm, iyaaa. Kamu suka smsan kan sama dia?”

“hahahaha. Iya itu dulu mba. Oh ya, aku cuma pengin tanya aja, mba sebenarnya dia lagi kenapa? aku sering lihat di Fbnya kaya lagi patah hati gitu. Dia lagi patah hati apa mba?”

“iya. Dia lagi patah hati tahu. Kamu gak tahu apa?”

“gak mba. Emange sama siapa? Jahat banget tuh cewe. Pernah aku mbaca statusnya yang keliatan banget dia sakit hati mba. Sumpah jahat banget tuh cewe!” aku menaikkan nada bicaraku.

“ hm. Iya sedikit jahat si menurutku. Dia itu cinta tahu sama cewe itu. pernah waktu itu dia pengin banget ngajak cewe itu buat nemenin dia di festival bandnya. Tapi dia bingung ngajaknya, akhirnya dia minta tolong aku untuk bantu. Tapi aku waktu itu juga lagi sibuk, jadi ga bisa bantu banyak dia. Tapi yang pasti si Domba sudah sayang banget sama tu cewe.”

“owwalah, bisanya mba? emangnya siapa tuh cewe mba? Ngawur banget yakin!”

“cewe itu, kamu sya....”

“HAH? Ga lucu lah mba.”

“ iya bener. KAMU. Dia tuh tanya-tanya tentang kamu lewat aku. Aku ya cuma tahu cari kakakmu doank. Waktu festival itu, dia pengin ngajak kamu. Tapi dia bingung,akhirnya dia nyuruh aku ngajak Anti nonton dia, dia berharap kamu tahu dan ikut nonton bareng Anti. Tapi ternyata Antinya waktu itu aku ajak gak mau. Dia juga cerita kejadian di tenda bareng kamu, waktu kejadian temen kamu yang bales smsnya, sampai kamu ternyata punya cowo sekarang ini. Dia cerita semuanya ke aku. Ya dia sih ga nyuruh aku cerita ke kamu. Toh kamu juga gak tahu kan kalau aku ternyata sahabatnya. Aku beritahu kamu juga karena kamu penasaran sama dia. Jadi ya aku kasih tahu.”

Aku tak bisa melanjutkan obrolanku saat itu, aku hanya merasa hatiku remuk hancur berserakan saat itu. aku benar-benar merasakan sesaknya hati ini, hingga luapan air mataku keluar sangat deras. Aku hanya mengontak temanku. Aku langsung memberikan pasword Fbku dan aku meminta temanku untuk segera memutuskan publikasi hubunganku dengan Mas Rafi. Temanku hanya menanyakan kabarku, dan bertanya-tanya ada apa. aku hanya menjawab, tolong hapus publikasinya.

Yaaa. Hanya itu yang aku bisa lakukan saat itu. sungguh, satu hari itu aku merasa tertindih batu yang sangat besar. Hingga aku sulit untuk bernafas, aku hanya menangis tersedu-sedu dan aku mulai bertanya-tanya pada diriku sendiri, apakah benar ini yang namanya cinta? Ini yang namanya patah hati? Maafkan aku mas. Maaf. Aku hanya bisa berkata pada diriku sendiri berulang-ulang. Aku benar-benar merasa bersalah saat itu pada Domba.

Memang keputusanku untuk memutus hubnunganku dengan Mas Rafi tidak menyelesaikan semuanya. Tidak. mas rafi meminta penjelasanku. Dan aku hanya menjawab, “aku tak ingin ada penjelasan!” sadis sekali saat itu aku. Tak mengerti apa yang dipikirkan Domba. Tiba-tiba ia pacaran saja dengan kakak kelasku seminggu setelah aku memutuskan Mas rafi. Ya, adik sahabatnya ia pacari. Aku hanya, yaaa, merasakan patah hati untuk kedua kalinya. Pikiranku benar-benar berkecamuk saat itu, hatiku entah tak karuan rasanya, dan lagi-lagi aku hanya bisa mengeluarkan air mataku.

Setelah itu, aku hanya menjadi seseorang yang platonis. Ya, mencintai seseorang dengan diam. Tak diumbar, dan cukup diriku saja yang tahu bahwa aku benar-benar mencintainya. Entah apa yang terjadi pada diriku, aku benar-benar hanya memperhatikannya dari jauh. Melihat ia bahagia dan baik-baik saja sudah cukup mengobati rasa rinduku. Hingga saat ia sedang sholat jum’atan pun didalam masjid, aku masih ingat melihatnya dari atas kelas melalui sela-sela daun yang lebat. Sungguh, saat itu aku menjadi seorang yang platonis. Hingga ia lulus. Hingga aku mengetahui betul ia tak bisa melanjutkan studinya ke perguruan tinggi. Hingga aku tahu, ia mulai bekerja. Dan aku tak pernah berhubungan lagi dengannya. Namun aku tetap tak bisa melupakannya cepat. Hingga aku lulus SMA pun, aku masih memikirkannya. Alhasil, aku tak mengumbar perasaanku pada yang lain, saat SMA hanya dia. Ya Domba itu. aku benar-benar menjadi seseorang  platonis saat itu.

Hingga akhirnya terdengar kabar bahwa ia sudah memiliki anak laki-laki. Haha.. apakah kalian tahu bagaimana rasanya?
Aku hanya bisa tersenyum. Hahaha. aku hanya berkata pada diriku sendiri, bukan jodohnya. Dan setelah tahu berita itu, aku menghapus kontak hpnya. Aku sudah mulai mencoba melupakannya. Hingga muncullah Kuda dan Ular bersamaan dalam hidupku. Ah, benar-benar semua masih teringat dikepalaku. Haha. Begitulah akhir aku dengan Domba. Yaaa tak semua ending itu selalu apa yang diharapkan.
dan hm,, beberapa bulan lalu aku menerima miscall dari seseorang. Dan akhirnya seseorang itu, sms aku.

Ini marsya bukan?

ya aku marsya. Ini siapa?

Domba.

Domba?

Setelah itu ia tak membalas lagi. Hahaahaha. entahlah apa maksudnya, yang pasti Cinta itu tak harus memiliki, dan cinta pertama tak harus menjadi cinta terakhir.
Biarkan ia bahagia dengannya.

Menunggu malam Lailatul Qadr

~Marsya Sataly~

Sore, Malam Minggu Part 4 Bagian A



Haha. Aku memulai tulisan ini dengan ketawa. Haha. Tidak ada kandungan makna disini. karena bunda yang sedang mengandung. Hahaha. gak paham ya? lupakan saja. Balik lagi diacara tak jelas ini, sore malam minggu bersama saya marsya sataly yang tambah jones. Loh? Hahahaha. Sudah minggu ketiga saja saat acara tak jelas ini dibuat.  Kali ini aku akan melanjutkan sebuah cerita yang bersambung minggu lalu. ya, kali ini beban hidupku berkurang. Entah beban yang diadakan saja olehku, atau karena memang sedikit membebaniku aku tak tahu pasti, yang pasti selamat tinggal semester enamku. Hahaha. aku menyadari lama kelamaan aku mulai alay dan lebay. Tak apa lah, itu menunjukan diriku wanita. Hahaha. "apa pengaruhnya sya?" suara hatiku bertanya. Ah aku hiraukan saja, sesekali biar ngerasain diphpin itu hati. Haha. "Biarin katanya? Udah sering kaliiii." Hatiku membalas dengan suara yang kencang.

Haha. Dinda my little sister sedang menjalankan MOS, singkat cerita ia disuruh membuat surat cinta. Ia yang mengetahui masa SDku itu,mungkin langsung meminta aku membuatnya. Sontak aku menolak. Ya, bukan karena apa-apa, karena kemarin aku sedang membebaskan pikiranku, tak ingin memikir dan tak ada feel untuk menulis. Tetapi dasar Dinda yang berisiknya bukan main, apa lagi kalau sudah mengadu ke orang tua, ya mau apalagi. Aku akhirnya membuatkan surat cinta itu. aku membuatnya barang lima menit, karena aku membuatnya dengan sekenanya. Ya, apa yang terlintas aku tulis saja.

Setelah selesai, sontak aku menyadari bahwa tulisanku itu sangatlah jelek. Mau dikatakan rumput, tetapi masih kebagusan. Ya mungkin bisa dibilang tulisan benang bundet. Akhirnya dengan perasaan berat hati, ya kira-kira beratnya satu ons aku menyuruh Dinda menulis. Aku diktekan tulisanku itu, dan tak memakan waktu banyak surat cinta itu sudah jadi. Mau tahu isi surat cintanya? Hahahaha. Maulah. Mau yaaa, nanti aku kasih tahu disesi lain. Haha,  "marsya marsya, maksa itu namanya." Hatiku menyaut lagi.

Singkat cerita setelah itu, aku mempersiapkan perjalananku Menghadapnya. Yaaa, kemarin malam aku membunuh waktu, aku menemui-Nya dalam gelap malam, dingin yang menusuk, sesekali ditemani bunyi kicauan burung, suara ayam berkokok, suara cicak, hingga yang sering bunyi adalah suara jangkrik, krik krik. Namun sayang, kemarin aku lupa, bercerita tentang kejonesanku pada-Nya. Yaa walau Tuhan Maha Tahu, tetapi aku tetap ingin bercerita padanya, mungkin nanti. Ya, siapa tahu dengan aku bercerita langsung pada-Nya, lalu tiba-tiba Tuhan mempertemukan aku dengan seseorang. Atau ga, mungkin menambah kedekatan aku dengan seseorang. Haha. “Mulai berharap ini namanya syaa,,, “ hatiku berkata lagi. Haha.

Eh tahu gak. Tadi aku bermimpi. Tiba-tiba di mimpi itu ada Atsar, dan juga Ata. Entah mengapa keduanya hadir dalam mimpiku. Padahal aku tak memikirkan mereka. ah, mimpi itu terkadang PHPin sekaligus mengasyikan sih. Setidaknya dalam mimpiku kemarin, aku bahagia. Entah mengapa, baik Atsar maupun Ata di mimpi itu mereka so sweet aja. Dan mereka tidak bersamaan. Jadi dalam mimpiku itu, aku bersama Atsar, setelah itu, aku baru bersama Ata. Haha. Hm, pertanda apa ya itu mimpi? “Mulai berharap lagi kamu sya? Sadar,”Hatiku berkata lagi.ckck.

Owalah. Aku lupa, ini acara sore, malam minggu ya. bukan yang lain. Aduh i’m so sorry. Aku kali ini akan melanjutkan kisahku dengan Domba. Anggap yang tadi itu hanya iklan yaaa. Hahaha. Oke, terakhir ceritanya adalah ketika malam setelah camping ke-2 ku, aku mulai berani mengotak-ngatik hpku, mencari kata yang pas untuk mengirimkan pesan singkat. Dan dengan pikiran yang tak singkat, aku menemukan jawabannya. Ya, aku memberi pesan singkat pada Domba dengan satu kata

Mas

Entah apa yang aku pikir saat itu, yang pasti aku bingung. akhirnya aku menulis saja kata itu. ya, kata untuk memangil dirinya. Aku hanya merumpamakan, bahwa jika aku hanya mengirimkan pesan singkat itu dengan satu kata itu, ya maksudnya aku sedang nemanggil dia. Entah butuh atau tidak. dalam kajian psikologi yang aku tahu, apabila seseorang memanggil orang lain, dalam situasi bukan menyapa. Maka, sudah dipastikan, seseorang yang memanggilnya itu ya berarti sedang membutuhkannya. Karena itu ia memanggilnya. Begitu. Tetapi ya, konteks disini, aku hanya semata-mata memanggilnya. Aku hanya berfikir apakah dia mengetahui aku yang sms?
Lalu, keesokan harinya Domba membalas pesanku dengan

maaf sya kemarin waktu pulang aku langsung tidur.hehe. ada apa marsya?

Waooowww, saat itu aku hanya berteriak saja. Haha. Dia tahu aku yang mengirimkan pesan singkat itu. aku hanya mereka-reka apakah ini Domba udah nyimpan kontak aku, atau ia bertanya pada mas Andi, ini no siapa? Atau atau, dia menerima sinyal-sinyal cintaku. Mungkin aku sudah membangun tower cinta yang apik padanya. Sampai-sampai ia sudah tahu, bahwa itu sms dari aku. Cihuiiiii,, pletek pletek. Hatiku riuh, seperti ada yang menyalakan kembang api.

Aku tak membalasnya, karena saat itu memang sudah jam setengah tujuh, aku harus cepat-cepat bergegas pergi kesekolah. Saat itu tepat awal masuk sekolah karena libur lebaran. Dan pastinya aku kan bertemu dengan my charming prince ini. “my charming prince sya? Ngarep banget lo!” saut suara dalam hatiku sangat jencang. calon maksudnya, aku hanya membalas sekenanya. Dan benar. Tepat. Saat aku memasuki rangkaian silahturahmi bersalam-salaman. Dan saat aku melintas dibarisan kelasnya. Jantungku mulai berdegup kencang, bukan karena ada anjing disana, lalu aku takut dikejar. Bukan. Melainkan aku, aku mulai melihat bayangannya. Yaa, senyumnya itu yang menawan, bercengkrama dengan Japrul yang berada dibaris terdepan dikelasku. Tiba-tiba, mereka berdua, si Domba dan Japrul melihatku. Sontak, mungkin saat itu mukaku memerah seperti tomat. Aku hanya membalasnya dengan senyum tipis dan lambaian tangan. Hingga aku tepat berada dihadapannya, lalu ia menjabat tanganku dengan erat dan berkata “bener juga ternyata kamu anak SMA FIVE yaaa. Baik-baik sama kakak” ia mengusap-usap rambutku.” Aku tidak membalas apa-apa, mungkin yang keluar hanya senyuman termanis yang aku punya. Dan rasanya jantung ini mulai copot, wajahku yang sudah dipastikan memerah padam hingga beberapa detik aku hilang kesadaran, untung dan apesnya Mas Andi, yang berada tepat disebelah Domba berkata,” Sya, udahan salamannya sama Domba, tuh lihat dibelakangmu masih ngantri!”. Dan memang betul ternyata depanku sudah tak ada orang, si Mira sudah jauh didepan, dan aku langsung melepas jabatan tangan kita itu dan sebenarnya kalau boleh bilang aku tak mau melepasnya. Hahahahaha. Tetapi apa boleh buat. Haha

Setelah kejadian bersalam-salaman itu, aku mulai sering melihat Domba, ya dengan mas Andi tentunya. Baik saat di kantin, di ruang musik, hingga saat pergantian kelas karena sekolahku saat itu menggunakan sistem moving class.  Aku mulai tersadar, aku dari dulu itu sebenarnya bisa berpapasan dengan Domba. Ingat sekali dari memori ingatanku, hari senin jam 11.45 di ruang 25, ruang Geografi, ada perpindahan jadwal kelasku dan kelasnya. Ya, hanya hari senin itu saja aku berganti kelas dengan kelasnya. Tetapi, aku tak menyia-nyiakan waktu karena saat hari senin, aku biasanya membawa jepitan rambut. Ya hanya hari senin saja, itupun dipakai saat aku mau pindah jam dengan kelasnya. Pernah ada cerita. Pelajaran geografi saat itu mau ada ujian harian, sontak seperti biasa, teman-temanku mengecup bangku cepat-cepat agar duduk dibelakang. Aku dengan jaimnya, meminta Tina teman sebangkuku untuk mengecup. Sontak saat bel berbunyi, teman sekelasku berlarian, dan cepat-cepat ke ruang 25.aku pura-pura santai saat itu, padahal aku belum belajar dan hanya mengandalkan Tina. Berharap ia mendapat bangku yang dibelakang. Dan benar saat aku masuk di ruang 25 itu, aku berpapasan dengan Domba. Ia berucap,”mau ujian ya sya?” aku hanya menjawab,”iya mas.”

Ia membalas, “udah belajar ya kamu?” aku menjawab,” hehehe. Belum semuanya mas” lalu perbincangan kita dipotong dengan satu potongan, krezzz. Mas Andi yang ternyata dari tadi mendekat itu mengambil langsung jepet yang aku pakai. Ia berucap” lagi kesurupan apa kamu sya? Tumben bener pakai jepet. Hahaha” aku hanya mengambil jepet itu dari genggamannya, namun sayang ia malah memberikan jepet itu ke Domba, dan hahaha. di lalu memberi jepet itu padaku, ia berucap “jangan gitu Ndi. Kasian, orang cakep gitu koh. Hahahaha” ia tertawa, dan pergi meninggalkan ruang. Cakep katanya? Itu mengejek apa memujiku sih? Aku hanya bertanya dalam hati. Dan tau tidak? akhirnya ujian geografi saat itu, aku duduk didepan meja guru persis. Bodonya aku. Memang selama ini aku yang selalu ngecupi tempat duduk aku sama tina. Ya selalu berhasil. Namun tina? Begini nih, kalau gak berpengalaman. Ya alhasil kita duduk di depan. Dan sudah dipastikan aku bakal remidi geografi ini.

Sejak kami mengetahui no masing-masing, kita ya memang mulai kontak-kontakan. Entah aku atau dia yang memulainya. Perbincangan kami tak habis-habis. Bisa dari pagi, siang sore malam kami kontak-kontakan. Hingga tak terasa sudah sebulan lamanya aku mulai dekat dengannya. Hingga suatu hari, ia mengantarkanku ke tempat saudara. Lalu ada perbincangan di sms, yang intinya aku lupa, yang pasti disitu kami bercerita tentang hubungan kita. Hingga suatu hari, masih teringat olehku, saat itu diruang 14, pelajaran agama. Aku dan Domba smsan. Singkat cerita, ia menanyaiku,

kriteria cowo yang kamu suka siapa?

Aku belum membalasnya. Aku hanya bercerita pada teman sebangkuku saat itu, dan ia lalu segera memegang hpku. Karena setelah itu, kami harus pindah ruang, akhirnya kami pindah keruang 8, pelajaran bahasa Indonesia. Aku duduk dekat jendela, berhadapan langsung dengan ruang 6. Temanku mengembalikan hpku dengan senyum-senyum. Aku tak begitu tahu maksudnya, hingga akhirnya aku melihat ada yang tak beres. Aku mulai menyadari balasan dari smsku adalah,


Kamu mas.

Sabtu, 11 Juli 2015

Surat Cinta


    Pagi itu, aku tak menyangka menjadi awal pertemuan kita. Ya, saat aku sedang duduk termenung di beranda kelas, tiba-tiba Kau melintas dihadapanku. aku hanya melihatmu sejenak dan entah mengapa degup jantungku mulai berdetak sangat kencang. Pandanganku saat itu tak bisa lepas dari sosokmu. ya, sosokmu yang disana telah memikat hatiku. Senyummu, tatapanmu, hingga cara bicaramu membuatku diam seribu bahasa. Sedetik kemudian aku mulai tersadar betul bahwa aku menyukaimu. hmmm. Inikah cinta pada pandangan pertama?

    Ah, aku tak mau berbicara cinta disini. Karena cinta tak perlu kata, tak perlu diumbar, dan hakikatnya cinta itu tulus. Karena itu, aku hanya ingin menyampaikan dari lubuk hatiku yang terdalam bahwa aku mencintaimu.

   Will you marry me?

  dipaksa buat oleh Dinda
        ~Marsya Sataly~
   10072015;21:31:41

Rabu, 08 Juli 2015

penghargaan

sudah hari Rabu saja, berarti besok hari kamis, Jum'at dan, yeaaaah. selesai sudah semester ini. aku kali ini duduk agak berbeda dari kemarin. tetapi tetap dalam satu tempat yang sama. aku barusan saja selesai ujian. haha. dengan menggunakan pakaian alakadarnya, karena tadi aku kesiangan, memang selalu kesiangan. hingga aku tak sempat untuk mandi, haha. ya, sampai saat ini kaos tidur yang semalam aku pakai masih melekat, menyelimuti tubuhku. haha. tulisan ini juga sempat berhenti sejenak. karena aku, hm, ada panggilan alam yang harus aku selesaikan, jadi yaaa, aku menongkrong. haha. sudah sejak masa SMP aku lebih suka menongkrong di sekolah, hingga aku mengerti betul letak-letak toilet di sekolah SMP, SMA hingga kuliah. haha. begitulah saya. untung hanya masa SMA saja, aku sampai membawa handuk dan sabun, karena saat itu kesiangan, dan aku memutuskan untuk mandi disekolah. ckck. marsya marsya, kapan kamu mau berubah? saut suara dalam hatiku.

balik lagi, tadi ujiannya pagi. ada pertanyaan tentang generalisasi dalam peran. aku lupa jawabannya, akhirnya aku beranikan saja untuk bertanya pada teman sebelahku. siapa tebak? haha. sayang, bukan Atsar. untuk kali ini, ia tak mengambil mata kuliah ini, ada mata kuliah yang harus ia ulang, yaa pendalaman materilah. haha. temanku bernama Nafi. aku bertanya padanya, ia menjawab "penghargaan". oh ya, dan aku baru ingat jawabanya memang penghargaan. aku hanya berbicara pada diriku sendiri. "tuh kan, kamu saja lupa dengan penghargaan. katanyaaa, menurutmu penghargaan itu penting." haha. betul - betul. penghargaan, apapun itu namanya memang sangat penting menurutku. bukan aku suka penghargaan. bukan. hanya saja aku senang melihat penghargaan yang diberikan orang lain. kenapa? karena sebuah penghargaan hakikatnya adalah menghargai. menghargai keberadaan orang laain, menghargai kemampuan orang lain, dan menghargai apapun yang ada dari orang lain. dan dari penghargaan itu, seseorang yang mendapatkannya, tentu akan merasa kehadirannya begitu berarti. so, tak ada salahnya sebuah penghargaan bukan?

haha, tulisan gak tahu apa. direcoki dua orang sableng. Si Ugi dan si Uji. sompret. hilang sudah feel menulisku. ckck

ditempat yang sama, tanpa Atsar
~Marsya Sataly~