Kamis, 31 Desember 2015

Sore, Bukan Malam Minggu . . .


Sore semuaaa . . .
Kembali lagi dengan Saya Marsya Sataly di Sore, Bukan Malam Minggu. Hehe. Yaa, sebenarnya tulisan malam minggu lalu terakhir di tahun ini. Cuma, diluar dugaan, ada sesuatu yang terjadi dan akhirnya saya putuskan untuk menulis lanjutan sore, malam minggu di akhir tahun ini. Tak apa lah yaa, toh juga tulisan ini memiliki pembaca yang invisible. Haha.

Kali ini aku akan berbicara tentang seseorang, seseorang berparas manis tentunya, namun sayang dia sangat cengeng. Haha. Kalian tahu dia habis menangis dua hari dengan jeda yang tak jelas dan ia sudah membuat matanya yang sipit menjadi tambah sipit dan ini benar-benar terlihat menyakitkan bagi dirinya. Bagaikan seseorang yang sudah bertekad ingin perang dan mempersiapkan segala sesuatunya, namun kenyataannya perang itu sudah berakhir. Haha, ia baru beberapa hari lalu bertekad untuk memberanikan dirinya. Menunggu sembari mengejar motto 2016 yang ia cetus dalam benaknya. Namun, belum saja tahun 2016 datang, motto itu seakan hanya wacana dan isapan jempol belaka. Haha. Tenang, kali ini ia tidak menangis, karena sudah kehabisan air mata.

Mengapa dia menangis?

Pertanyaan ini pasti muncul dibenak kalian? Wkwk. Pede sekali yaa. haha. Ia menangis karena ia jatuh ke dalam lubang yang sama. Itu berarti, ia tidak belajar dari pengalaman sebelumnya. Kedua, ia menangis karena ia merasa bodoh kesekian kalinya, ia merasa bodoh akan semua tindakannya selama ini. Ketiga, ia menangis karena teringat masa itu. saat tahun 2012 cerita itu muncul. Cerita dirinya yang tiba-tiba jatuh hati pada seorang pemuda. Pemuda yang kalau dilihat tidak semaco dirinya. Haha. Yaaa, sesaat setelah ia menyadari bahwa ia telah jatuh cinta padanya, tepatnyaa 4 hari sesudah itu. ia merasa tertampar, karena ia baru menyadari bahwa pemuda yang tak maco itu sudah memiliki kekasih. Haha. Ia menangis sejadinya semalam suntuk. Mungkin ini teradopsi dari pertunjukan wayang kulit. Semalam suntuk. Haha. Sungguh, ia menangis sejadinya, saat itu bertepatan dengan bulan puasa. Ah sudah hampir tiga setengah tahun lalu.

Kala itu, ia berusaha betul untuk menjauhinya, namun apa daya. Terkadang keadaan yang tidak memungkinkan untuk menghindarinya. Serta rasa semakin menghindar, semakin sayang itu muncul. Dia benar-benar berada dalam posisi yang tak enak kala itu. berbeda dengan cinta pertama dan cinta pada pandangan pertamanya kala itu. karena setelah satu tahun yang penuh dengan lika-liku hubungan mereka, mereka tak bertemu lagi. Walau sudah tak bertemu, dia, gadis yang tak bisa dibilang gadis itu masih menunggu cinta pertamanya itu. setelah 3 tahun setelah itu, ia mendapat kabar bahwa cinta pertamanya sudah menikah dan memiliki anak satu. Haha. Pupus sudah penantiannya. Karena itu pula, ia berjanji pada dirinya, bahwa ia sebelum mendekati pemuda dalam bentuk apapun, ia akan menyelidiki dulu, apakah ia sudah memiliki kekasih atau belum. Jika iya, maka ia akan menganggapnya hanya sebagai teman, jika tidak memiliki kekasih, ia bisa membiarkan perasaannya yang berjalan. 

Namun, sayang, pantangan itu palah terjadi pada dirinya, ia menyukai seseorang yang sudah memiliki kekasih. Bodoh sekali bukan. Itu kesalahan terbesar dalam dunia percintaannya. Ia mencoba mengerem perasaannya, namun sayang, rasa itu lebih cepat dari pelari maraton. Ia berusaha membiarkannya terjadi, berharap pemuda lain di kampusnya dapat menggantikan ukiran namanya yang sudah bersemayam di hati gadis itu. namun, tidak, hingga saat itu. hmmm. Tidak. mungkin hingga saat ini, ia masih bertahan dan ukiran itu masih terpampang jelas dalam hati. 

Ia menangis, karena ia sedih, mengapa dirinya begitu rapuh dan lembek. Sebenernya hal yang terjadi itu sudah ia perhitungkan dan sudah ia persiapkan sebelumnya. Ia mencoba untuk menerima jika sewaktu-waktu pemuda yang tak maco itu menikahi kekasih. Yaa iyaaa. Karena gadis itu menyadari betul dirinya bukan siapa-siapa. Hingga, setiap pernikahan hingga pernikahan ke 7 yang ia datangi dan terkadang bersama-sama dengan temannya termasuk pemuda itu. ia berandai-andai, jika disetiap kunjungan pernikahan itu, akankah, pernikahan selanjutnya itu adalah pernikahan pemuda itu dengan kekasihnya? Haha. Setiap saat. Ternyata, terkadang seseorang itu harus mengalami betul suatu kejadian, agar mengerti betul apa yang dirasa. Dibanding jika hanya berandai-andai atau hanya mengatakan “seumpama”.

Kelima ia menangis, karena ia akan mencoba tidak menghubungi ia lagi dalam bentuk apapun. Kata-kata “mas” tak ada lagi. Dan, haha. Dia baru menyadari betul bahwa ternyata ia benar-benar masih memendam rasa padanya. Entah mengapa juga, 7 tahun berasa sangat berkesan, ketika ia dalam tahun itu, merasa begitu sia-sia, menanti pemuda, yang belum menjadi apa-apanya, dan masing-masing berperan 3,5 tahun baik pemuda cinta pandangan pertamanya, dan pemuda yang mengatakan dirinya egois dan arogan. Ckck. Kata-kata egois dan arogan menjadi kata-katanya yang sangat pedas dan membekas di hati dan pikirannya. Tapi yasudah lah, gadis itu terlihat tegar, dan mulai menjajakkan kakinya dipermukaan bumi.

Terakhir dia menangis, karena semua hal sudah sangat jelas. Semua reka-reka dalam benaknya sudah menjadi sebuah fakta. Semua yang tak jelas, hingga membuat pandangan kabur menjadi sangat terang dan sangat terlihat. Semua penantianku sudah terjawab. Dan tak akan sulit menurutnya jika ia memulai lagi dari awal. Karena kejadian ini sudah terjadi dua kali, dan ia tak ingin jatuh lagi kelubang yang sama untuk ketiga kalinya.

Sesungguhnya ia masih merasa percaya tak percaya atas kenyataan yang sudah terjadi, yang termasuk dalam skenario-Nya. Haha. Hingga ia mencari air untuk sekadar berendam menenangkan pikiran dan menyegarkan tubuh dan jiwanya. Hingga akhirnya sampai sore ini, ia tak kunjung pergi ke sungai atau hanya ke curug. Hanya saja, temannya. Teman segala teman tiba-tiba hadir. Gadis itu, menyambutnya dengan hangat sehingga kehadirannya begitu menghangatkan. Yaa hujan turun siang tadi, dan entahlah, yang pasti ia bersyukur. Kali ini jauh lebih baik dari kemarin-lusa. Dan lihatlah, setelah hujan turun, beberapa saat kemudian langit senja hadir begitu bersahabat.

Hal yang sangat memalukan ketika, haha. Ia, menceritakan hal ini kepada ibunya, dan ia menangis sejadinya, sesenggukan di pelukan ibundanya. Haha. Saat itu, ibunya hanya berkata,” sudahlah, akan ada yang lebih baik dari ini. “ dan detik ini juga, ia melepaskan semuanya yang seharusnya dari dulu ia lepas. Bukan berarti tak suka lagi, apalagi dendam dengannya. Bukan. Biarkanlah rasa cinta itu berganti dengan rasa kasih sayang sebagai makhluk Tuhan yang saling mengasihi. Gadis itu, tak pernah menyesal bertemu dengannya. Karena menurutnya, hakikat cinta yang sebenarnya tidak sesempit itu, cinta adalah anugrah yang Tuhan berikan pada manusia untuk saling mengasihi dan menyayangi.

Karena Itu Siapkah Kau Untuk Jatuh Cinta Lagi???
Selamat Malam Tahun Baru,
Selamat Berenung, Dan Tetap,,
Salam Jones Merana, Menganga, Meradang,,,

Tak Selamanya Jones Itu Menyedihkan!!!


                                                                                 ~Marsya Sataly~


   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar