Kamis, 31 Desember 2015

Sore, Bukan Malam Minggu . . .


Sore semuaaa . . .
Kembali lagi dengan Saya Marsya Sataly di Sore, Bukan Malam Minggu. Hehe. Yaa, sebenarnya tulisan malam minggu lalu terakhir di tahun ini. Cuma, diluar dugaan, ada sesuatu yang terjadi dan akhirnya saya putuskan untuk menulis lanjutan sore, malam minggu di akhir tahun ini. Tak apa lah yaa, toh juga tulisan ini memiliki pembaca yang invisible. Haha.

Kali ini aku akan berbicara tentang seseorang, seseorang berparas manis tentunya, namun sayang dia sangat cengeng. Haha. Kalian tahu dia habis menangis dua hari dengan jeda yang tak jelas dan ia sudah membuat matanya yang sipit menjadi tambah sipit dan ini benar-benar terlihat menyakitkan bagi dirinya. Bagaikan seseorang yang sudah bertekad ingin perang dan mempersiapkan segala sesuatunya, namun kenyataannya perang itu sudah berakhir. Haha, ia baru beberapa hari lalu bertekad untuk memberanikan dirinya. Menunggu sembari mengejar motto 2016 yang ia cetus dalam benaknya. Namun, belum saja tahun 2016 datang, motto itu seakan hanya wacana dan isapan jempol belaka. Haha. Tenang, kali ini ia tidak menangis, karena sudah kehabisan air mata.

Mengapa dia menangis?

Pertanyaan ini pasti muncul dibenak kalian? Wkwk. Pede sekali yaa. haha. Ia menangis karena ia jatuh ke dalam lubang yang sama. Itu berarti, ia tidak belajar dari pengalaman sebelumnya. Kedua, ia menangis karena ia merasa bodoh kesekian kalinya, ia merasa bodoh akan semua tindakannya selama ini. Ketiga, ia menangis karena teringat masa itu. saat tahun 2012 cerita itu muncul. Cerita dirinya yang tiba-tiba jatuh hati pada seorang pemuda. Pemuda yang kalau dilihat tidak semaco dirinya. Haha. Yaaa, sesaat setelah ia menyadari bahwa ia telah jatuh cinta padanya, tepatnyaa 4 hari sesudah itu. ia merasa tertampar, karena ia baru menyadari bahwa pemuda yang tak maco itu sudah memiliki kekasih. Haha. Ia menangis sejadinya semalam suntuk. Mungkin ini teradopsi dari pertunjukan wayang kulit. Semalam suntuk. Haha. Sungguh, ia menangis sejadinya, saat itu bertepatan dengan bulan puasa. Ah sudah hampir tiga setengah tahun lalu.

Kala itu, ia berusaha betul untuk menjauhinya, namun apa daya. Terkadang keadaan yang tidak memungkinkan untuk menghindarinya. Serta rasa semakin menghindar, semakin sayang itu muncul. Dia benar-benar berada dalam posisi yang tak enak kala itu. berbeda dengan cinta pertama dan cinta pada pandangan pertamanya kala itu. karena setelah satu tahun yang penuh dengan lika-liku hubungan mereka, mereka tak bertemu lagi. Walau sudah tak bertemu, dia, gadis yang tak bisa dibilang gadis itu masih menunggu cinta pertamanya itu. setelah 3 tahun setelah itu, ia mendapat kabar bahwa cinta pertamanya sudah menikah dan memiliki anak satu. Haha. Pupus sudah penantiannya. Karena itu pula, ia berjanji pada dirinya, bahwa ia sebelum mendekati pemuda dalam bentuk apapun, ia akan menyelidiki dulu, apakah ia sudah memiliki kekasih atau belum. Jika iya, maka ia akan menganggapnya hanya sebagai teman, jika tidak memiliki kekasih, ia bisa membiarkan perasaannya yang berjalan. 

Namun, sayang, pantangan itu palah terjadi pada dirinya, ia menyukai seseorang yang sudah memiliki kekasih. Bodoh sekali bukan. Itu kesalahan terbesar dalam dunia percintaannya. Ia mencoba mengerem perasaannya, namun sayang, rasa itu lebih cepat dari pelari maraton. Ia berusaha membiarkannya terjadi, berharap pemuda lain di kampusnya dapat menggantikan ukiran namanya yang sudah bersemayam di hati gadis itu. namun, tidak, hingga saat itu. hmmm. Tidak. mungkin hingga saat ini, ia masih bertahan dan ukiran itu masih terpampang jelas dalam hati. 

Ia menangis, karena ia sedih, mengapa dirinya begitu rapuh dan lembek. Sebenernya hal yang terjadi itu sudah ia perhitungkan dan sudah ia persiapkan sebelumnya. Ia mencoba untuk menerima jika sewaktu-waktu pemuda yang tak maco itu menikahi kekasih. Yaa iyaaa. Karena gadis itu menyadari betul dirinya bukan siapa-siapa. Hingga, setiap pernikahan hingga pernikahan ke 7 yang ia datangi dan terkadang bersama-sama dengan temannya termasuk pemuda itu. ia berandai-andai, jika disetiap kunjungan pernikahan itu, akankah, pernikahan selanjutnya itu adalah pernikahan pemuda itu dengan kekasihnya? Haha. Setiap saat. Ternyata, terkadang seseorang itu harus mengalami betul suatu kejadian, agar mengerti betul apa yang dirasa. Dibanding jika hanya berandai-andai atau hanya mengatakan “seumpama”.

Kelima ia menangis, karena ia akan mencoba tidak menghubungi ia lagi dalam bentuk apapun. Kata-kata “mas” tak ada lagi. Dan, haha. Dia baru menyadari betul bahwa ternyata ia benar-benar masih memendam rasa padanya. Entah mengapa juga, 7 tahun berasa sangat berkesan, ketika ia dalam tahun itu, merasa begitu sia-sia, menanti pemuda, yang belum menjadi apa-apanya, dan masing-masing berperan 3,5 tahun baik pemuda cinta pandangan pertamanya, dan pemuda yang mengatakan dirinya egois dan arogan. Ckck. Kata-kata egois dan arogan menjadi kata-katanya yang sangat pedas dan membekas di hati dan pikirannya. Tapi yasudah lah, gadis itu terlihat tegar, dan mulai menjajakkan kakinya dipermukaan bumi.

Terakhir dia menangis, karena semua hal sudah sangat jelas. Semua reka-reka dalam benaknya sudah menjadi sebuah fakta. Semua yang tak jelas, hingga membuat pandangan kabur menjadi sangat terang dan sangat terlihat. Semua penantianku sudah terjawab. Dan tak akan sulit menurutnya jika ia memulai lagi dari awal. Karena kejadian ini sudah terjadi dua kali, dan ia tak ingin jatuh lagi kelubang yang sama untuk ketiga kalinya.

Sesungguhnya ia masih merasa percaya tak percaya atas kenyataan yang sudah terjadi, yang termasuk dalam skenario-Nya. Haha. Hingga ia mencari air untuk sekadar berendam menenangkan pikiran dan menyegarkan tubuh dan jiwanya. Hingga akhirnya sampai sore ini, ia tak kunjung pergi ke sungai atau hanya ke curug. Hanya saja, temannya. Teman segala teman tiba-tiba hadir. Gadis itu, menyambutnya dengan hangat sehingga kehadirannya begitu menghangatkan. Yaa hujan turun siang tadi, dan entahlah, yang pasti ia bersyukur. Kali ini jauh lebih baik dari kemarin-lusa. Dan lihatlah, setelah hujan turun, beberapa saat kemudian langit senja hadir begitu bersahabat.

Hal yang sangat memalukan ketika, haha. Ia, menceritakan hal ini kepada ibunya, dan ia menangis sejadinya, sesenggukan di pelukan ibundanya. Haha. Saat itu, ibunya hanya berkata,” sudahlah, akan ada yang lebih baik dari ini. “ dan detik ini juga, ia melepaskan semuanya yang seharusnya dari dulu ia lepas. Bukan berarti tak suka lagi, apalagi dendam dengannya. Bukan. Biarkanlah rasa cinta itu berganti dengan rasa kasih sayang sebagai makhluk Tuhan yang saling mengasihi. Gadis itu, tak pernah menyesal bertemu dengannya. Karena menurutnya, hakikat cinta yang sebenarnya tidak sesempit itu, cinta adalah anugrah yang Tuhan berikan pada manusia untuk saling mengasihi dan menyayangi.

Karena Itu Siapkah Kau Untuk Jatuh Cinta Lagi???
Selamat Malam Tahun Baru,
Selamat Berenung, Dan Tetap,,
Salam Jones Merana, Menganga, Meradang,,,

Tak Selamanya Jones Itu Menyedihkan!!!


                                                                                 ~Marsya Sataly~


   

Minggu, 27 Desember 2015

selamat malam, malam panjang. . .

Angin berdesir pelan berirama, sekarang sudah malam, sudah malam sekarang. aku menghisap dalam-dalam sebuah batang yang tak asing bagiku. rasanya nikmat, hingga aku merasakan dapat melayang-layang dipikiranku.

Aku melihat banyak hal, aku melihat ruang berjudul keluarga,  lalu disebelahnya 
aku melihat ruang yang sedang hampa yaitu ruangku dengan Sang Pencipta.  Aku juga melihat ruang sempit seperti persahabatan,  pertemanan,  skripsi, hingga tugas kuliah.  aku lalu melihat ada hal yang menarik disebuah ruang yang berjudul kesakitan. 

haha.  diinjak itu tak enak.  sungguh.  apalagi jika yang diinjak tak bisa berbuat apa-apa.  pecundang yang hanya bisa menjadi pecundang sejati, hingga tak tahu kapan berakhir.  ah,  tak bisa berlama-lama aku diruang itu  sungguh seperti nafas ini penuh sesak dengan asap-asap dari pabrik bedebah kapitalis.  

Aku melanjutkan lagi perjalanku,  hingga aku menemukan lorong kecil sangat dalam disana.  aku melihat sebuah ruangan usang,berdebu, terkunci rapat.  ah,  ini ruang masa lalu.  masa lalu yang kelam.  haha.  mungkin ini yang buatku sesekali ingin menjadi seorang yang pendendam.  seakan-akan aku ingin mengembalikan air ludah mereka, orang-orang yang tak patut disebut manusia.  haha. rasa itu masih menggelora di dalam, entah sampai kapan api itu keluar.  atau jangan-jangan menghilang bercampur air.  

Aku kembali ke ruang yang begitu besar, yang memperlihatkan ruang -ruang seperti bangunan kost-kostan yang saling berdempet. haha.  aku menemukan ruangan yang bersih nan terawat, ruangan itu berwarna putih bersih.  yaa ruangan itu bernama kepasrahan. pasrah yang bukan berarti menyerah. pasrah yang berarti sudah melakukan sesuatu.  

Disebelah ruang ini,  aku melihat ruangan yang terbuka menganga.  seakan-akan minta untuk disinggahi.  aku melihatnya, memasukinya penuh dengan masa lalu. haha.  sebut saja ruangan itu, ruangan percintaan.  entah siapapun yang pernah datang dan singgah tergambar jelas.  ah,  aku tak tahan diruangan ini.

Lalu aku pindah keruangan yang tinggi,  dimana menasukinya hanya perlu melewati seutas tali kecil. jika jatuh, maka tamatlah.  haha,  yaa ruangan kenekatan. ruangan yang penuh dengan tantangan, rintangan,  adrenalin dan ketakutan. 

Aku kemudian pergi ke ruang yang berada di pojok, disitu ada dua ruangan yang bercabang,  maksudnya ada dua tempat disatu ruangan.  kegilaan dan pemandangan alam. diruangan itu,  di ruang kegilaan banyak sekali aksi,  alat atau apapun bahan yang bisa digunakan untuk membuat kehebohan, kejahilan dan kenakalan,  

Haha.  dan disebelahnya,  di pemandangan alam, akan disuguhkan semua tempat yang sudah pernah disinggahi,  semua keindahan alam yang ditemukan di media,  hingga berbagai mimpi dengan background alam yang sudah kulalui. haha. sangat menghangatkan, menenangkan, hingga tak terasa sudah berjam-jam aku di ruangan ini.  

Entah ada hal apa yang membuatku ingin pergi, seakan-akan ada yang menggangguku diluar sana. dan saat aku mau mengakhiri perjalanan ini,  aku melihat sebuah bentuk lingkaran, yang menyelimuti seluruh ruangan ini.  

Yaaa,  menurutku semua manusia memlikinya. hanya saja,  lingkaran ini bercahaya namun tak memyilaukan, hm.  seperti sinar rembulan. ia begitu natural,  polos,  tulus,  mengalir adanya,  ruangan ini berisi seperti segala macam hal kebaikan yang sudah terjadi.  berisi cita-cita mulia yang akan senantiasa dikejar hingga ia tak ada.  sesuatu hal yang benar-benar ada dilubuk hati yang selalu ingin bisa berguna untuk orang lain.  sesuatu yang mungkin tanpa kaku, namun sangat hangat jika didekatkan.  sesuatu yang seperti dijadikan pegangan dan berusaha untuk memeliharanya.

Rasa pahit,  sekaligus suara batuk menyadarkanku. haha.  aku menghabiskannya lagi, dan yang ini benar-benar mendalam.  aku ingin kembali ke perjalanan itu. sayang,  jantungku terasa berdetak kencang seperti bunyi musik underground. Haha, malam ini benar-benar berkesan.  aku memutuskan untuk menulisnya disebuah catatan.  

selamat malam, 
malam yang panjang. 
sampai jumpa lagi. 

~marsya sataly~

Sabtu, 26 Desember 2015

Sore, Malam Minggu Part 8

hahay,
selamat sore semuanyaaa.

haha. padahal tulisan ini aku buat siang tadi tepatnya jam 13 lebih 14 menit dan 23 seken.  haha. pas banget tadi di depan gerbang tol plumbon 4. yaaa. aku lagi perjalanan pulang dari cikarang. hmmm. sangat mengesankan. benar.  haha.  oh yaaa, ini acara sore malam minggu yaaa? haha. lupaa aku.  sorry.  okee kembali lagi bersama saya yang makin manis di acara tak ditunggu-tunggu marsya sataly.  wkwkwk.

okeee,  ngomong percintaan lagi yaa?  ah, kagak runtut lagi kagak papa yaaa.  hehe.
bicara percintaan di akhir tahun,  itu yaa ujung-ujungnya bikin sakit hatiii.  lho? haha,  ayu ting ting?
okee fokus. ujungnya yaaa cuma bisa berdoa kan berharap ajaa.

semoga tahun depan bisaaa lulus.  terus, semoga pas lulus ada yang nemenin, hmm.  maksudnya nemenin status gitu, sekarang jomblo besok dah ada. maksudnya udah ada status berpacaran dengan sapa kek. yaaa, bisa dengan skripsiku nanti aku bisa anggep dia sebagai pacarku. haha.  abis yaaa karena dia aku bisa lulus loh.  wkwkkwk.  jones pancen.  hatiku berkata. huhu

yaaa,  doa beneran ajaa,  semoga menemukan seseorang yang bisa buat sharing, bisa buat sandaran, buat jadi temen, intinya biar kaga sendiri lah hehe. tapi  kaya-kayaknya,  dari klasifikasinya pohon masuk kali yaa?  haha.  aaaah, kebiasaan jones begini deh.  huhu. ga jelas.  haha

okeee, kali ini beneran nih,  semoga ajaaa, semogaaa ajaaah.  ya alloh. semoga orang manis ini dapet seseorang yang mau ada saat suka dan duka. semoga dia bisa menenangkan hati saat gundah, semoga dia bisa meredamku dalam amarah, semoga ia bisa menyegarkanku, dan lagi-lagi itu sepertinya klasifikasi dari Air.  ngek.  jones banget kayanya akuu yaaa, hahaha. 

saking jonesnya temenan ama pohon ama air. kagak bisa dibiarkan nih. okee seriusan.  apa adanya ajaa yaaa. aku memang suka sekali dengan alam. apapun itu. haha. aku suka.  aku suka air, rerimbunan pohon, sungai mengalir, pemandangan dari atas gunung, lembah, bukit,  awan,  bintang,  matahari, sinarnya, bulan,  angin apalagi hujan.  haha.  suatu hari aku bersyukur bahwa enak jadi jomblo, single.  kagak dosa,  bebas, intinya hal yang gak ada dipacaran. haha. tapi sesekali aku merasa seseorang itu perlu loh dalam kehidupan seseorang. makanya Tuhan menciptakan manusia dengan berpasangan.

haha. aku bukan mau cepet-cepet ketemu seseorang itu.  haha.  aku hanya ingin menunggunya saja. masalahnya kalau menunggu kesannya kita tak ada usaha. kesannya kita hanya menunggu takdirnya. dan itu bukan aku.

aku hanya berharap, di minggu terakhir di tahun ini, semoga tahun depan aku bisa lebih berani.  berani untuk menjemput takdir-Nya. takdir yang mempertemukan aku dengannya, dengan jodohku. haha. aaaamin.

selamat sore,  malam minggu....
selamat jomblo staycool
selamat jomblo ngenes
tak selamanya jones menyedihkan!!!


~marsya sataly~

Minggu, 13 Desember 2015

tertawa. . .


hujan deras,  suaraku mengeras. 

malam ini tak ada bulan apalagi bintang. 
hujan datang sangat deras,  
hujan datang baru saja. 

haha,
aku datang diam saja. 
aku datang, tak ada suara.
yang ada suara riuh gaduh dalam hati. sangat riuh sehingga tak terdengar oleh kupingku.  haha.  

aku tertawa. ini bukan sebuah sajak, apalagi sebuah puisi.  ini hanya segores kecil dalam kehidupanku. 
semua begitu menyesakkan dalam jiwa, sangat berdesak-desakan sehingga semuanya hanya membentur dinding-dinding relung batinku minta dikeluarkan. 

aku tak tahu harus ku bagaimanakan semua ini, yang ada aku hanya terus mengumpulkannya sehingga akhirnya membentuk sebuah rajutan panjang belum berkesudahan.  

haha.  benar,  semua itu masih ada dalam renunganku.  ah,  bicara soal renungan.  apalah arti renungan jika tak di ungkapkan.  

haha.  tidak,  bagi saya,  renungan adalah proses, semuanya akan merekah pada saatnya.  saatnya kapan?  memang Yang Buat Hidup yang menentukan,  namun,  bukankah Dia sangat begitu sibuk,  apakah kau akan menunggunya begitu saja? 

Jemputlah,  kejarlah,  dan mendekatlah dengan-Nya agar kau dapat ditunjuk oleh-Nya, oleh Yang Buat Hidup.  


Lagi-lagi berbicara uang.  haha. UANG.
selamat kamu menggelapkan banyak orang.

                      siapa lagi kalo bukan,
                         ~Marsya Sataly~

Jumat, 04 Desember 2015

Kawan baru

“Tidak. Mengapa aku lurus terus? seharusnya dipertigaan itu aku belok. Bukankah aku ada jadwal kuliah hari ini?” batinnya bertanya pada dirinya sendiri.

Pagi itu. saat matahari sepenggal naik, gadis itu seharusnya pergi ke kampus. Ia ada jadwal kuliah. Namun entah mengapa tangannya tak ingin berbelok saat pertigaan itu sudah dilihatnya. Ia hanya ingin jalan lurus saja. Ya. tepat. Ia secara tak sadar menghampiri kawan-kawan barunya. Bazar buku tahunan itu benar-benar menyilaukannya. Menjadi pusat perhatiannya, dan alhasil kelakuannya akhir-akhir ini sedikit aneh karena ia memikirkannya terus.

“owalah, Sya Sya. Kamu ini ngebet atau bagaimana sih?” setelah ia memarkirkan monsternya ditempat parkiran itu. Bukan, bukan monster asli. Melainkan motor kepunyaan kakak iparnya yang sudah dua tahun ini selalu menemaninya, menghantarkan gadis itu pergi semaunya,  sesekali menjadi tempat ia berekspresi dan ya. Setidaknya sebagai teman cerita saat ia mengendarainya sendiri.

  ***
 Tinggalkanlah gengsi, hidup berawal dari mimpi, gantungkanlah yang tinggi agar semua terjadi, rasakan semua peduli ironi tragedi, senang bahagia hingga kelak kau mati...........

Lagu sambutan untuknya. Karena tepat saat ia datang, lagu itu muncul. Batinnya berkata , “yaps, hidup memang berawal dari mimpi, dan penunjang mimpiku ada disini.”
Marsya, Marsya. Memang bukan dia kalau sudah begini. Ia benar-benar menelusuri satu persatu setiap kumpulan buku. Dengan harga-harga yang menggiurkan baginya, sehingga jika boleh, ia ingin mengambil semua buku yang diinginkannya itu. Semua pose sudah ia lakukan, dari mulai berdiri tegak,menunduk, seperti pose sedang rukuk, jongkok,berlutut dan ya, ia sampai duduk di lantai. Ia tak memerdulikan orang-orang yang sedang berlalu lalang. Ia hanya sedang menyelami satu persatu buku-buku yang berjejer rapi namun tak sepadan. Benar-benar satu persatu ia melihatnya,mencermati dan memutarinya. Buku yang menarik menurutnya ia kumpulkan, dan ia menaruhnya dipojok kumpulan buku itu, dan ia berkata pada mereka, “ baik-baik disini. aku segera kembali.” Ya begitulah tingkahnya. Setelah itu, ia pindah ke kumpulan buku lainnya, semua dilakukan persis seperti itu. Hingga kumpulan buku ke kelima, ia mendapat pesan singkat dari DJ.

Sya, ga berangkat kuliah?
Gak. Lagi sakau. Balasnya singkat
Sih cocote. Kamu lagi kenapa sih?

Ia tak ingin membalasnya. Ia segera memasukan ponselnya ke saku, setelah itu ia melirik ke jam tangannya, jam sepuluh batinnya. Masih lama jemput Dinda, sang adik yang rewel + manja + cempreng. “Jangan sia-siakan waktu, ayo cari lagi”, batinnya berkata. Ia menyelusuri satu persatu lagi kumpulan buku-buku itu. “ah yang ini bagus, yang ini juga menarik, lah-lah ini juga kayanya menggugah. Waduh, kumpulan buku yang pertama udah ada lima, yang kedua udah ada tiga, yang itu, tujuh, Yang ini tiga lagi. Buset, harus di seleksi lagi nih”, batinnya berucap.

Bazar itu sebenarnya masih sepi, hanya beberapa pengunjung saja, karena ia baru buka satu jam lalu, dan beberapa menit kemudian gadis ini datang. Sepi memang, namun menurutnya ini tempat ramai. Mungkin karena batinnya selalu ramai dengan komentar,pertanyaan maupun apapun yang ia lihat disana. Ia bertanya, lalu menjawab. semua pertanyaan yang muncul, seketika ia coba jawab sendiri. Tak heran konflik batinnya benar-benar sedikit melelahkan. Ini semua terjadi karena ia datang sendiri, mungkin. Sebenarnya ia tak ingin sendiri, apa lagi menyendiri. Hanya saja,terkadang saat-saat tertentu ia memilih untuk sendiri. Karena menurutnya sendiri itu tak selalu menyedihkan. Karena dengan sendiri, seseorang biasanya baru menghadirkan Sang Pencipta. Tiba-tiba terdengar bunyi ponselnya, ada satu pesan singkat dari ibunya.

Sya nanti ada jadwal ngeshift gak?
Ada mak.

Beberapa detik kemudian, ia menulis pesan singkat untuk ibu yang telah mengandungnya,

I love you

Hanya itu, ia merasa sangat bersalah, karena tak mengindahkan kata-katanya. Ia masih membangkangnya. Masih semaunya sendiri, dan sudah pasti belum bisa dikatakan masuk kategori anak baik, setidaknya belum untuk saat ini. Selang beberapa menit, terdapat pesan masuk,

I love you to balas ibunya singkat. Setidaknya pesan pendek itu membuat senyumnya mengembang diwajahnya. Sesaat ia melihat sekelilingnya, ia bergumam “hidup memang hidup.”

Ia melanjutkan pencariannya, dari sudut satu kesudut lain, tumpukan buku satu ke buku lain, dari keramik satu ke keramik lain. Tak jemu-jemu ia melakukannya, dan pikirannya begitu ramai, seperti pasar mungkin, karena ia benar-benar ingin membeli semua buku itu. dan tak lama pikirannya dibuyarkan oleh ponselnya yang berbunyi, terdapat pesan singkat di layar ponselnya. Dan tebak siapa dia? Ya. Pesan singkat dari Atsar.

Sya, ke bazar yuh...
Aku sudah dari tadi disini. sini aja.
Ada buku penunjang kuliah?
Sudahlah, kesini saja dulu.
Oke. . .

Benar Atsar. Atsar yang sudah beberapa minggu menghilang entah ditelan apa. Minggu ini ia datang, karena Marsya memberitahunya ada tugas kelompok dan mereka seperti biasa menjadi satu kelompok, karena kelompok itu ditentukan dengan cara urut absen. Tidak. Sebenarnya tak usah urut absen pun mereka sering satu kelompok. Sebenarnya Marsya sudah malas menghubunginya, karena ia mulai risih dengan Atsar yang malas-malas berangkat kuliah, terkadang telat menumpukkan tugas. Ia sering sekali baru mengetahui ada tugas saat tugas itu sudah harus dikumpulkan. sesekali ia memang mengirim pesan singkat pada Marsya bertanya-tanya tentang kabarnya dan tentang proses kuliah, hingga suatu ketika Marsya membalasnya dengan sadis.

Lain kali makannya kau berangkat. biar kamu tahu sendiri tugas apa yang diberikan dosen, jangan kaya gini lah! Tugas selalu dibuat dadak, pasti ngerjainnya gak total pak! Kamu lagi apa-apaan sih. Kalau ada apa-apa cerita, jangan ilang-ilangan kaya gini.
Ya begitulah Marsya, ia memang seperti itu. saat mengingat kejadian itu ia tersenyum tipis, “maaf pak. Hehe abis nyeselin sih”, ujar batinnya lagi. Sepuluh menit kemudian, Ada seseorang yag menyenggol tasnya. Dan orang itu adalah Atsar. Ia berucap “sudah beli apa saja kamu Sya?”
Marsya menoleh, sejenak ia diam. Batinnya bersyukur,” syukurlah, aku tak sendiri.”

“Sya, udah pilih apa aja bukunya?”

“ehhhh, iya... belum baru lihat-lihat, tapi disetiap kumpulan buku-buku itu, buku yang menarik sudah ku taruh disetiap sudut-sudutnya. Nanti tinggal diambil pak. Hehe. Kamu cepet amet sih“ sambil menunjuk setiap kumpulan buku-buku itu.

“owalah, mesti banyak banget ya? Cari yang benar-benar butuh aja Sya,haha gak lah orang deket juga. hehe” dengan muka yang tanpa ia sadari mulai memerah.

“iya dink deket, iya pasti cari yang dibutuhin. Hm, ga ada dosen apa? Harusnya kamu kuliah kan?”

“gak gak dateng, Cuma diberi tugas suruh analisis,”

“owalah,haha. Berarti aku ga bolos ya, berarti instingku tepat ya pak hehe”

“ya ga tepat banget, suatu kebetulan aja. Coba kalau tadi ada dosen, bearti kamu bolos. Besok-besok jangan bolos lah. “

“yee, ngaca dulu donk. Situ yang sukanya bolos keles,”

“ya makannya, nanti kalau aku bolos, kamu bolos, terus kalau ada tugas atau info apa yang ngabarin siapa? Kaya kuliah teori itu, aku sama kamu maju presentasi bareng itu, itu aku juga tahu dari kamu, nanti kalau kita sama-sama jarang masuk, terus siapa yang ngasih tahu?”

“ oh jadi kamu cuma manfaatin aku apa pak?” sambil memicingkan mata

“hahaha,,gitu aja marah, gak lah, bukan gitu maksudnya. Kamu perempuan, ya harus rajin.”

“oh jadi mentang-mentng kamu laki-laki jadi seenaknya sendiri? Gender banget sih?”

“ udah, udah lah. Aku yang salah,hehe. besok-besok gak bolos lagi deh.”
Ya begitulah, sering sekali mereka berdebat seperti itu. Marsya memang jarang memanggil Atsar, ia sudah terbiasa memanggilnya dengan sebutan Pak. “Pak Jendral” batinnya, karena Atsar bercita-cita menjadi pelindung bangsa ini, semoga saja.


“waduh, udah jam sebelas, aku harus jemput Dinda pak. Aku tinggal dulu ya, kamu mau pulang apa gimana?”

“ya tak tunggu disini. bentar kan?”
Ia melaju motornya, hanya beberapa menit saja ia sudah di tempat Bu Toha sebenarnya ia sering memanggilnya dengan nama Bu Jeruk, karena ia berjualan es jeruk dulunya, walau nama aslinya adalah bu Fatma.haha, teserah Marsya memang, ia suka sekali mengganti nama orang. Katanya biar lebih mesra.

Perlu diketahui, jarak tempat bazar dan sekolah Dinda dekat, hanya tujuh menit jika memakai motor. Bu Toha adalah pedagang yang sudah berdagang bertahun-tahun didepan sekolah Dinda, bersama Si Dul, pak Mamo, Pak Cimol dan yang lainnya. Sudah sejak delapan tahun lalu, tepatnya Marsya duduk dibangku kelas satu SMP, ia sering duduk-duduk bersama mereka. Dan alhasil hingga saat ini tempat itu menjadi tempat favoritnya. Ya setidaknya ada tempat untuk duduk disana. Hingga ia mengenal Melisa satu tahun lalu, mengenal Saka dan teman-temannya. Bu Toha memiliki tiga anak, Febri, Deka, dan Destri. Ketiganya dekat dengan Marsya. Bahkan anak terakhir Bu Toha itu, Si Destri, lahir saat Marsya kelas satu SMA, jadi sudah tak bisa dielakan lagi bagaimana hubungan bu Toha sekeluarga dengan Marsya.

“Aduh, Febri mau pulang. Ini pak Toha kemana lagi?” “owalah, kok pulangnya gasik banget bu?”

“iya lagi ujian semsteran mba Marsya, gimana ya? Mba Marsya lagi sibuk gak?” dengan muka bingungnya. Kawaitr jika anak pertamanya tak bisa pulang. Sejak Febri beberapa bulan ini tak bisa jalan, dan hanya biisa menggunakan tongkat. karena kecelakaan yang ia alami, sehingga memaksakan Bu Toha dan pak Toha mengantar dan menjemputnya.

“haha,,,sini. Aku yang jemput. Wiber kan, tapi ancer-ancernya mana sih ya bu?”
Setelah bu Toha memberi denahnya, bu Toha berucap “aduh mba Marsya, aku ga enak loh. Itu kan agak jauh.”

“lah, naik motor ikih koh, yaudah aku jemput ya. Nanti kalau Dinda keluar, tolong suruh tunggu bentar ya bu,”

“iya oke makasih banget ya mba,,,”
Sesaat kemudian, ia melesat bersama monsternya itu, tanpa berlama-lama ia menjemput Febri lalu langsung mengantarnya pulang. Setelah itu, ia cepat kembali ke Bu toha, disitu sudah ada Dinda yang menunggunya. Ponselnya berdering, Atsar tulisan yang muncul di ponsel. “halo, ya bentar lagi aku kesitu.”kata Marsya. “oke ati-ati” balasnya. Ternyata Atsar sudah menghubungi Marsya berkali-kali, mungkin ia lelah menunggunya terlalu lama.
Seketika itu juga, ia mengajak Dinda untuk pulang kembali ke bazar. Sebentar ia berpamitan pada semua dan akhirnya ia melesat lagi ke tempat bazar itu. Ia lalu memamerkan ke Dinda buku apa saja yang mau ia beli. Seketika Dinda hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, seperti tak bisa mengikuti alur berfikir sang kakaknya ini. Setelah Marysa memilih buku yang benar-benra ia beli, ia segera bersama Dinda dan Atsar pergi ke tempat pembayaran. Sang penjaga bazar pun tercengang, ia berucap,” mau disumbangin apa mba buku-bukunya? Atau buat perpustakaan sekolah?”
Marsya hanya membalas,” gak mas, buat sendiri aja. Hehe.”

Yang buat terheran lagi, Marsya menolak untuk memasukan buku-bukunya yang ia beli ke kantong plastik. Ia hanya berbicara singkat “ taruh disini aja mas,” sambil mengeluarkan tas dari dalam tasnya,

“oh,ternyata ada tas dalam tas ya mba,,”

“haha,, iya.”

“udah mas, terserah dia aja mas, haha. Dia cinta lingkungan mas. Setiap hari dia juga ngebersihin kampus, matiin lampu kelas-kelas yang gak dipakai,mematikan air kamar mandi,dia udah kaya pegawai kampus yang gak pernah dibayar mas. hehe” saut Atsar dengan nada sangat antusias.

“sialan ya Pak, awas lu.” Bentak Marsya sambil menunjukkan kepala tangannya.

Si Dinda hanya geleng-geleng kepala. Ia hanya berucap “kacang kacang. Kacang mahal.”

Setelah pembayaran selesai, dan buku-buku yang berjumlah duapuluh tujuh itu, semuanya sudah masuk ke dalam tasnya, sehingga ia menggendong dua tas sekaligus, didepan dan dibelakangnya, dengan wajah yang berbinar-binar sesekali merangkul tas yang berisikan buku-buku yang ia pilih dengan selektif. Seperti memilih calon PNS mungkin. Begitu keluar,Ia merasa benar-benar sangat lapar. Mungkin efek memilih kawan-kawan barunya itu. benar-benar melelahkan. Setelah mereka keluar, mereka lalu berpisah. Atsar pulang ke arah timur dan Marsya ke arah barat.

Sesampainya dirumah, ia melihat jam. Waktu menandakan pukul satu. Dan itu artinya bentar lagi ia harus bekerja. Saat bertemu ibunya, ia hanya langsung reflek mencium pipinya, dan berkata “jangan marah ya mak”. Setelah itu ia bergegas untuk bekerja.

Saat bekerja, entah mengapa ditengah jalan ia merasa hampa. Mungkin karena Marsya sedang kedatangan tamu, sehingga ia agak jauh dari Penciptanya. Dan karena itu pula, ia merasa rindu teramat, entahlah. Tiba-tiba ia memikirkannya, memikirkan pemuda itu. bukan Atsar melainkan Ata.
Hingga jam bekerjanya selesai, ia langsung bergegas untuk pulang. Biasanya ia duduk-duduk sebentar melepas lelahnya. Setelah pulang, ia kemudian menemui kawan-kawannya dan mulai mengenal mereka sedikit lebih dalam. Dan alhasil ia langsung berkenalan dengan kawannya itu, semalam suntuk. Namun, tiba-tiba, pikiran itu muncul lagi. Yaps, pemuda itu lagi. pemuda yang sudah seperti bertahun-tahun tak bertemu dengannya, ia benar-benar tak tahu menahu bagaimana kabarnya sekarang. Ia benar-benar ingin sekali bertemu. Ya setelah sekian lama dan saat kejadian itu. Hanya saja, ia sadar betul. Betul-betul sadar. Ia selalu sadar, bahwa ia bukan siapa-siapa. Ia benar-benar tak pernah mempunyai niat untuk merusak hubungan orang. Ya, ia menyadari betul apa yang selama ini ia lakukan salah. Namun, ia juga salah jika mendiami dan seperti seakan-akan tak mengenalnya.
Teringat sekali dibenak Marsya, saat ia benar-benar menyadari bahwa ia menyukai pemuda itu. ha ha. Hanya selang beberapa hari ia baru mengetahui bahwa ia ternyata milik orang lain.

“Oh My God. Ampunilah hamba-Mu ini, aku salah, tak seharusnya aku mempunyai perasaan ini”

Setelah itu, Marsya mencoba benar-benar menjauh, tak berusaha menjauh sekali, tidak. Namun ia berusaha, sangat berusaha untuk menghilangkan rasa itu. ia benar-benar akan selalu memang teguh perkataannya bahwa ia tak kan pernah menyukai seseorang yang sudah menjadi milik orang lain. Hingga cinta pertamanya saat SMA itu, ha ha. Ia pun langsung menghilang dan mencoba tak menggangu cinta pertamanya itu bersama kekasihnya.
Benar, ia berbeda dengan kebanyakan perempuan. Ia benar-benar beda. Ia bukan perempuan yang tidak tidak. Maaf maksudnya, ia benar-benar tidak mudah jatuh cinta, ia benar-benar sangat susah untuk menyukai lawan jenisnya, ia benar-benar selalu menjaga apapun yang harusnya dijaga. Batinnya selalu berkata, “semuanya hanya milik suamiku. Kelak.”

Sesaat pikirannya bernostalgia dengan apapun yang sudah ia lakukan bersamanya. “ah, sudahlah.” Batinnya berkata pelan. “hanya kepada-Mu aku pasrah Ya Alloh, berikanlah yang terbaik untuk semuanya. rencana-Mu pasti lebih indah. dan, ku mohon Ya Alloh, lindungilah ia, lindungilah Ata. berikanlah kebahagiaan padanya, dan semoga ia selalu baik-baik saja.

Setelah itu, ia menutup bukunya yang sedari tadi dengan posisi terbalik. Ia mematikan lampu, beritual sejenak dan ia memejamkan matanya untuk hari ini. “Terima kasih Tuhan, terimakasih untuk hari ini.”

                                                                                031214 : 00:23:19