Lagi-lagi gemricik air di teras depan menemaniku. Lagi-lagi malam dingin yang menusuk menemaniku. Lagi-lagi jari jemariku menari kesana kemari merangkai kata demi kata. Saat ini, hujan masih enggan tuk turun. Mungkin karena ia sedikit malu karena sudah lama ia tak menampakkan dirinya. Angin malam ini berhembus begitu kencang, membuatku menarik sedikit selimut menutupi kakiku.
Tidak ada asap disini, tidak ada sesuatu hal pula yang mengganjal dalam pikiranku. Hanya saja, disini. aku menunjuk di dalam dadaku ini, ada sesuatu yang sedang aku rasa. Bukan tentang laki-laki bukan. Bukan pula rindu pada seseorang, bukan. Ini tentang hati. Qalbu. Yang menuntut untuk dilihat. Menuntut untuk diperhatikan, dan menuntut untuk diperbaiki. Haha, tak ada yang tahu, kecuali diriku sendiri. Aku hanya, hanya ingin mengenalnya, bercengkrama dengannya, dan menikmati keberadaanya.
Terkadang hatiku begitu bahagia,, namun tiba-tiba hatiku merasa begitu sedih, entah apa yang terjadi disana, aku tak begitu paham. Yang pasti ia menuntut keadilan dalam diriku. Ah, benar-benar entah apa yang harus ku lakukan, dihadapanku saat ini masih benar-benar misteri. Terkadang aku bersatu dengannya, terkadang aku bertentangan dengannya, terkadang kami begitu akur, terkadang kami begitu berbeda. Terkadang kami membohongi satu sama lain, terkadang kami menutupi satu sama lain. Haha. Mengenal diri sendiri memang susah-susah gampang.
Sesungguhnya aku butuh teman. Hanya untuk berbagi. Namun sayang, kelihatannya ia pun masih susah untuk mengayomi dirinya sendiri, teman yang lain? Sepertinya tidak. karena sepertinya mereka begitu terlena dengan dunia ini. Teman yang lain lagi? Haha. Tidak. karena mereka begitu tidak menikmati hidup, mereka sibuk dengan keyakinan mereka, sibuk dengan teori mereka, sibuk dengan pegangan mereka, sehingga tak mau membuka mata untuk hal lain. Diriku?
Aku sebenarnya hanya ingin memampukan diriku. Bertindak adil sejak dalam pikiran terlebih perbuatan. Aku hanya ingin siap mati, namun juga selalu ingin menikmati hidup. Aku hanya ingin air dan api dalam diriku seimbang. Atau bahkan aku ingin air dalam diriku sedikit lebih unggul dalam hidupku. Aku hanya ingin perkataanku sesuai dengan perbuatanku, aku hanya ingin menyatukan hati dan pikiranku. Aku hanya ingin menjadi pribadi yang pener, aku hanya ingin qalbuku ini akan selalu ada hingga nafas terakhirku. Qalbu yang benar-benar patut disebut Qalbu.
Qalbu yang begitu bijaksana, tak kenal pamrih, tak dapat melihat namun begitu perasa sehingga ia tak pernah memandang bulu. Aku hanya berharap Qalbu ini akan menuntun ke jalan yang terang sangat terang sehingga siapapun dapat melewati cahayanya. Aku hanya dapat memohon Sang Pencipta, berharap qalbu mendengarnya, berharap qalbu tahu ketukan ini tak main-main sehingga ia bisa membuka pintunya dengan senang hati.
Mengapa qalbu? Karena qalbu bukan harta dan lebih penting dari ilmu pengetahuan. Qalbu adalah kartu As Waru dalam hidupku, yang akan membuat hidupku harum bukan karena pewangi, cantik tanpa kosmetik serta indah perangainya. Hanya itu. itu aja.
Tersenyum penuh harap,
~Marsya Sataly~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar