Hahaha, langit senja kali ini tampak begitu indah. Yaa indah
seperti biasa. Kali ini aku tak ada feel menulis sebenarnya. Hanya saja, dari
hati kecilku aku rindu sekali melihat jari jemariku berlari kesana kemari
merangkai sebuah cerita. Sebuah cerita yang sederhana, tak perlu dibuat-buat,
hanya mengalir saja, karena sebenarnya dibalik kesederhana itu menyimpan
sesuatu yang rumit nan detail.
Hm... aku berhenti menulis sejenak tadi. Kondisiku dengan
tadi agak berbeda. Entah mengapa tubuhku terasa hangat sejadinya. Kali ini, aku
merasa tak enak badan sungguhan. Apa mungkin karena jam malamku sangat larut
beberapa hari ini. Ah, tak tahu pasti. Yang pasti aku tidak sedang berfikir. Aku
malah sedang belajar enjoy disetiap aktifitasku. Sesekali aku bercengkrama
dengan orang baru. Sesekali mencari info sana sini. Aku sedang jarang membaca. Terakhir
dua hari lalu aku hanya menyelesaikan bacaan yang tinggal setengah buku. Selepas
itu semua, aku sedang sering menemui atau bertemu dengan teman lamaku. Yaa sebenarnya
semua itu hanya ingin mengisi waktuku menanti proposal penelitian selesai di
revisi.
Hm.. aku tak ada target lulus. Aku hanya membiarkan semua
mengalir saja. Mengalir dengan kendali. Benar sekarang aku lebih slow dari yang
dulu. Lebih enjoy dari yang dulu. Lebih simple dari yang dulu. Dan sedikit
lebih manis dari yang dulu. Haha. Sesekali memuji diri sendiri kan gak papa. Gak
ada yang keberatan kan? Haha.
Sejujurnya, aku sedang tidak merasa sendiri. Yaa acaraku di
lain itu hanya untuk have fun, mengasahku menulis dan yaa hanya iseng saja. Aku
tak merasa benar-benar sendiri. Yaa, memang sesekali. Hanya saja, saat ini aku
hanya benar-benar ingin memantaskan diriku. Persiapan sudah bukan tujuanku saat
ini. Memang masih ada banyak hal yang harus aku siapkan, hanya saja aku sudah
ingin memantaskan diriku. Melayakkan diriku. Membuat diriku nyata.
Hm aku bukan sosok yang super ambisius, bukan seseorang yang
harus mencapai apa yang diinginkan. Bukan. Aku hanya, hanya ingin memantaskan
diriku, membuktikan diriku bahwa aku memang layak dan pantas untuk menjadi
sesuatu. Aku tak ingin menunjukan pada siapa-siapa, setidaknya aku hanya ingin
menunjukkan itu semua pada diriku sendiri. Dan biarkan diriku ini menjadi
saksinya.
Oh My God. Tubuhku terasa panas sekali. Sesekali aku
mendengar perutku yang berbunyi. Bukan kelaparan, hanya mungkin ia sedang menyeruakan
suara kepedulian padaku. Sering kali bunyi tuts keyboard beriringan dengan suara
detak jantungku. Oh My God, hamba-Mu ini sebenarnya seperti apa? Haha. Aku sebenarnya
tidak benar-benar tak tahu arah. Tidak. aku sudah mulai mengerti dan
menyadarinya. Hanya saja aku belum sadar betul akan hal itu.
Sungguh aku sedang merasakan kerinduan yang amat.
Aku rindu,aku rindu sekali, sangat rindu, rindu dengan
hembusan angin malam, malam yang berwarna hitam legam sangat pekat, malam yang
benar-benar sunyi senyap tak ada suara yang berderu, dan saking senyapnya hingga
sehelai daun jatuh, sentakannya menimbulkan suara. Aku rindu saat panggilan-Mu
lebih mengena didengar, lebih masuk dalam relung jiwa, lebih hangat dari
belaian Sang Bunda. Suasana yang begitu dingin, dingin yang menusuk tulang,
membekukan daging segar, menggigilkan tubuh, memberi peringatan pada otak untuk
menyegerakan sumber kehangatan, menghentakkan
seluruh tubuh meminta untuk dimanjakan.
Ah benar-benar, aku sangat rindu dengan deburan air yang
jatuh membasahi raga dan sukmaku. Aku hanya rindu pada suara ayam berkokok
bersaut-sautan, ku hanya rindu pada suara jangkrik yang menderu, Ku hanya ingin
berjalan di gelapnya malam, ku hanya ingin bangun dari tempat tidurku yang
melenakan, Ku hanya ingin bebas dari belenggu ini. belenggu yang memekikkan
leherku, menyesakkan dadaku, menyumbat pernafasanku, membuatku tak hidup,membuat
hati mati, membuat suasana menjadi kacau, membuat semuanya menjadi tak
bergairah.
Yaa, hanya ingin berkata, aku rindu dengan kumandang adzan
subuh. Aku rindu untuk bangun dan bergegas pergi mendekati-Mu, ku hanya ingin
bisa bangun untuk memenuhi panggilan-Mu, bukan.. bisa jadi, aku hanya ingin bangun untuk
melaksanakan kewajibanku sebagai seorang yang beriman. Ku hanya ingin bisa
bangun dan solat subuh berjamaah. Atau mungkin, aku benar-benar sangat rindu
dengan-Mu Ya Robb?
Kumandang takbir bersaut-sautan. Terbesit perasaan aku rindu
pada simbah Solo. Ah,, sangat rindu
padanya. Aku hanya berkata lirih, “aku rindu simbah, hanya saja aku tak ingin
cepat menyusulmu, aku ingin menuntaskan apa yang sedang aku mulai, aku hanya
bisa menitipkan sebuah doa untukmu dan tunggulah aku barang sebentar, bukankah hidup
seperti mampir tuk minum?
Aku menghela nafas panjang-panjang. Aku hanya berharap, semoga
seluruh angin yang berhembus, seluruh suara takbir yang berkumandang, seluruh
jiwa yang ada, mengiringi perkataan dan bisikku yang terakhir di malam ini,
“Ridhoi aku Tuhan untuk bisa selalu menemui-Mu di waktu
subuh” dan semoga bisikan yang sangat lirih ini,tak hanya membentur di dinding-dinding
kamarku.
Menikmati lantunan takbiran
dengan tubuh yang panas
tanpa asap
~Marsya Sataly~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar