Hay,
Hello my brother? How are you?
Hahaha. lagi. Sorry. Aku gak tahu
lagi harus cerita sama siapa. Basi yaa? yaa begitulah aku. Masih ingin
bercerita padamu. Sorry tidak ingin membuat beban atau apalah yang lain. Aku hanya
ingin menungkapkan apa yan sedang mengganjal. Selain Yang Buat Hidup, yaa aku
ingin bercerita pada manusia. Setidaknya seseorang.
Hm. Langsung aja, kemarin sore,
tepatnya jam tiga. Adikku pulang, hanya sebentar ganti baju terus dia berangkat
lagi. Aku melarangnya, menghadangnya, dan aku tak mengizinkan ia berangkat. Karena
hari sudah mulai mendung, banyak kilat petir dan dia sudah sering pulang sore
atau malam hanya karena organisasi sekolah. Badannya juga tambah kurus dan
intinya sebelum kejadian ini aku sudah memintanya untuk memilih beberapa
organisasi saja. dia tidak mau, dia ngeyel pengin berangkat, sampai akhirnya
bilang ibu dan berkali-kali dia mendesak ibu untuk tetap berangkat, hingga ibu
bilang, terserah aku. Dan aku tetap tidak mengizinkan dia berangkat. Walau alasannya
ada kumpul organisasi. Aku tak peduli, karena cuaca sangat tidak mendukung. Apalagi
lagi musim penyakit DB. Setelah itu, adu
cekcok terjadi, dan haha. Hampir mirip kejadian dahulu bersama kakaku yang cewe
hanya karena masalah itu, haha, masalah remaja yang sampai sekarang entah tak
pernah terkuak, seperti hanya angin lalu dan haha, hingga kini aku menganggap
itu seperti kecerobohanmu dan semua.termasuk aku juga. Haha.
Setelah itu, adikku masuk rumah,
dan duduk dilantai menangis sejadinya, memanggil nama ibu ibu terus, dan aku
hanya bisa duduk di motor. Karena kunci motor masih ada di dia. Lalu setelah
itu, hmm. Dia membanting Hpnya, dan nangis ngamuk dengan leluasa. Aku hanya
sedih. Bingung, namun aku begini karena aku kakaknya. Aku hanya ingin menjadi
kakaknya yang baik.
Kira-kira setengah jam kemudian
dia masuk kamarnya, aku hanya masuk kerumah dan mengunci pintu, tanpa
memerdulikan motor yang berada diluar. Lalu aku duduk di kursi, hanya memantau
adikku tercinta. Sesekali dia menjerit, menangis kencang, hingga beristigfar
terus. Alhasil aku akhirnya mendekatinya, mencoba berkata baik-baik dan
akhirnya dia menunjukan Hpnya yang ia banting tadi. Haha, aku bingung harus
ketawa atau marah, yang pasti HP itu pecah. Hpnya rusak dan benar-benar tak
bisa dipakai lagi.
Setelah itu, aku menasehatinya agar tidak terbawa hawa nafsunya,
janan terlalu emosi sehingga kamu bisa lepas kendali. Sekarang coba hpmu
satu-satunya dibanting olehmu sendiri, nyesel kan sekarang? Dia hanya menangis
lagi, kali ini lirih, karena mungkin dia mulai menyadari dan menyesali
perbuatannya. Aku juga mengatakan padanya, bahwa sejelek-jeleknya keluarga ini,
setidaknya keluarga ini yang masih mau menerimamu, cobalah mengerti keadaan
dan jangan buat kawatir orang tua. Dengan adanya kamu pulang, dirumah, itu
orang tua sudah senang. Jangan terlalu banyak kegiatan, toh tubuhmu perlu
istirahat. Dan aku berkata padanya, sungguh. Kalau aku juga kesepian, aku
sengaja sering dirumah, karena aku bertugas mengantar jemput ibu, aku katakan
padanya, aku juga pengin cerita ke kamu, aku butuh kamu dirumah buat sharing,
dan kamu tahu. Baru ajaa, aku tahu, bahwa cowo yang mulai aku harapkan, cowo
kampus yang nimnya bersebelahan denganku. Cowo kampus yang sangat nyaman berada
disebelahku. Cowo kampus yang selalu memanggilku ketika ia butuh bantuan, dan
hampir ada juga ketika aku sedang kesulitan. Cowo kampus yang baru beberapa
hari seminar proposal dengan daya dan upaya yang aku lakukan untuk menyukseskan
acaranya itu, apalagi ada judul yang aku berikan padanya, haha. Kamu tahuuuu
yin?
Dia mau melamar cewe. Cewe lain yang tak pernah ia ceritakan padaku. Kami memang
tak pernah ada hubungan, namun yang sangat disayangkan, mengapa ia tak bilang
dari awal, setidaknya aku akan menjaga jarak dengannya. Setidaknya aku akan
marah ketika teman-teman meledek kami berdua. Aku akan menjauh darinya, dan aku
takkan menangis ditelpon saat aku dtinggal lamaran oleh cowo, haha, iyaa. Iyaa
cowo itu kamu mas. Haha, dan yang gak habis aku pikir, mengapa ia tidak gentle
dengan mengatakan langsung padaku, ia palah pura-pura salah kirim padaku,
tentang lamaran dengan cewenya, hello.
Dan terakhir, ia memintaku menghapus
foto berdua dengannya di facebook. Dan aku hanya menanggapinya dengan enteng. Geh,
biasa aja sih ngapa. Toh kita temenan, dan toh kata-katanya itu tidak ada unsur
seperti sepasang kekasih. Aku ga habis pikir, terserah kamu saja. dan seketika aku dan adikku menangis mas
disitu.
Aku benar—benar sedih, setelah bangunan baru yang sedang aku tata ulang kembali, tiba-tiba saja dia
menghancurkan semua, dengan pikiran egoisnya dan kekunoaannya, dan aku menyesal
kenapa aku berkenalan dengannya dan mengapa aku bisa dekat dengannya?
Dan untuk
ketiga kalinya aku merasa bodoh, bodoh menyukai orang yang salah, bodoh pada
diriku sendiri dan aku entah mulai muak dengan semua ini. Kamu tahu, aku jatuh
lagi kelubang yang sama. Tapi, haha, yasudah. Aku terima semuanya, memang
dasarnya aku sangat bodoh.
Haha. Aku bohong. Aku menangis
lagi, walau hanya sebentar, aku menangis dipojok kamar, aku benar-benar sedih. sedih betapa bodohnya aku. Aku
benar-benar bingung, dan aku benar-benar lelah. Aku takut jadi kaka yang tak
baik, dan aku takut, aku mulai enggan untuk jatuh cinta. Apa yang harus
kulakukan? Aku pun masih mencoba menghubungimu kemarin. Aku sudah mengetik, dan
aku mengurungkan niat. Hanya ini batasan yang coba aku buat. Maaf, kalau
mengganggumu lagi, hiraukan saja aku, ibarat duri yang menancap dalam
kulitmu. Buang saja, anggap saja aku hanya kicauan burung yang sejenak lewat
dihadapanmu. Maaf sekali, aku belum bisa melupakanmu. Belum bisa benar-benar
keluar dari kehidupanmu. Mungkin suatu saat sudah tidak ada lagi kakak. Yang ada
hanya orang lain yang tak kenal dijalan. Maaf. aku sungguh minta maaf.
~Marsya Sataly~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar