Jumat, 22 Januari 2016

Mas . . . (2)

Hay,
Hello my brother? How are you?
Hahaha. lagi. Sorry. Aku gak tahu lagi harus cerita sama siapa. Basi yaa? yaa begitulah aku. Masih ingin bercerita padamu. Sorry tidak ingin membuat beban atau apalah yang lain. Aku hanya ingin menungkapkan apa yan sedang mengganjal. Selain Yang Buat Hidup, yaa aku ingin bercerita pada manusia. Setidaknya seseorang.

Hm. Langsung aja, kemarin sore, tepatnya jam tiga. Adikku pulang, hanya sebentar ganti baju terus dia berangkat lagi. Aku melarangnya, menghadangnya, dan aku tak mengizinkan ia berangkat. Karena hari sudah mulai mendung, banyak kilat petir dan dia sudah sering pulang sore atau malam hanya karena organisasi sekolah. Badannya juga tambah kurus dan intinya sebelum kejadian ini aku sudah memintanya untuk memilih beberapa organisasi saja. dia tidak mau, dia ngeyel pengin berangkat, sampai akhirnya bilang ibu dan berkali-kali dia mendesak ibu untuk tetap berangkat, hingga ibu bilang, terserah aku. Dan aku tetap tidak mengizinkan dia berangkat. Walau alasannya ada kumpul organisasi. Aku tak peduli, karena cuaca sangat tidak mendukung. Apalagi lagi musim penyakit DB.  Setelah itu, adu cekcok terjadi, dan haha. Hampir mirip kejadian dahulu bersama kakaku yang cewe hanya karena masalah itu, haha, masalah remaja yang sampai sekarang entah tak pernah terkuak, seperti hanya angin lalu dan haha, hingga kini aku menganggap itu seperti kecerobohanmu dan semua.termasuk aku juga. Haha.

Setelah itu, adikku masuk rumah, dan duduk dilantai menangis sejadinya, memanggil nama ibu ibu terus, dan aku hanya bisa duduk di motor. Karena kunci motor masih ada di dia. Lalu setelah itu, hmm. Dia membanting Hpnya, dan nangis ngamuk dengan leluasa. Aku hanya sedih. Bingung, namun aku begini karena aku kakaknya. Aku hanya ingin menjadi kakaknya yang baik.

Kira-kira setengah jam kemudian dia masuk kamarnya, aku hanya masuk kerumah dan mengunci pintu, tanpa memerdulikan motor yang berada diluar. Lalu aku duduk di kursi, hanya memantau adikku tercinta. Sesekali dia menjerit, menangis kencang, hingga beristigfar terus. Alhasil aku akhirnya mendekatinya, mencoba berkata baik-baik dan akhirnya dia menunjukan Hpnya yang ia banting tadi. Haha, aku bingung harus ketawa atau marah, yang pasti HP itu pecah. Hpnya rusak dan benar-benar tak bisa dipakai lagi. 

Setelah itu, aku menasehatinya agar tidak terbawa hawa nafsunya, janan terlalu emosi sehingga kamu bisa lepas kendali. Sekarang coba hpmu satu-satunya dibanting olehmu sendiri, nyesel kan sekarang? Dia hanya menangis lagi, kali ini lirih, karena mungkin dia mulai menyadari dan menyesali perbuatannya. Aku juga mengatakan padanya, bahwa sejelek-jeleknya keluarga ini, setidaknya keluarga ini yang masih mau menerimamu, cobalah mengerti keadaan dan jangan buat kawatir orang tua. Dengan adanya kamu pulang, dirumah, itu orang tua sudah senang. Jangan terlalu banyak kegiatan, toh tubuhmu perlu istirahat. Dan aku berkata padanya, sungguh. Kalau aku juga kesepian, aku sengaja sering dirumah, karena aku bertugas mengantar jemput ibu, aku katakan padanya, aku juga pengin cerita ke kamu, aku butuh kamu dirumah buat sharing, dan kamu tahu. Baru ajaa, aku tahu, bahwa cowo yang mulai aku harapkan, cowo kampus yang nimnya bersebelahan denganku. Cowo kampus yang sangat nyaman berada disebelahku. Cowo kampus yang selalu memanggilku ketika ia butuh bantuan, dan hampir ada juga ketika aku sedang kesulitan. Cowo kampus yang baru beberapa hari seminar proposal dengan daya dan upaya yang aku lakukan untuk menyukseskan acaranya itu, apalagi ada judul yang aku berikan padanya, haha. Kamu tahuuuu yin? 

Dia mau melamar cewe. Cewe lain yang tak pernah ia ceritakan padaku. Kami memang tak pernah ada hubungan, namun yang sangat disayangkan, mengapa ia tak bilang dari awal, setidaknya aku akan menjaga jarak dengannya. Setidaknya aku akan marah ketika teman-teman meledek kami berdua. Aku akan menjauh darinya, dan aku takkan menangis ditelpon saat aku dtinggal lamaran oleh cowo, haha, iyaa. Iyaa cowo itu kamu mas. Haha, dan yang gak habis aku pikir, mengapa ia tidak gentle dengan mengatakan langsung padaku, ia palah pura-pura salah kirim padaku, tentang lamaran dengan cewenya, hello. 

Dan terakhir, ia memintaku menghapus foto berdua dengannya di facebook. Dan aku hanya menanggapinya dengan enteng. Geh, biasa aja sih ngapa. Toh kita temenan, dan toh kata-katanya itu tidak ada unsur seperti sepasang kekasih. Aku ga habis pikir, terserah kamu saja.  dan seketika aku dan adikku menangis mas disitu. 

Aku benar—benar sedih, setelah bangunan baru yang sedang aku tata ulang kembali, tiba-tiba saja dia menghancurkan semua, dengan pikiran egoisnya dan kekunoaannya, dan aku menyesal kenapa aku berkenalan dengannya dan mengapa aku bisa dekat dengannya? 
Dan untuk ketiga kalinya aku merasa bodoh, bodoh menyukai orang yang salah, bodoh pada diriku sendiri dan aku entah mulai muak dengan semua ini. Kamu tahu, aku jatuh lagi kelubang yang sama. Tapi, haha, yasudah. Aku terima semuanya, memang dasarnya aku sangat bodoh.


Haha. Aku bohong. Aku menangis lagi, walau hanya sebentar, aku menangis dipojok kamar, aku benar-benar sedih. sedih betapa bodohnya aku. Aku benar-benar bingung, dan aku benar-benar lelah. Aku takut jadi kaka yang tak baik, dan aku takut, aku mulai enggan untuk jatuh cinta. Apa yang harus kulakukan? Aku pun masih mencoba menghubungimu kemarin. Aku sudah mengetik, dan aku mengurungkan niat. Hanya ini batasan yang coba aku buat. Maaf, kalau mengganggumu lagi, hiraukan saja aku, ibarat duri yang menancap dalam kulitmu. Buang saja, anggap saja aku hanya kicauan burung yang sejenak lewat dihadapanmu. Maaf sekali, aku belum bisa melupakanmu. Belum bisa benar-benar keluar dari kehidupanmu. Mungkin suatu saat sudah tidak ada lagi kakak. Yang ada hanya orang lain yang tak kenal dijalan. Maaf. aku sungguh minta maaf.


~Marsya Sataly~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar