Mas.
Mas mas mas.
Massss......
Haha. Aku memanggilmu lagi. Bodoh
bukan? Haha. Bukan aku kalau bukan bodoh. Hm. Banyak hal yang terjadi. Dan mungkin
aku miskin teman. Atau aku miskin kepercayaan pada orang? Haha. Entahlah. Yang pasti
aku sedang sedih. senang, gembira, lelah, sabar, dan haha letih. Aku sedang
sedih, mengapa aku begitu sedih setelah semua hal yang sudah terjadi. Aku sedih,
mengapa aku tidak mengikhlasnya secara cepat. Aku sedih, mengapa aku masih
setengah-setengah, dan aku sangat sedih karena diriku belum bisa benar-benar
lepas denganmu.
Aku sedang bahagia. Karena, aku
masih bisa berusaha, masih mau bertahan, dan aku masih bisa menjaga apa yang
harus aku jaga. Apa yang menjadi tanggung jawabku, dan aku berusaha sebaiknya. Aku
berusaha sangat keras untuk tidak menghubungimu. Haha. Padahal seharusnya biasa
aja bukan? Tetapi, entahlah. Aku, aku berusaha menjadi kakak yang baik.
Adikku,
tiba-tiba saja sudah memutuskan untuk berkerudung. Dia bercerita hanya
kekurangan baju pramuka dan kerudungnya. Aku bertanya padanya, “baju pramukaku
bukannya masih?” . dia menjawab, “ masih, cuma masa iya aku pakai punyamu itu?”.
aku berfikir sejenak. Oh ya, seragam yang aku jahit bagian lengannya dengan
tanganku sendiri. Seragam yang sebenarnya tak bisa dibilang seragam, dan haha,
aku hanya teringat bagaimana motivasi aku saat memutuskan untuk berkerudungan
saat itu. lalu aku berbicara dengannya. Dan ia mengutarakan kesungguhannya,
hingga aku yakin dengan ucapannya. Setelah itu, uang tabunganku yang untuk
seminar proposal, aku pakai.
Jadi malam itu, aku memintanya
menemani ke kampus, sebenarnya tidak. karena aku membawanya ke toko seragam,
dia berkata “udah mba aku pinjam aja”. Aku menyaut, “pinjam gimana? Mau dipakai
dua setengah tahun lagi koh. Udah beli aja.” Dan sayangnya tokonya tutup. Akhirnya
aku hanya memberikan uang padanya 80.000. dia menolak. Namun aku memaksa. Dan selang
dua hari, ia memamerkan baju pramukanya padaku. Haha. Dia mencium keningku. “makasih
mba” katanya. Haha. Aku tertawa dalam hati, “bahagia”.
Hmm. Aku sedang lelah,
memang benar juga. Kira-kira empat hari ini aku merevisi proposalku. Masih banyak
salah, dan haha, ada cerita panjang yang melelahkan. Tapi yasudahlah, aku hanya
mencoba membenari sebisa mungkin, dan setelah itu, aku hanya bisa berharap dan
pasrah. Semoga saja ada kata ACC minggu depan, kalau gak, yaa aku cukup
kerjakan revisian hingga kata itu muncul.
Sebenarnya yang membuatku sedih
adalah, aku seperti takut berbuat baik, namun sangat mudah berbuat jahat. Akuu,
hampir setiap hari aku melihat orang berjalan, baik membawa helm, membawa
bakul. Membawa anaknya, dan aku melihat segeromboln anak SMP yang sedang
berteduh, memasukan buku-bukunya ke dalam tasnya temannya karena ada rain cover
dalam tasnya. Aku sempat berhenti, dan mengambil tas kresek dalam tasku, aku
balik ke mereka, dan, haha. Aku malu, aku takut
padahal aku hanya ingin memberikan tas kresek itu, hanya saja, akhirnya
mereka hanya melihatku dengan kebingungan, dengan tangan kiri menggenggam tas
kresek. Aku balik. Dan ini kesekian kalinya begini. Aku melihat ada
nenek-nenek. Sepertinya kesusahan, aku ingin membantunya seperti tahun-tahun
lalu. dimana aku peka dan berani, mengantar anak kecil yang sedang jalan,
mengantar anak kecil yang pulang kerumahnya, mengantar nenek-nenek yang habis
pergi berladang. Ah,,,, sekarang, untuk menawarkan tumpangan saja aku susah. Aku
sedih, dan aku seperti manusia tidak berguna.
Aku terkadang sering membunuh waktu,
baik dengan tidur, kumpul dengan teman, mainan, segala mainan. Bacaan webtoon
yang sudah aku jelajah sampai dalam, mendengarkan lagu, belajar bahasa inggris
yang iya iyaa gak alias bolong-bolong. Hingga, menggarap revisian yang tak
berujung, haha. Satu lagi mengenai revisian yang membuatku sedih. Aku sudah tak
punya sahabat dalam duduk bareng. Aku sudah kkehilangan sahabat yang
mengingatkanku. Aku sudah tak punya sahabat mengerjakan revisian bersama. Aku sudah
tak punya sahabat dalam tempat itu. haha,
Yaa, dia yang sudah melamar cewenya. Sama
denganmu. Mungkin karena aku mulai berharap padanya mas. Habis dia kagak pernah
cerita tentang cewe. Dan bangunan yang mulai aku bangun kembali seketika runtuh
karenanya. Tapi yasudah, itu hanya masa lalu dan yasudah. Haha. Aku menerimanya. Ini sudah hampir satu bulan, dan
aku berharap ini tulisanku terakhir dengan judul ini. Sebenarnya aku banyak
berfikir apakah salah aku menulis ini. Tapi yasudahlah, maafkan aku, aku tidak
ingin membuat beban.
Oh yaa satu lagi, dosenku menegur tulisanku yang sangat
jelek, karena dia harus membersihkan kacamatanya, dan dia masih belum bisa
melihat tulisanku. haha, aku sih seneng-seneng ajaa, berarti dia perhatian. Setelah
nilai keluar, aku melihat dia memberiku nilai A. Aku menghubunginya, dan
berkata bahwa dia becanda. Pasti dia sebenarnya bisa membaca. Haha. Aku hanya
berterimakasih padanya, karena dia dosen yang mengajar banyak materi-materi
seperti dinamika kelompok, sosiologi organisasi, haha, intinya, dia yang
membuat aku mengerti, menerima, dan jauh lebih dewasa dalam menghadapi
kelompok.
Aku berkata, "semoga saja suatu saat bisa menjadi dosen seperti
dirinya". Lalu, dosen itu menjawab, “ seharusnya amoy belikan kacamata baru
supaya bisa baca tulisanmu. Hehehe. Saya doakan nanti amoy bisa menggantikan
saya sebagai dosen” dan, ini yang terakhir mas. Aku ingin menjadi dosen. Hanya saja
aku tak terlalu berharap. Aku, saat ini. Cita—citaku, hanya ingin membahagiakan
orang-orang disekitarku. Aku berjanji padamu, mas. Suatu saat, akan menjadi orang
yang berguna untuk semua orang, orang yang “membawa berkah” seperti namaku.
~Marsya Sataly~