Jumat, 17 April 2015

Menanti Langit Senja


Entah mengapa aku sedang ingin menulis. Ya,,, menulis. Haha. Entah mulai dari kapan aku sangat senang menulis. Dan aku hanya ingin menulis. Mungkin, karena jika aku berbicara sering kali tidak jelas. Atau mungkin, aku kurang percaya diri dengan apa yang ingin aku sampaikan. Atau mungkin alam bawah sadarku memang pada dasarnya ingin menulis. Haha. Karepmu.

Aku merasa keseharianku penuh dengan kebingungan. Entah apapun itu, padahal aku sendiri bukan termasuk orang yang plin plan. Akupun juga bukan masuk ke dalam orang yang tidak memiliki pendirian, tidak. Aku punya pendirian. Aku punya pegangan. Dan aku sangat paham betul itu. Pegangan dan pendirian ku tidak sepenuhnya kaku, Tidak. Kedua hal itu sangat fleksibel, dan akan terus berjalan, berkembang, termodifikasi oleh waktu. Walaupun begitu, aku memiliki landasan yang takkan bisa berubah hingga kapanpun. Landasan itu berupa kalimat “ aku hanyalah manusia, aku tak punya daya, dan semua daya kekuatan hanya milik Sang Pencipta, Tuhan Yang Maha Tunggal.” Sudah.

Aku mungkin bukan ahli dalam pendakwah, aku juga mungkin bukan ahli dalam agama, aku juga bukan seseorang yang tak punya agama, bukan. Aku tidak ahli dalam akademik, tidak. Aku tidak ahli dalam berkata- kata, yaa. Aku bukan seseorang yang memiliki pengetahuan banyak, tidak, bahkan sangta jauh. Akupun bukan seseorang yang gila akan kemewahan dunia, tidak. Aku bukan seseorang yang mudah jatuh cinta, yaa. aku seseorang yang sangat takut dengan kematian, ya. aku takut dengan penderitaan, Aku sangat takut dengan ketidakadilan, yaa. Aku sangat benci penindasan, aku sangat benci hinaan, dan aku sangat peduli dengan apapun itu, dan aku adalah saya. Mungkin.

Aku hanyallah seseorang yang  akan, sedang, dan selalu belajar. Belajar tentang apapun itu. aku dapat belajar tentang berbagai rumus dan teori, akupun dapat belajar tentang struktur anatomi tubuh, aku dapat belajar tentang kesehatan, aku dapat belajar tentang sejarah masa lalu, aku dapat belajar berbagai kebudayaan, aku dapat belajar menulis, aku dapat belajar tentang masyarakat, aku dapat belajar dari orang yang lebih tua, teman, akupun dapat belajar dari anak kecil sekalipun, atau akupun dapat belajar dari janin yang ada didalam kandungan, atau aku dapat belajar dari hujan, air, api, tanah, akupun dapat belajar dari tiang, batu, atau benda mati sekalipun seperti stopkontak misalnya. Haha, memang benar, ilmu-Nya sangat sangat luas, sungguh. Akupun sadar, bahwa taksemua ilmu-Nya dapat dipelajari karena manusia memiliki kemampuan yang sangat terbatas, dan karena pada dasarnya ilmu-Nya sangat sungguh luas.

Aku sedang tidak ingin pamer atau menggurui, tidak. Sama sekali tidak. Aku hanya sedang ingin menulis apa saja yang sedang terlintas di fikiranku. Aku sejujurnya sedang menjinakkan “kuda” dalam diriku. Kuda yang memang  gampang-gampang susah untuk ditaklukan. Kuda yang terkadang begtu sangat patuh, namun seringkali menjadi sangat sulit tuk dikendalikan. Haha. Tak apa. aku hanya perlu mencoba menjinakannya, aku perlu belajar mengenali kuda itu, dan setelah itu,aku hanya bisa bertawakal, dan mencoba menjinakkannya terus hingga aku dapat mengendalikannya kelak.

Lantas, mengapa aku harus mengendalikan kuda itu?  haha. Memang tak harus, namun sebaiknya. Karena, karena pada saat ini aku sedang meyakinkan, mnyiapkan dan memantaskan. Ah,benar-benar lemas sekali tubuh ini. Mungkin karena sedikit sekali jeda tuk rehat. Atau mungkin, tubuh ini begitu banyak istirahat. Haha entahlah. Aku akhir-akhir ini sedikit senang dengan kebingungan yang aku buat sendiri. Entah mengapa, karena setidaknya dari kebingungan itu aku memiliki kekuatan sendiri. Atau karena mungkin dari kebingungan itu sesuatu yang sangat sulit terlihat, sangat samar dan kabur akan dapat terlihat jelas.

Hm. Benar-benar sangat letih tubuh ini. Mungkin karena alam bawah sadarku rindu akan kampung halaman. Atau mungkin karena aku begitu lelah, atau mungkin aku hanya perlu sejenak beristirahat?

Haha, tak jelas memang. Akupun terkadang tak bisa mengerti arah pemikiranku. Dan tepat. Karena aku belum bisa menunggangi kuda itu. hm. Aku saat ini sedang berfikir. Bahwa mengapa aku harus berfikir? Lantas aku langsung menyambar pertanyaan yang kubuat sendiri, Cogito Ergo Sum . karena aku berfikir, maka aku ada. Teringat ungkapan Descartes, filsuf perancis. Haha. Mata kuliah filsafatku, terpakai juga dan entah sudah berjuta-juta kali konflik batinku terjadi. haha

Hm. “Kau tetap kau. aku tetap aku.Kau tetap aku. Aku tetap kau. Saat ini kau hanya perlu menunggangi kuda itu. Kau hanya perlu menjajakinya. Dan setelah itu, terserah kau saja mau dikemanakan dan bagaimana dirimu selanjutnya. Apakah kau akan benar-benar ingin mengabdi? atau kau akan berusaha tuk menjajaki orang lain seperti mimpimu? atau kau hanya perlu dekat dengan Sang Penciptamu? itu terserah kau saja. Yang penting adalah, tunggangi kudamu, jajaki dirimu!“  sepasang manik mataku dengannya saling beradu, bertumpuk, dan ya, sepasang manik mata yang sudah barang tentu aku mengenalinya. Hanya beberapa hitungan detik memang, hingga sepasang manik mata yang mulai menatapku hilang, disusul kepergianku yang menjauh dari cermin yang tak sempurna ini.

                                                                        Menanti Langit Senja Sungguhan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar