Senin, 27 Oktober 2014

only


Saat ini, ia terbaring lemah tak berdaya. Untuk kesekian kalinya, ia berada dalam titik lemah kehidupannya.Tak ada yang melihat, satu manusiapun terkecuali ayahnya. Ayahnya, hanya mampu mendekati dan mengelus pundaknya, dan tak ada satu katapun terucap di bibirnya.

Sudah sekian minggu,ia seperti itu. Menjalankan hidupnya dengan setengah hati. Semangatnya menghilang entah kemana. Bukan cuma pakaiannya yang sangat lusuh. Tampilan yang sangat berantakan. Di tambah tubuhnya yang semakin kurus seperti triplek kata tetangganya.

Ia benar-benar hancur, entah apa yang ada dibenakknya. Ia benar-benar terlihat lelah. Namun, ada satu hal yang membuatnya berbeda. Ia semakin menyendiri. Selalu menyendiri ditengah keramaian. Sesekali ia berkumpul dengan teman-temannya, pasti ada satu moment ia duduk sendiri. termenung duduk membisu. seakan-akan ia sedang mendengar ritme detak jantungnya. dan saat teman menghampirinya. dan bertanya, "sedang apa kau?" ia hanya menyeletuk “ menikmati alam” katanya.

Sebenarnya, ia tidak sendiri. Ia sedang bersama-sama alam, mencoba mendekati Sang kholiq. Ya, dia benar-benar ingin selalu dekat dengan Sang Pembuat Hidup.

Walau demikian, bahasa tubuhnya mengutarakan yang lain. Seakan-akan ia menemukan sesuatu hal yang baru. Seakan-akan bahasa tubuhnya berkata walaupun sudah ada lantai untuk bersujud, ia tetap membutuhkan sandaran bahu orang lain.

Sangat tersirat memang, namun jika diamati lebih dalam bahasa tubuhnya berkata demikian. Dia sangat pintar menutupinya, seolah-olah hidupnya tak pernah menemui masalah, bahkan hampir sebagian temannya bersandar di bahunya. Bisa karena mereka merasa letih, karena beban yang mereka pikul sangat berat. Bisa karena mereka sudah terbiasa bersandar sejenak untuk istirahat. Bisa jadi karena mereka sudah nyaman dengannya,ataupun mereka hanya rindu dengan kekonyolannya.entahlah.

Nyatanya, tidak. Ia benar-benar seperti manusia biasa yang memiliki masalah. Ia sangat lemah walau untuk memapah dirinya sendiri. Saat ini, hanya dinding yang mampu dan setia memapahnya. hanya angin malam, rintik hujan, dan kegelapan malam yang menemaninya. Tak mengapa, sudah cukup mereka semua untukku. Seolah bahasa tubuhnya menolak kalimat itu. seakan-akan ia berkata aku berbohong.

Saat ini, dibenaknya. Terlihat jelas untuk menghilang. Bukan, sebenarnya ia takut suatu saat dirinya menghilang tanpa sadarnya. Dirinya, takut jika suatu saat dirinya bukan dia. Ia takut semua pelan tapi pasti menjauh darinya.

Dan satu kalimat terakhir disetiap lamunannya, “ aku hanya ingin semua baik-baik saja. Dan berjalan sesuai semestinya. Hanya itu. itu saja. “ Terdengar samar, pelan dan selalu menghilang pergi bersama angin yang bertiup kencang.

Minggu, 26 Oktober 2014

NOTHING


Tak ada jiwa.
Karena jiwa itu sudah menghilang.
Tak ada jiwa karena mungkin ia mulai mati.
Hm.
Tak tahu.
Yang pasti raga ini, pelan tapi pasti membusuk.

Tak tahu,
Akankah membusuk kembali menjadi sampah?
Ataukah membusuk lalu mati, dan terlahir kembali.
Ha Ha

Tunggu saja.
Tunggu, akankah sampah bisa menjadi sesuatu yang berguna?
Ataukah sampah itu akan dibiarkan terbuang sia-sia.

Itu semua tergantung padanya.
Atau mungkin tergantung pada kalian???
Entahlah.

                                                                             ~ Marsya Sataly ~

Selasa, 07 Oktober 2014

pure love


Senandung lagu menyelimutiku. Tak merdu tak beraturan.
Tak apa, setidaknya ia menghiburku.
Angin bertiup kencang. Kencang menusuk tulang.
Seakan ia berkata padaku, “aku selalu ada untukmu”
Walau rintik hujan tak hadir. Tetapi, bulan menampakkan kehangatannya.
Seakan ia memelukku dengan hangat.
Terima kasih, terimakasih.

Kali ini aku memutuskan untuk mengakhirinya.
Mengakhiri semua.
Entahlah.
Ini hanya sekilas, atau memang selamanya.
Hanya saja aku tak bisa seperti ini.
Takkan bisa.

Kali ini,
Aku tak menitikan air mata. Karena ia sudah terkuras habis waktu itu.
Aku hanya bisa menangis dalam hati. Tak tertahankan, tak terperihkan.
Tak apa aku baik-baik saja.

Aku akan kembali.
Aku akan senang bila angin menemaniku.
Aku jauh lebih senang, bila rintik hujan menjadi sahabatku.
Aku paling senang, saat rembulan memelukku.
Hm,
Tak tahu hanya sesaat atau selamanya.
Aku tak tahu pasti.
Yang pasti,
Saat ini aku berbohong.
Karena, aku menginginkan kau berada di sisiku.
Haha,
Anggap saja kau tidak tahu.

Aku harap kau membaca tulisan ini.
Karena aku ingin berpesan, coba tengoklah dirimu sekali lagi.
Lihatlah batinmu, lihatlah hatimu.
Jika kau melihat sesuatu, sesuatu yang membuatmu terbelenggu,
Maka sadarlah.
Sadarlah, bahwa kau sedang bersembunyi.
Bersembunyi dari apapun yang menurut alam bawah sadarmu menyakitkan.
Sadarlah, bahwa kau tak selamanya ada di dalam situ.
Di zona amanmu. Bukan, bukan zona aman.
Namun, setidaknya cobalah untuk menghadapi mereka.
Mereka yang membuatmu berfikir.
Membuatmu terluka, membuatmu kesal, membuatmu serba bingung.
Buatlah sebuah patokan. Janganlah mengikuti alur.  Karena nanti bisa jadi kau akan tersesat.
Mungkin kau bingung.
Hanya saja,cobalah kau cermati.
Bukankah kau ahli dalam mencermati?
Cobalah kau telusuri.
Bukankah kau bilang bahwa kau sang pengendali?

Tak apa jika kau belum menemukannya.
Hanya saja berusaha.teruslah berusaha, hingga apa yang kau cari menghampirimu.
Jangan pula kau berfikir bahwa diriku terluka.
Tidak. Tenanglah, hanya sedikit luka yang tertancap.
Namun,itu semua  bukan salahmu, bukan juga salahku.

Hanya seperti itu,
Aku berharap hubunganmu dengannya baik-baik saja.
Jaga selalu kondisimu, baik-baiklah dengan ragamu.
Semangatlah untuk meraih cita-citamu.

Ini bukan sebuah perpisahan.
Aku akan tetap disini.
Hanya saja mungkin aku akan sedikit berbeda.

Namun,
Jika memang, suatu saat nanti kau butuh bantuan.
Tak apa kau menghubungiku. Aku akan dengan siap sedia membantumu.
Jika memang kau sedang kebingungan, tak apa. hubungi aku saja,
Jika memang itu membuatmu menjadi tenang.
Jika kau sedang membutuhkan teman, datanglah padaku.
Tak apa. Aku akan menjadi teman baikmu.
Jika kau sudah sangat lelah dan berada dalam titik jenuh dalam kehidupanmu,
Tak apa. Bersandarlah di bahuku.

Tenang.
Aku tak meminta apapun darimu.
Aku tulus.
Aku benar-benar tak mengharapkan sesuatu darimu.

Mungkin kau anggap aku terlalu egois.
Tak apa. Aku terima.
Hanya saja,inilah aku.

Aku yang tak sengaja mencintaimu.
Mencintai seseorang yang tak h
arus kucintai.
Tak apa,aku tak menyesal.
Setidaknya,aku hadir dikehidupanmu.
Aku akan terima, apapun yang kau lakukan padaku.

Aku,
Saat ini, akan mengikuti alur yang kau buat.
Sampai kapan?
Entahlah. Setidaknya aku sangat peduli dirimu.
Dan jika tak ada seorangpun yang mendukungmu.
Akanku pastikan,aku mendukungmu.
Aku akan berusaha selalu ada untukmu.
Karena aku benar-benar mencintaimu tanpa pamrih.
dan terimakasih,
dari kau,
aku belajar dan mendapatkan apa yang namanya buah ketulusan.

Jumat, 03 Oktober 2014

;(



Tertunduk lesu, gadis itu merenung.
Sesekali mengusap rambutnya,
Sesekali terdengar rintihannya,
Sesekali ia membenturkan kepalanya ke dinding,
Agak pelan, namun menimbulkan ritme yang tak beraturan.

Hari ini,
Gadis itu tak membawa apa-apa
Ia hanya membawa dirinya,
ia ingin berintim dengan dirinya,
Ia hanya ingin berdamai dengan dirinya,
Ia hanya ingin tenggelam bersama dirinya.

Saat ini,
Ia berusaha,
menilik lebih dalam,
Menilik sesuatu yang berada didalam raganya,
Sesuatu yang tak berwujud namun dapat dirasakan keberadaannya,
Sesuatu yang bening,polos dan tak terjamahkan,
Sesuatu yang menenangkan dan menyejukan,
Sesuatu yang takkan pernah berbohong,
Sesuatu yang sangat misterius,

Ha ha ha.

Gadis itu benar-benar mencarinya,
Ia mencermatinya dengan saksama,
Ia mencermati hingga sampai pada relung hatinya,
Ia sangat cermat,
hingga satu bagian pun tak terlewatkan,
seakan-akan ia adalah pengamat yang handal.

Ha ha.

Sudah sekian ribu butiran air matanya terjun bebas,
Membasahi apapun yang ia lalui,
air mata yang selalu tertahankan,
air mata yang sebenarnya indah baginya.
indah,karena ia benar-benar merasa menjadi seorang wanita.

Terbesit dibenaknya, bahwa ia menyia-nyiakan waktu.
karena tak disadari, satu hari ini ia hanya seperti itu.
namun,
beberapa detik kemudian,
pikiran itu melebur,
ia menghiraukannya,
karena saat ini ia merasa tenang.
dan, ia benar-benar membiarkan semua itu terjadi.

Tidak seperti dahulu, ia selalu menghadang dan mengusirnya.
Seolah itu, itu suatu hal yang memalukan.
Tidak, saat itu, gadis itu salah.
Karena baginya,
Saat ini. Ketika mereka hadir disela-sela kehidupannya,
Itu menandakan bahwa dirinya masih hidup.
Bahwa dirinya masih menjadi manusia,
Bahwa dirinya bukan malaikat apalagi iblis,
Bahwa dirinya memiliki perasaan.

Gadis itu marah.
Namun ia tak berdaya.
Gadis itu sedih.
Namun tak bisa mengutarakan.
Gadis itu, memang tak bisa marah, tak bisa mengutarakan.
Gadis itu memang tak bisa berbuat apa-apa.

gadis itu hanya bisa satu hal.

menangis.

ya, ia hanya bisa menangis.

Setidaknya dengan menangis, Ia ingin menyampaikan bahwa dirinya sedang tidak baik-baik saja.