Selasa, 27 Mei 2014

Rindu

ketika kabut mulai berkeliaran,
ketika perlahan embun hadir disela dedaunan,
ketika embun mulai berproduksi dan setiap tetesan adalah harapan

ketika Sang Mentari memancarkan sinarnya
ketika iring-iringan awan mulai tampak dihamparan langit
ketika Sang Surya berada tepat di atas kepala
ketika awan mendung mengeluarkan ke-egoannya dengan mengusir awan cerah

ketika guntur bersaut-sautan
ketika kilatan petir saling menyambar mengeluarkan kekuatannya
ketika satu butir hujan turun mengikuti gaya gravitasi,
diikuti berjuta-juta butir selanjutnya,
membuat sebuah alunan lagu yang merdu tak beraturan,
membuat genting di atap mengeluarkan kewibawaannya,
membasahi apapun yang dilalui tanpa pandang bulu,
membuat segerombolan ikan bersorak gembira,
membuat segerombolan semut berteduh,
membuat hangatnya kebersamaan induk merpati saat pulang membawa makanan untuk anaknya
membuat pohon kelapa menari riang
membuat rama dan sinta saling menghangatkan
membuat para pengendara berhenti untuk memakai busana jas hujannya
membuat beberapa orang memacu adrenalin melawan hunjaman air yang menusuk
membuat seseorang tertidur pulas,
Dan,,
membuat seorang gadis memandang jalanan yang luas di balik jendela kamarnya.
Terdiam,termenung, dalam lantunan air hujan,
Setiap percikan  air hujan yang dilihatnya,
Merangkai sebuah percikan - percikan kecil yang telah terjadi dalam kehidupannya.
Hingga sampai pada kenangan itu.
Kenangan yang telah dan selalu ia pendam dalam-dalam,
letaknya sangat dalam dan jauh kedasar relung hatinya. 

Hujanpun kini mulai berdendang dengan angin,,
Seakan-akan mereka sedang menertawakan gadis itu, yang kesepian dengan kesendiriannya.

sesekali gadis itu tertawa,
terkadang terlihat senyum tipis dibibirnya,
sesekali ia menggerutu,
sesekali pula ia mengernyit,
sesekali matanya berkaca-kaca,,
sesekali pula ia membiarkan air matanya berjatuhan,
namun setelah itu ia kembali tersenyum.

gadis itu tidak gila. Tidak pula sedang bersandiwara,.
gadis itu hanya tertegun lesu,
lesu melihat kenangan yang sudah terjadi,
ia bagaikan sedang menonton film, menonton film kehidupannya.
dengan sesekali mempausenya,sesekali menplaybacknya, sesekali menclosenya,

hahaha,,
gadis ini seperti pohon cemara yang merindukan hujan saat musim kemarau,
gadis ini mirip anak burung yang selalu setia menunggu sang induk
gadis ini seperti kumbang yang merindukan bunga bermekar saat bunga itu masih menguncup,
gadis ini seperti bola yang selalu berusaha sekuat tenaga untuk bisa mendekati gawang
gadis ini seperti para pendaki yang setia menanti datangnya Sang Fajar untuk menikmati sunrise di puncak gunung
gadis ini seperti gameonline, yang rindu gammer untuk memainkannya kembali,
gadis ini seperti seorang muslim yang selalu menanti datangnya bulan romadhon.
Hahaha,,

YA, GADIS ITU MERINDUKANNYA!!!


merindukan seseorang yang mencuri hatinya,
merindukan seseorang yang telah memikat hatinya,
merindukan seseorang yang nyata tetapi terasa tak nampak.
seseorang yang jauh namun terasa dekat,,
seseorang yang dekat,, tetapi terasa jauh,,


hahaha,,
gadis ini merasa bodoh
untuk menyukainya,mengatakannya,mengutarakannya.

walau begitu,
gadis ini tidak peduli,,
ia tidak peduli apakah seorang itu tahu ia menyukainya,
ia juga tidak begitu tertarik untuk mengetahuinya.

Ia tidak juga peduli,
seberapa lama rasa rindu ini menghampirinya,,
seberapa besar rasa rindu itu hadir,,
seberapa kuat rasa rindu itu menancap dalam relung hatinya,
dan sampai kapankah rasa rindu ini muncul???
Akankah tergantikan???

Persetan dengan itu semua (ujarnya).
Asalkan kau bahagia dan baik-baik saja itu sudah cukup untuk mengobati rasa rinduku,,
(imbuh suara hati gadis itu).

Sudah hampir satu jam hujan menguyuri dan sudah satu jam pula ia diguyuri perasaan itu,
Gadis itu memutuskan untuk mengikuti apa yang pernah sahabatnya itu lakukan.
Ia lalu membuka laptop kesayangannya,lalu membuat sebuah note.
 Dengan perlahan jari jemarinya mengetik. . .

“ ketika kabut mulai berkeliaran,
  ketika perlahan embun hadir disela dedaunan,
  ketika embun mulai berproduksi dan setiap tetesan adalah harapan .  .  .  .  .”