ketika
kabut mulai berkeliaran,
ketika
perlahan embun hadir disela dedaunan,
ketika
embun mulai berproduksi dan setiap tetesan adalah harapan
ketika
Sang Mentari memancarkan sinarnya
ketika
iring-iringan awan mulai tampak dihamparan langit
ketika
Sang Surya berada tepat di atas kepala
ketika
awan mendung mengeluarkan ke-egoannya dengan mengusir awan cerah
ketika
guntur bersaut-sautan
ketika
kilatan petir saling menyambar mengeluarkan kekuatannya
ketika
satu butir hujan turun mengikuti gaya gravitasi,
diikuti
berjuta-juta butir selanjutnya,
membuat
sebuah alunan lagu yang merdu tak beraturan,
membuat
genting di atap mengeluarkan kewibawaannya,
membasahi
apapun yang dilalui tanpa pandang bulu,
membuat
segerombolan ikan bersorak gembira,
membuat
segerombolan semut berteduh,
membuat
hangatnya kebersamaan induk merpati saat pulang membawa makanan untuk anaknya
membuat
pohon kelapa menari riang
membuat
rama dan sinta saling menghangatkan
membuat
para pengendara berhenti untuk memakai busana jas hujannya
membuat
beberapa orang memacu adrenalin melawan hunjaman air yang menusuk
membuat
seseorang tertidur pulas,
Dan,,
membuat
seorang gadis memandang jalanan yang luas di balik jendela kamarnya.
Terdiam,termenung,
dalam lantunan air hujan,
Setiap
percikan air hujan yang dilihatnya,
Merangkai
sebuah percikan - percikan kecil yang telah terjadi dalam kehidupannya.
Hingga
sampai pada kenangan itu.
Kenangan
yang telah dan selalu ia pendam dalam-dalam,
letaknya
sangat dalam dan jauh kedasar relung hatinya.
Hujanpun
kini mulai berdendang dengan angin,,
Seakan-akan
mereka sedang menertawakan gadis itu, yang kesepian dengan kesendiriannya.
sesekali
gadis itu tertawa,
terkadang
terlihat senyum tipis dibibirnya,
sesekali
ia menggerutu,
sesekali
pula ia mengernyit,
sesekali
matanya berkaca-kaca,,
sesekali
pula ia membiarkan air matanya berjatuhan,
namun
setelah itu ia kembali tersenyum.
gadis
itu tidak gila. Tidak pula sedang bersandiwara,.
gadis
itu hanya tertegun lesu,
lesu
melihat kenangan yang sudah terjadi,
ia
bagaikan sedang menonton film, menonton film kehidupannya.
dengan
sesekali mempausenya,sesekali
menplaybacknya,
sesekali menclosenya,
hahaha,,
gadis
ini seperti pohon cemara yang merindukan hujan saat musim kemarau,
gadis
ini mirip anak burung yang selalu setia menunggu sang induk
gadis
ini seperti kumbang yang merindukan bunga bermekar saat bunga itu masih
menguncup,
gadis
ini seperti bola yang selalu berusaha sekuat tenaga untuk bisa mendekati gawang
gadis
ini seperti para pendaki yang setia menanti datangnya Sang Fajar untuk
menikmati sunrise di puncak gunung
gadis
ini seperti gameonline, yang rindu gammer untuk
memainkannya kembali,
gadis
ini seperti seorang muslim yang selalu menanti datangnya bulan romadhon.
Hahaha,,
YA,
GADIS ITU MERINDUKANNYA!!!
merindukan
seseorang yang mencuri hatinya,
merindukan
seseorang yang telah memikat hatinya,
merindukan
seseorang yang nyata tetapi terasa tak nampak.
seseorang
yang jauh namun terasa dekat,,
seseorang
yang dekat,, tetapi terasa jauh,,
hahaha,,
gadis
ini merasa bodoh
untuk
menyukainya,mengatakannya,mengutarakannya.
walau
begitu,
gadis
ini tidak peduli,,
ia
tidak peduli apakah seorang itu tahu ia menyukainya,
ia
juga tidak begitu tertarik untuk mengetahuinya.
Ia
tidak juga peduli,
seberapa
lama rasa rindu ini menghampirinya,,
seberapa
besar rasa rindu itu hadir,,
seberapa
kuat rasa rindu itu menancap dalam relung hatinya,
dan
sampai kapankah rasa rindu ini muncul???
Akankah
tergantikan???
Persetan
dengan itu semua (ujarnya).
Asalkan
kau bahagia dan baik-baik saja itu sudah cukup untuk mengobati rasa rinduku,,
(imbuh
suara hati gadis itu).
Sudah
hampir satu jam hujan menguyuri dan sudah satu jam pula ia diguyuri perasaan
itu,
Gadis
itu memutuskan untuk mengikuti apa yang pernah sahabatnya itu lakukan.
Ia
lalu membuka laptop kesayangannya,lalu membuat sebuah note.
Dengan
perlahan jari jemarinya mengetik. . .
“
ketika kabut mulai berkeliaran,
ketika perlahan embun hadir disela dedaunan,
ketika embun mulai berproduksi dan setiap tetesan adalah harapan .
. . . .”